AMINA
(Senyawa Nitrogen Organik)
Amines – Organic Nitrogen
Compounds
• Organic derivatives of ammonia, NH3,
• Nitrogen atom with a lone pair of electrons,
making amines both basic and nucleophilic
• Occur in plants and animals
2
=>
3
Naming Amines
• Alkyl-substituted (alkylamines) or aryl-
substituted (arylamines)
• Classified:
– 1° (RNH2) primary amine
– 2° (R2NH) secondary amine
– Tertiary amine 3° (R3N)
H
R
R
N
N
N
H
R
R
R
H
R
P
r
i
m
a
r
y
S
e
c
o
n
d
a
r
y
T
e
r
t
i
a
r
y
4
Amines
Amines:
CH3-NH2 CH3-NH-CH3
E
thylbenzene
Tatanama (Nomenclature)
Amina primer dinamakan secara tatanama sistematik (IUPAC)
dengan mengganti huruf -a pada alkana induk yang sesuai dengan
kata -amina
Menurut tatanama umum, amina diberi nama sebagai alkilamina
6
Dalam tatanama IUPAC, substituen -NH2
disebut gugus amino
7
Amina Aril
8
Amina heterosiklik
Amina-amina heterosiklik yang penting memiliki nama umum
Dalam tatanama IUPAC, awalan aza-, diaza- dan triaza- digunakan
untuk menunjukkan bahwa nitrogen telah menggantikan karbon
dalam hidrokarbon yang sama
Nitrogen diberi posisi 1 dan cincin dinomori untuk memberikan nomor penanda
lokasi (locant) secara keseluruhan yang paling rendah terhadap atom hetero-nya
9
Sifat-sifat Fisik dan Struktur Amina
Amina primer dan sekunder dapat membentuk ikatan-ikatan
hidrogen satu sama lain dan dengan air
Amina tersier tidak dapat membentuk ikatan-ikatan hidrogen satu
sama lain tetapi dapat membentuk ikatan hidrogen dengan donor
ikatan hidrogen seperti air
Amina tersier memiliki titik didih yang lebih rendah dibandingkan
dengan amina primer dan sekunder dengan berat molekul yang
sebanding
Amina-amina dengan berat molekul yang rendah cenderung larut
dalam air tanpa mempedulikan apakah amina tersebut primer,
sekunder atau tersier
10
11
Struktur Amina
Atom nitrogen dalam suatu amina adalah terhibridisasi sp3
Ketiga gugus dan pasangan elektron bebas di sekeliling nitrogen menghasilkan
suatu geometri tetrahedral
Jika yang diperhitungkan hanyalah kedudukan dari ketiga gugus yang terikat (tanpa
mempedulikan pasangan elektron bebas) maka bentuk dari amina adalah piramida
trigonal
Muatan negatif parsial terlokalisasi di daerah elektron-elektron non-ikatan
12
Kebasaan Amina: Garam-garam Amina
Amina merupakan basa lemah
Kebasaan relatif dari amina dapat dibandingkan berdasarkan
harga pKa dari masing-masing asam konjugatnya
Semakin basa suatu amina, maka akan semakin tinggi harga pKa dari asam
konjugatnya
Dengan cara melepaskan elektron, R -> menstabilkan ion alkilaminium melalui pengusiran muatan 13
Pada fase gas, kebasaan dari keluarga metilamina meningkat
dengan bertambahnya substitusi metil
Semakin banyak substitusi alkil menghasilkan stabilisasi yang
semakin besar terhadap ion alkilaminium
14
Kebasaan Arilamina
Arilamina merupakan basa yang lebih lemah dibandingkan
dengan sikloheksilamina non-aromatik yang berpadanan
15
Kebasaan Amina Heterosiklik
Amina heterosiklik non-aromatik memiliki kebasaan yang kurang
lebih sama dengan kebasaan senyawa asiklik padanannya
16
Amina versus Amida
Amida lebih kurang basa dibandingkan dengan amina
Harga pKa dari suatu amida terprotonasi secara khas kira-kira adalah nol
Satu alasan untuk kebasaan yang yang lebih rendah adalah bahwa
amida sangat terstabilkan oleh resonansi tetapi tidak demikian
pada amida yang terprotonasi
Suatu alasan penting untuk kebasaan yang lebih rendah dari amida
adalah bahwa pasangan elektron bebas pada nitrogen
terdelokalisasi ke oksigen dari karbonil
Amida sesungguhnya terprotonasi pada atom oksigen
Protonasi pada oksigen memungkinkan stabilisasi resonansi dari muatan positif
17
Garam Aminium dan Garam Amonium Kuaterner
Protonasi amina dengan asam menyebabkan terbentuknya garam
aminium
Garam aminium terbentuk dari amina 1o, 2o atau 3o dan ion aminium memuat
sedikitnya satu hidrogen
18
Amonium halida kuaterner tidak bersifat basa karena mereka tidak
memiliki sepasang elektron bebas pada nitrogennya
Amonium hidroksida kuaterner sangat bersifat basa karena
mereka memuat ion hidroksida yang sangat bersifat basa
19
Kelarutan amina dalam Larutan Asam
Banyak aminium klorida, bromida, iodida dan sulfat bersifat larut
dalam air
Amina yang tidak larut dalam air seringkali akan larut dalam larutan asam encer
20
Amina sebagai Mediator Pemisahan
Suatu amina kiral dapat digunakan untuk memisahkan suatu
campuran rasemat dari asam karboksilat melalui pembentukan
garam diastereomer
Diastereomer dapat dipisahkan berdasarkan perbedaan sifat fisik
Pengasaman garam distereomer yang telah dipisahkan memberikan masing-
masing asam karboksilat yang terpisah
21
Pembuatan Amina
Dengan Reaksi Substitusi Nukleofilik
Alkilasi Amonia
Reaksi amonia dengan suatu alkil halida menghasilkan suatu garam aminium
Garam tersebut direaksikan dengan basa untuk memberikan amina primer
Metode ini memiliki keterbatasan karena alkilasi berkelanjutan biasanya terjadi
22
SN2 Reactions of Alkyl Halides
23
Alkilasi Ion Azida dilanjutkan dengan Reduksi
Suatu amina primer dibuat secara lebih efisien melalui reaksi antara anion azida
dengan suatu alkil halida dan dilanjutkan dengan reduksi alkilazida menjadi amina
Sintesis Gabriel
Amina primer juga dapat dibuat dengan baik melalui Sintesis Gabriel
Langkah pertama pada sintesis Gabriel adalah alkilasi kalium ftalimida
Reaksi antara N-alkilftalimida dengan hidrazina dalam etanol mendidih
memberikan amina primer
24
25
Gabriel Synthesis of Primary
Amines
A phthalimide alkylation for preparing a
primary amine from an alkyl halide
The N-H in imides (CONHCO) can be
removed by KOH followed by alkylation and
hydrolysis
26
Pembuatan Amina Aromatik melalui Reduksi Senyawa-
Senyawa Nitro
Amina aromatik dapat disintesis melalui reduksi senyawa nitro
yang sesuai
27
Pembuatan Amina Primer, Sekunder dan Tersier melalui
Aminasi Reduktif
Aldehida dan keton bereaksi dengan amonia serta amina primer
atau sekunder untuk menghasilkan imina atau ion iminium
Imina dan ion iminium tersebut kemudian dapat direduksi berturut-turut menjadi
amina primer, sekunder atau tersier yang baru
28
Reduksi tersebut dapat dicapai dengan menggunakan hidrogenasi
katalitik atau suatu pereaksi pereduksi hidrida (The reduction can
be accomplished using catalytic hydrogenation or a hydride
reducing reagent)
NaBH3CN dan LiBH3CN efektif secara khusus pada aminasi reduktif
29
Reductive Amination of Aldehydes
and Ketones
30
Reductive Amination Is Versatile
31
Pembuatan Amina Primer, Sekunder atau Tersier melalui
Reduksi Nitril, Oksim dan Amida
Reduksi nitril dan oksim menghasilkan amina primer
Reduksi amida dapat menghasilkan amina primer, sekunder atau
tersier
32
Reduksi dapat diselesaikan dengan menggunakan hidrogenasi
katalitik atau LiAlH4
33
Pembuatan Amina Primer melalui Penataan Ulang
Hofmann dan Curtius
Suatu amida yang tidak tersubstitusi dapat diubah menjadi suatu
amina primer oleh hilangnya gugus karbonil dari amida tersebut
melalui penataan ulang Hofmann (juga disebut peruraian
Hofmann)
34
35
Penataan ulang Curtius berlangsung melalui
perantaraan suatu asil azida
36
Hofmann and Curtius
Rearrangements
Carboxylic acid derivatives can be
converted into primary amines with loss of
one carbon atom by both the Hofmann
rearrangement and the Curtius
rearrangement
37
Reaksi-reaksi Amina
Pasangan elektron bebas atom nitrogen dari amina bertanggung
jawab terhadap sebagian besar reaktivitas kimia dari amina
Pasangan elektron bebas tersebut dapat bertindak sebagai suatu basa atau
sebagai suatu nukleofil
38
Gugus amino bertindak sebagai suatu gugus pengaktivasi dan sebagai suatu pengarah orto-para
pada substitusi aromatik elektrofilik
Oksidasi Amina
Amina primer dan sekunder menjalani N-oksidasi, tetapi produk
yang berguna tidak didapatkan karena adanya reaksi sampingan
Amina tersier menjalani N-oksidasi dengan baik
39
Reaksi Amina dengan Asam Nitrit
Asam nitrit (HONO) dibuat in situ melalui reaksi natrium nitrit
dengan suatu larutan asam kuat
40
Reaksi Arilamina Primer dengan Asam Nitrit
Reaksi arilamina primer dengan asam nitrit mengakibatkan
terbentuknya garam arenadiazonium yang relatif stabil
Reaksi ini berlangsung melalui perantaraan suatu N-nitrosoamina
N-nitrosoamina diubah menjadi suatu ion diazonium dalam suatu rangkaian
tahap-tahap reaksi
41
Reaksi Substitusi dari Garam Arenadiazonium
Garam arildiazonium bereaksi secara mudah dengan berbagai
pereaksi nukleofilik untuk memberikan bermacam-macam
senyawa aromatik
Garam arildiazonium tersebut dibuat dari arilamina yang sesuai
Arilamina tersebut dapat dibuat dengan cara reduksi suatu senyawa nitroaromatik
42
Diverse Reactions of
Arenediazonium Salts
Sequence of (1) nitration, (2) reduction,
(3) diazotization, and (4) nucleophilic
substitution leads to many different
products
43
Reaksi Sandmeyer: Penggantian/Substitusi Gugus
Diazonium dengan -Cl, -Br atau -CN
Mekanisme reaksi Sandmeyer tidak diketahui dengan jelas tetapi
diperkirakan berlangsung melalui radikal
44
Penggantian dengan -I
Reaksi garam arenadiazonium dengan kalium iodida memberikan
ariliodida
Pengantian dengan -F
Suatu diazonium fluoroborat diisolasi, dikeringkan dan
dipanaskan hingga terurai menjadi produk fluoroaromatik
45
Penggantian dengan -OH
Suatu garam arildiazonium ditempatkan dalam larutan air dengan
CuNO3 dalam jumlah yang sangat berlebih dan kemudian
ditambahkan Cu2O
46
Penggantian dengan Hidrogen: Deaminasi dengan cara
Diazotasi
Suatu garam arenadiazonium dapat bereaksi dengan asam
hipofosfit (H3PO2) untuk mengganti gugus diazonium tersebut
dengan sebuah atom hidrogen
Reaksi ini dapat digunakan untuk menghilangkan suatu gugus amino yang
berperan penting pada awal suatu sintesis sebagai suatu pengarah orto-para
Contoh: m-Bromotoluena tidak dapat dibuat langsung baik dari
toluena maupun bromobenzena
N-asetilasi digunakan untuk mereduksi efek aktivasi dari amina
47
Reaksi Kopling dari Garam Arenadiazonium
Ion-ion arenadiazonium bereaksi sebagai elektrofil dengan senyawa-
senyawa aromatik yang sangat reaktif seperti fenol dan amina tersier
aromatik
Reaksi di atas disebut suatu reaksi kopling diazo
48
Turunan fenol dan anilina menjalani kopling hampir seluruhnya
pada posisi para kecuali bila posisi tersebut dihalangi
49
Reaksi Amina dengan Sulfonil klorida
Amina primer dan sekunder bereaksi dengan sulfonil klorida
menghasilkan sulfonamida
Suatu sulfonamida dapat dihidrolisis menjadi suatu amina melalui pemanasan
dengan larutan asam
50
Uji Hinsberg
Uji ini dapat membedakan antara amina 1o, 2o and 3o
Suatu amina dan benzenasulfonil klorida dicampur dengan larutan
kalium hidroksida dalam air; reaksi tersebut diasamkan pada
tahap yang ke dua
Hasilnya adalah berbeda-beda bergantung pada jenis aminanya
Suatu benzenasulfonamida dari suatu amina primer larut dalam
larutan basa, tetapi mengendap pada pengasaman
51
Suatu amina sekunder membentuk suatu endapan secara
langsung karena suatu sulfonamida N,N-disubstitusi tetap tidak
larut dalam larutan basa
Tidak ada hidrogen yang bersifat asam dalam suatu sulfonamida N,N-disubstitusi
52
Analisis Amina
Analisis Kimia
Amina secara umum dapat dibedakan melalui kemampuannya
untuk larut dalam larutan asam encer
Kertas lakmus basah akan menunjukkan kebasaan dari suatu
amina
Uji Hinsberg dapat digunakan untuk membedakan diantara amina
primer, sekunder dan tersier
53
Some Biologically Important Amines
A large number of medically and biologically important compounds are amines.
OH
H3CO CH2CH2NH2
HO CH2CH2NH2 HO
H3CO CH2CH2NH2
HO N
H3CO H
Dopamine Mescaline Serotonin
H
RO
H N
HO
O H
H
N H3CO
H CH3
HO
Morphine (R = H) N
_
Codeine (R = CH3) ( )-Quinine
54
Many 2-phenethylamine compounds have powerful physiological
and psychological effects.
Adrenaline and noradrenaline are two hormones secreted in the medulla of the
adrenal gland. Released into the bloodstream when an animal senses danger,
adrenaline causes an increase in blood pressure, a strengthening of the heart rate,
and a widening of the passage of the lungs. All these effects prepare the animal to
fight or to flee.
Noradrenaline also causes an increase in blood pressure, and it is involved in the
transmission of impulses from the end of one nerve fiber to the next.
Dopamine and serotonin are important neurotransmitters in the brain. Abnormalities
in the level of dopamine in the brain are associated with many psychiatric disorders,
including Parkinson’s disease.
Dopamine plays a pivotal role in the regulation and control of movement, motivation,
and cognition.
Serotonin is a compound of particular interest because it appears to be important in
maintaining stable mental process. It has been suggested that the mental disorder
schizophrenia may be connected with abnormalities in the metabolism of serotonin.
Amphetamine (a powerful stimulant) and mescaline (a hallucinogen) have structures
similar to those of serotonin, adrenaline, and noradrenaline.
The structural similarities of these compounds must be related to their physiological
and psychological effects because many other compounds with similar properties
are also derivatives of 2-phenylethylamine. Examples are N-methylamphetamine and
LSD (lysergic acid diethylamide).
Even morphine and codeine, two powerful analgesics, have a 2-phenylethylamine
system as a part of their structures. Morphine and codeine are examples of
compounds called alkaloids. (Try to locate the 2-phenylethylamine system in their
structures)
55
Adrenalin dan noradrenalin adalah dua hormon yang
disekresikan di medula kelenjar adrenal. Dirilis ke aliran
darah saat hewan merasakan bahaya, adrenalin
menyebabkan peningkatan tekanan darah, penguatan
denyut jantung, dan pelebaran bagian paru-paru. Semua
efek ini mempersiapkan hewan untuk melawan atau
melarikan diri.
Noradrenalin juga menyebabkan peningkatan tekanan
darah, dan ini terlibat dalam transmisi impuls dari ujung
satu serat saraf ke yang berikutnya.
Dopamin dan serotonin adalah neurotransmitter penting di
otak. Kelainan pada tingkat dopamin di otak dikaitkan
dengan banyak gangguan kejiwaan, termasuk penyakit
Parkinson.
56
Dopamin memainkan peran penting dalam
regulasi dan kontrol gerakan, motivasi, dan
kognisi.
Serotonin adalah senyawa yang diminati karena
penting untuk menjaga proses mental yang stabil.
Telah disarankan bahwa gangguan mental
skizofrenia dapat dihubungkan dengan kelainan
metabolisme serotonin.
Amfetamin (stimulan yang kuat) dan mescaline
(halusinogen) memiliki struktur yang serupa
dengan serotonin, adrenalin, dan noradrenalin.
57
Kesamaan struktural dari senyawa ini harus
dikaitkan dengan efek fisiologis dan
psikologisnya karena banyak senyawa lain
dengan sifat serupa juga turunan dari 2-
phenylethylamine. Contohnya adalah N-
methylamphetamine dan LSD (lysergic acid
diethylamide).
Bahkan morfin dan kodein, dua analgesik kuat,
memiliki sistem 2-phenylethylamine sebagai
bagian dari strukturnya. Morfin dan kodein adalah
contoh senyawa yang disebut alkaloid. (Cobalah
untuk menemukan sistem 2-phenylethylamine
dalam strukturnya)
58
Vitamins and antihistamines
A number of amines are vitamins.
These include nicotinic acid and nicotinamide (the antipellagra factor), pyridoxine
(vitamine B6), and thiamine chloride (vitamine B1).
Nicotine is a toxic alkaloid found in tobacco that makes smoking habit forming.
Histamine, another toxic amine, is found bound to proteins in nearly all tissues of the
body. Release of free histamine causes the symptoms associated with allergic
reactions and the common cold
Chlorpheniramine, an “antihistamine”, is an ingredient of many over-the-counter cold
remedies.
H3C
CH2OH CH2CH2OH
HO CH2OH CH2 N Cl
N S
Cl
H 3C N H 3C N NH2
Pyridoxine Thiamine chloride
(vitamine B6) (vitamine B1)
CH2CH2NH2 CHCH2CH2N(CH3)2
CO2H
N N H N
H
N CH3 N N
H3C
NH CH3 O
N N
Cl NH Cl N
Chlordiazepoxide Diazepam
(valium)
61
Penenang
Chlordiazepoksida, senyawa yang menarik dengan
cincin beranggota tujuh, adalah salah satu obat
penenang yang paling banyak diresepkan.
(Chlordiazepoxide juga mengandung nitrogen
bermuatan positif, hadir sebagai oksida N.)
Diazepam memiliki struktur yang sama dengan
chlordiazepoxide namun dengan aktivitas lebih kuat.
62
Neurotransmitters
Nerve cells interact with other nerve cells or with muscles at junctions, or gaps,
called synapses.
Nerve impulses are carried across the synaptic gap by chemical compounds called
neurotransmitters.
Acetylcholine is an important neurotransmitter at neuromuscular synapses called
cholinergic synapses.
Acetylcholine contains a quaternary ammonium group. Being small and ionic,
acetylcholine is highly soluble in water and highly diffusible, qualities that suit its
role as a neurotransmitter.
Acetylcholine molecules are released by the presynaptic membrane in the neuron in
packets of about 104 molecules. The packet of molecules then diffuses across the
synaptic gap.
Having carried a nerve impulse across the synapse to the muscle where it triggers an
electrical response, the acetylcholine molecules must be hydrolyzed (to choline)
within a few milliseconds to allow the arrival of the next impulse. This hydrolysis is
catalyzed by an enzyme of almost perfect efficiency called acetylcholinesterase.
The acetylcholine receptor on the postsynaptic membrane of muscle is the target for
some of the most deadly neurotoxins.
O
a
ce
ty
lc
ho
li
nes
t
era
se
C
HC
3OC
HC
2HN
2(C
H)
33+H
2O C
HC
3OHH
2 +O
CH
C
2HN
2(C
H)
33
A
c
et
yl
cho
l
ine C
h
ol
ine
63
Neurotransmiter
Sel saraf berinteraksi dengan sel saraf lainnya atau dengan otot di
persimpangan, atau celah, disebut sinapsis.
Impuls saraf dibawa melintasi celah sinaptik oleh senyawa kimia yang disebut
neurotransmitter.
Acetylcholine adalah neurotransmitter penting pada sinapsis neuromuskular
yang disebut sinaps kolinergik.
Acetylcholine mengandung kelompok amonium kuaterner. Menjadi kecil dan
ionik, asetilkolin sangat larut dalam air dan sangat mudah larut, kualitas yang
sesuai dengan perannya sebagai neurotransmiter.
Molekul asetilkolin dilepaskan oleh membran presinaptik di neuron dalam
bungkus sekitar 104 molekul. Paket molekul kemudian berdifusi melintasi celah
sinaptik.
Setelah membawa impuls saraf melintasi sinaps ke otot di mana ia memicu
respons listrik, molekul asetilkolin harus dihidrolisis (ke kolin) dalam beberapa
milidetik untuk memungkinkan masuknya impuls berikutnya. Hidrolisis ini
dikatalisis oleh enzim dengan efisiensi sempurna yang disebut
asetilkolinesterase.
Reseptor asetilkolin pada membran postsynaptic otot adalah target beberapa
neurotoksin yang paling mematikan.
64
The Chemistry of N-Nitrosoamines
N-Nitrosoamines are very powerful carcinogens which scientists
fear may be present in many foods, especially in cooked meats that
have been cured with sodium nitrite.
Sodium nitrite is added to many meats (e.g., bacon, ham,
frankfurters, sausages, and corned beef) to inhibit the growth of
Clostridium botulinum (the bacterium that produces botulinus
toxin) and to keep red meats from turning brown.
Food poisoning by botulinus is often fatal!
In the presence of acid or under the influence of heat, sodium nitrite
reacts with amines always present in the meat to produce N-
nitrosoamines.
Cooked bacon, for example, has been shown to contain N-nitrosodimethylamine
and N-nitrosopyrrolidine.
There is also concern that nitrites from food may produce
nitrosoamines when they react with amines in the presence of the
acid found in the stomach.
Nitrites (and nitrates that can be converted to nitrites by bacteria)
also occur naturally in many foods.
Cigarette smoke is known to contain N-nitrosodimethylamine.
Someone smoking a pack of cigarettes a day inhales about 0.8 mg of N-
nitrosodimethylamine, and even more has been shown to be present in the
sidestream smoke.
65
Kimia N-Nitrosoamina
N-Nitrosoamina adalah karsinogen yang sangat kuat yang para ilmuwan
khawatirkan hadir dalam banyak makanan, terutama pada daging matang
yang telah disembuhkan dengan sodium nitrit.
Natrium nitrit ditambahkan ke banyak daging (mis., Bacon, ham, sosis,
sosis, dan daging kornet) untuk menghambat pertumbuhan Clostridium
botulinum (bakteri yang menghasilkan racun botulinus) dan menjaga
daging merah agar tidak menjadi coklat.
Keracunan makanan oleh botulinus sering berakibat fatal!
Dengan adanya asam atau di bawah pengaruh panas, natrium nitrit
bereaksi dengan amina selalu hadir dalam daging untuk menghasilkan N-
nitrosoamina. Daging panggang, misalnya, telah terbukti mengandung N-
nitrosodimethylamine dan N-nitrosopyrrolidine.
Ada juga kekhawatiran bahwa nitrit dari makanan dapat menghasilkan
nitrosoamina saat bereaksi dengan amina dengan adanya asam yang
ditemukan di perut.
Nitrit (dan nitrat yang bisa diubah menjadi nitrit oleh bakteri) juga terjadi
secara alami pada banyak makanan.
Asap rokok diketahui mengandung N-nitrosodimetilamina.
Seseorang merokok satu pak rokok sehari menghirup sekitar 0,8 mg N-
nitrosodimetilamina, dan lebih banyak lagi yang terbukti hadir dalam
asap sidestream.
66
The Sulfa Drugs: Sulfanilamide
Sulfa Drugs
In 1935, the daughter of Gerhard Domagk, a doctor employed by a German dye
manufacturer, contracted a streptococcal infection from a pin prick. As his daughter
neared death, Domagk decided to give her an oral dose of a dye called prontosil.
(Prontosil had been developed at Domagk’s firm (I. G. Farbenindustrie), and tests
with mice had shown that prontosil inhibited the growth of streptococci.) Within a
short time the little girl recovered.
G. Domagk was awarded the Nobel Prize for Physiology or Medicine in 1939 but was
unable to accept it until 1947.
A year later, in 1936, Ernest Fourneau of the Pasteur Institute in Paris demonstrated
that prontosil breaks down in the human body to produce sulfanilamide, and that
sulfanilamide is the actual active agent against streptococci. Prontosil, therefore, is
a prodrug because it is converted to the active compound in vivo.
Fourneau’s announcement of this result set in motion a search for other chemicals
(related to sulfanilamide) that might have even better chemotherapeutic effects.
Sulfanilamide itself is too toxic for general use.
N
H2
O O
H
2N NN S N
H2 H
2N S N
H2
O O
P
ro
nto
sil S
ulf
anila
m id
e
67
Pada tahun 1935, anak perempuan Gerhard Domagk, seorang dokter
yang dipekerjakan oleh produsen zat warna Jerman, mengontrak infeksi
streptokokus dari tusukan jarum. Saat putrinya mendekati kematian,
Domagk memutuskan untuk memberinya dosis oral zat warna yang
disebut prontosil. (Prontosil telah dikembangkan di perusahaan Domagk
(I. G. Farbenindustrie), dan tes dengan tikus telah menunjukkan bahwa
prontosil menghambat pertumbuhan streptokokus.) Dalam waktu
singkat, gadis kecil itu sembuh.
G. Domagk dianugerahi Hadiah Nobel untuk Fisiologi atau Kedokteran
pada tahun 1939 namun tidak dapat menerimanya sampai tahun 1947.
Setahun kemudian, pada tahun 1936, Ernest Fourneau dari Institut
Pasteur di Paris menunjukkan bahwa prontosil rusak dalam tubuh
manusia untuk menghasilkan sulfanilamide, dan sulfanilamide adalah
agen aktif yang sebenarnya melawan streptokokus. Prontosil, oleh
karena itu, adalah sebuah prodrug karena diubah menjadi senyawa aktif
in vivo.
Pengumuman Fourneau tentang hasil ini menggerakkan pencarian
bahan kimia lain (terkait sulfanilamide) yang mungkin memiliki efek
kemoterapi yang lebih baik. Sulfanilamida itu sendiri terlalu toksik untuk
penggunaan umum.
68
NH2 NH2 NH2
CH3
N N
O
Sulfapyridine Sulfadiazine Sulfamethoxazole
O O
S S
69
DAFTAR PUSTAKA
70