Anda di halaman 1dari 34

‫الطريق إلى جماعة لمسلمين‬

Menuju Jama’atul Muslimin


Hussain Ali bin Muhammad bin Ali Jabir, MA.
Judul Asli ‫الطريق إلى جماعة لمسلمين‬
Penulis Hussain Ali bin Muhammad bin Ali Jabir, MA
Penerbit Daarul Wafa', Kairo
Th. Terbit 1407H/1987M
Penerjemah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, Lc.
Penerbit Tj. Rabbani Press, Jakarta
Th. Terbit Tj. 2002

2 1431 ‫ رمضان‬18
Muqaddimah

Jama’atul Muslimin adalah jama’ah ahlul aqdi wal hilli


apabila menyepakati seorang khalifah ummat dan
ummat mengikuti mereka

Manakala kesatuan umat Islam dengan segala


karakteristik positifnya telah terbentuk, ditambah lagi
adanya lembaga syura yang berjalan di dalam kerangka
sebuah imamah, berarti pada saat itulah sebuah Jama'atul
Muslimin telah eksis dengan segala makna hakikinya

3 1431 ‫ رمضان‬18
Tentang Penulis
 Ustadz Hussain bin Muhammad bin Ali Jabir merupakan
seorang magister lulusan Qism Al-Hadits (Fakultas Hadits)
dari Al Jami’ah Al Islamiyah di Madinah yang merupakan
lambang da’wah salafiyah di bawah bimbingan Dr. Mahmud
Ahmad Mira.
 Untuk mendapatkan gelar magisternya, Ustadz Hussain
menulis disertasi yang kemudian dipertahankan hingga
akhirnya diperoleh derajat imtiyaz (excellent). Disertasi inilah
yang kemudian diformat ulang menjadi bentuk buku pada
tahun 1987 dan kemudian diberi judul Ath Thariq ila
Jama’atil Muslimin (Menuju Jama’atul Muslimin).
 Ustadz meninggal di usia 40an, tidak lama setelah
merampungkan buku ini.

4 1431 ‫ رمضان‬18
Muqaddimah
Meski kekhilafahan kesultanan Utsmaniyah tidak
sepenuhnya mencerminkan (melambangkan) moralitas
Islam secara keseluruhan, keruntuhannya tetap menjadi
pukulan politik yang menyakitkan, karena bagaimanapun
institusi ini pernah menjadi simbol Supremasi Islam sebagai
rahmatan lil alamin di muka bumi. Harapan akan
kembalinya sebuah pemerintahan Islami tetap menjadi
cita-cita umat ini karena dilandasi oleh isyarat Rasulullah
dalam Hadist yang diriwayatkan oleh ahmad dan Baihaqi
bahwa Umat muslim akan hidup dalam lima periode.
[Salim Segaf al-Jufri]

5 1431 ‫ رمضان‬18
Periode Ummat Islam
1. Periode Nubuwwah, yaitu masa kaum muslimin hidup
bersama Rasulullah
2. Periode Khilafah atas Minhaj Nubuwwah, yang terwakili
masa Khulafaur Rasyidin yang berlangsung ± 30 tahun
3. Mulkan a’dhon, periode penguasa yang suka menindas
meski pola pemerintahannya didasarkan pada sistem
pemerintahan Islam
4. Mulkan Jabbariyyah, dimana kaum muslim tertindas dalam
pemerintahan penguasa sekuler (zaman sekarang)
5. Khilafah ’ala manhaj nubuwwah, kembalinya pemerintahan
islam yang sesuai dengan al Qur’an dan As-Sunnah

6 1431 ‫ رمضان‬18
Bagian 1
Haikal Jama’atul Muslimin
(Struktur Organisasi JM)
Bagian ini membahas mengenai urgensi wujudnya Jama’atul Muslimin
secara konsepsional berdasarkan tinjauan Syari’at Islam dan syarat
eksistensi JM, diantaranya:
1. Ummah
2. Syuro
3. Imamah

7 1431 ‫ رمضان‬18
Haikal Jama’atul Muslimin
 Tanpa adanya Ummah
tidak akan ada Imamah
Imamah  Ketiga unsur ini adalah
pembangun mutlak JM,
kekurangan pada satu
aspek akan meniadakan
Syuro eksistensi JM

Ummah

8 1431 ‫ رمضان‬18
Makna Jama’ah
 Dalam Al-Mu’jam al-Wasith, menurut bahasa Jamaah
diartikan sebagai ”Sejumlah besar manusia”, atau
”sekelompok manusia yang berhimpun untuk mencapai
tujuan yang sama”.
 Menurut syari’at adalah:
1. Jama’ah adalah para penganut Islam apabila bersepakat
atas suatu perkara, dan para pengikut agama lain
diwajibkan mengikuti mereka
2. Masyarakat umum dari penganut islam
3. Kelompok ulama mujtahidin
4. Jamaah ialah Jama’atul Muslimin apabila menyepakati
seorang Amir*
5. Para sahabat Rasulullah secara khusus

9 1431 ‫ رمضان‬18
Urgensi Jama’atul Muslimin
 Jama’atul Muslimin mempunyai kedudukan yang mulia
dan luhur dalam syari’at Islam. JM merupakan ikatan
yang kokoh yang bila ia hancur maka akan hancur pula
ikatan-ikatan Islam lainnya, pasif hukum-hukumnya,
hilang syiar-syiarnya, dan berpecah belah umatnya.
 Jama’ah ini (JM) adalah jama’ah yang diperintahkan oleh
Al Qur’an dan As Sunnah untuk dijaga, dipelihara
kesatuannya, dilindungi keutuhannya, dan dicegah dari
setiap ancaman dan rongrongan yang akan merusaknya.

10 1431 ‫ رمضان‬18
Adakah Jama'atul Muslimin di
dunia sekarang ini?

11 1431 ‫ رمضان‬18
Alasan Ketiadaan JM
 Hadits Rasulullah Saw kepada Hudzaifah Al Yaman yang memberitahukan akan
datangnya suatu zaman kepada umat Islam, di mana JM tidak muncul di tengah
kehidupan umat Islam.
 Adanya beberapa pemerintahan yang memerintah umat Islam. Padahal dalam
Islam tidak mengakui selain satu pemeirntahan yang memerintah umat Islam.
Bahkan Islam memerintahkan umat Islam agar membunuh penguasa kedua
secara. Langsung. Imam Nawawi menjelaskan apabila ada seorang khalifah
yang dibai’at setelah ada seorang khalifah, maka bai’at pertama itulah yang sah
dan wajib ditaati. Sedangkan bai’at kedua dinyatakan bathil dan diharamkan
taat kepadanya.
 Hadits shahih yang memberitahukan datangnya berbagai fitnah yang menimpa
umat Islam sejak Rasulullah Saw wafat sampai hari kiamat.
Dari Umamah al-Bahil, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda, “Sendi-sendi Islam
akan runtuh satu demi satu; setiap kali satu sendi runtuh, akan diikuti oleh sendi
berikutnya. Sendi Islam yang pertama kali runtuh adalah pemerintahan, dan
yang terakhir adalah shalat”(Ahmad).
 Puluhan ayat dan hadits yang menganjurkan persatuan dan keutuhan umat
Islam, dan memerintahkan membunuh setiap orang yang berusaha merusak
peraturan dan kesatuan tersebut. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Umat
Islam senantiasa berpecah belah dalam berbagai kelompok yang justru
menyulut pertengkaran dan permusuhan dalam tubuh umat Islam sendiri.

12 1431 ‫ رمضان‬18
Makna Ummah
 Ummah dapat ditafsirkan secara bahasa maupun
geografis
 Ummah adalah syarat mutlak adanya Jama’atul
Muslimin.
 Ummah adalah setiap jama’ah yang disatukan oleh
sesuatu hal; suatu agama; satu zaman; atau satu tempat.
Baik faktor pemersatu itu dipaksakan atau berdasarkan
atas pilihan. [al-Mufradat fi gharibil Qur’an]
 Setiap bumi kaum muslimin adalah buminya & ia
berkewajiban menegakkan hukum Allah diatasnya
sehingga menjadi darul ‘adl

13 1431 ‫ رمضان‬18
Ummah – Jama’ah
Ummat/Ummah identik dengan masyarakat umum, dan
ummat ini memilih para wakilnya di Majlis Syura,
sementara Majelis Syura identik dengan Jama’atul Ulama
atau ahlul aqdi wal hilli di dalam umat. Majelis Syura
menyepakati/memilih seorang amir untuk menjadi
khalifah kaum Muslimin secara umum.

14 1431 ‫ رمضان‬18
Darul Islam (Negara Islam)
Negara Islam adalah negara yg dikuasai oleh kekuasaan
negara keadilan (darul ‘adl), yaitu negara yg menegakkan
Islam dan melindungi hukum2nya serta dipimpin oleh
seorang khalifah pemegang imamah ‘uzhma.
Batas2 politis bagi ummat Islam saat ini tidak dapat
dianggap sebagai darul ‘adl, karena pemerintahan yg
menguasai negeri2 tersebut tidak dapat dikatakan sebagai
pemerintahan Islam. Darul Islam tetapi bukan darul ‘adl

15 1431 ‫ رمضان‬18
Karakteristik Ummah
 Uluhiyah & Rububiyah serta ‘asma wa shifat
 Aqidah bersifat komprehensif dan menyeluruh.
Pemisahan antara ubudiyah dan aspek lain dinilai
sebagai sebuah kesesatan & penyesatan serta
bertentangan dengan aksiomatika Islam yang hanif.
 Manhaj ummat Islam bersifat rabbani secara murni
 Kesempurnaan manhaj
 Prinsip pertengahan dan keadilan pada semua
problematika [Sayyid Quthb]

16 1431 ‫ رمضان‬18
Unsur Kesatuan Ummat Islam
 Kesatuan aqidah
 Kesatuan Ibadah
 Kesatuan adat & perilaku
 Kesatuan sejarah
 Kesatuan bahasa [Bahasa Arab]
 Kesatuan jalan
 Kesatuan dustur
 Kesatuan pimpinan

(Al-Islam, Sa’id Hawwa)

17 1431 ‫ رمضان‬18
Asy-Syuro
Syuro merupakan dasar yang utama dan sifat yang
melekat dalam tubuh umat Islam. Sebagaimana Allah SWT
menyebutnya bersama iman, tawwakal kepada-Nya,
menjauhi dosa-dosa besar dan wajib berpegang teguh
kepada adab Islam pada waktu marah. Rasulullah saw
menjadikan syura sebagai salah satu penentu perjalanan
umat Islam untuk mencapai kedamaian dan kebahagiaan
hidup.

18 1431 ‫ رمضان‬18
Hukum Syuro
Mengingat kedudukan syuro dalam Al-Quran dan As-
Sunnah, disamping peranannya yang amat besar dalam
mewujudkan sistem pemerintahan, memadukan
masyarakat dan memudahkan urusan rakyat dengan
tepat, maka para ulama menegaskan bahwa hukum syuro
adalah wajib bagi para pemimpin umat Islam di setiap
zaman dan tempat.

‫َوشَا ِو ْر ُه ْم ِفي ْاْلَ ْمر‬


“ … Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan
itu …” (Ali ‘Imran: 159)

19 1431 ‫ رمضان‬18
Kaidah Syuro Menurut Umar
 Ahli syuro adalah orang berilmu dan menguasai
permasalahan
 Membagi manusia dalam syuro menurut siapa yang
lebih dulu ber-Islam
 Menyuruh bermusyawarah dengan orang2 yang berhak
mengambil keputusan sehingga permasalahan tidak
diputuskan secara individu/mengikuti keinginan
individu
 Meminta pendapat dalam masalah2 hukum & peradilan,
jika keadaan menuntut demikian
 Wajib mengambil & mengikuti pendapat mayoritas
sepanjang tidak bertentangan dengan dalil2 yang qath’i

20 1431 ‫ رمضان‬18
Syarat-syarat Anggota Syuro
1. Paling menguasai Al-Qur’an & As-Sunnah
2. Terpelihara akhlaqnya
3. Mempunyai kafa’ah yang cukup dalam bidangnya
4. Meminta pendapat orang2 yg terpercaya dari kalangan ahli
ilmu (Bukhari)
5. Bertaqwa, amanah & takut pada Allah (al-Qurthuby)
6. Bijaksana & mampu mencegah/mengingatkan Amir/Imam
7. ‘Adalah yang meliputi: Islam, berakal, merdeka, laki-laki,
dam baligh (al-Mawardi)
8. Berilmu, cerdas dan bijaksana (al-Mawardi)
9. Memiliki ilmu untuk permasalahan yang di-syuro-kan (al-
Mawardi)

21 1431 ‫ رمضان‬18
Posisi Syuro
 Lambang pengambil kebijakan tertinggi ummah
 Menyelesaikan permasalahan yang tidak ada nashnya
atau terkait muamalat
 Mengedepankan Sunnah Rasul
 Mendengarkan mayoritas walaupun tidak mutlak,
seperti demokrasi. Mayoritas syuro akan tunduk
dihadapan syari’at
 Manifestasi political will ummat Islam
 Dorongan menuju syuro level global

22 1431 ‫ رمضان‬18
Imamah ‘Uzhma
 Imam menurut bahasa ialah setiap orang yang dianut oleh
suatu kaum, baik mereka berada di jalan yang lurus ataupun
sesat. Sedangkan menurut para ahli tafsir ialah
kepemimpinan umum dalam agama dan dunia sebagai
pengganti (khalifah) dari Nabi saw, atau yang juga disebut
Imamah kubra. Sedangkan imam sholat, imam masalah
hadits atau fiqih disebut imamah sughra.
 Prioritas untuk mewujudkan & memelihara imamah, bukan
siapa yang menjadi imam
 Mengangkat Imam, Ibnu Hazm mengutip kesepakatan semua
pihak dari Ahli Sunnah, Murji’ah, Syi’ah dan Khawarij atas
wajibnya megangkat imam. Dalam hal ini kewajiban
mengangkat imam merupakan kewajiban kolektif umat
Islam, atau fardhu kifayah.

23 1431 ‫ رمضان‬18
Syarat-syarat Imam [al-Mawardi]
 ‘adalah, berikut semua persyaratannya
 Ilmu yang dapat mengantarkan pada ijtihad dalam
berbagai kasus hukum
 Sehat panca indera, sehingga dapat mengetahui secara
langsung
 Tidak memiliki cacat yang dapat menganggu kinerjanya
 Memiliki pandangan yang dapat membawa kebaikan
rakyat
 Memiliki keberanian dan kegigihan untuk melindungi
kawan dan memerangi lawan
 Quraisy [ikhtilaf tetapi yang rajih adalah tidak harus]
24 1431 ‫ رمضان‬18
Maqashidul Khash JM
1. Pembentukan pribadi2 muslim – binaa’ al-fard al-
Muslim
2. Pembentukan rumah tangga muslim – binaa’ al-usrah
al-Muslimah
3. Pembentukan masyarakat muslim – binaa’ al-
mujtama’ al-Muslim
4. Penyatuan ummat Islam – tauhidul ummah al-
Islamiyah

25 1431 ‫ رمضان‬18
Maqashidul ‘Aam JM
1. Pengabdian seluruh manusia pada Rabb yang Esa
2. ‘Amar Ma’ruf Nahi Munkar
3. Intisyarud da’wah (menyebarkan da’wah) kepada
semua manusia
4. Menghapuskan fitnah di muka bumi
5. Memerangi seluruh manusia sehingga mereka
bersaksi dengan persaksian yg benar (syahadatain)

26 1431 ‫ رمضان‬18
Sarana
 Maqashid Khash
 Wajib mengembalikan media massa, pengajaran, ekonomi
dan alat-alat negara lainnya kepada Islam
 Menghancurkan semua unsur kemunafikan dan kefasikan
di dalam umat
 Mempersiapkan umat Islam sebaik-baiknya sehingga
sesuai dengan tuntutan zaman
 Maqashid ‘Aam
 Menjelaskan prinsip-prinsip Islam kepada semua manusia
melalui segala media
 Menuntut semua manusia agar masuk Islam
 Menuntut semua negara tunduk kepada ajaran-ajaran
Islam
 Mengumunkan jihad bersenjata dan terus menerus sampai
mencapai kemenangan.

27 1431 ‫ رمضان‬18
Bagian 2
ath-Thariq ila Jama’atil Muslimin
(Jalan Menuju JM)
Bagian ini membahas mengenai:
1. Hukum Islam
2. Langkah-langkah Penerapan

28 1431 ‫ رمضان‬18
Jalan untuk Merealisasikan Jama’atul
Muslimin adalah dengan Menerapkan
Hukum-hukum Islam Secara Syumul

29 1431 ‫ رمضان‬18
Integralitas Hukum Islam
Sejak da’wah Islam di bawah pimpinan Rasulullah saw
mulai digelar di Mekkah, turunlah pengarahan-
pengarahan Rabbani secara bertahap sesuai dengan
keperluan jama’ah dan tuntutan yang dihadapi jama’ah.
Sehingga penerapannya pun dilakukan secara bertahap.
Namun pada kondisi saat ini, dimana pengarahan-
pengarahan Rabbani dan Nabawiyah sudah turun secara
sempurna, penerapan bertahap ini tidak bisa
dilaksanakan. Setiap muslim dan jama’ah Islam dituntut
melaksanakan seluruh pengarahan Rabbani dan sunnah
Nabawiyah secara utuh tanpa pengurangan.

30 1431 ‫ رمضان‬18
Implementasi Hukum Islam
Penerapan hukum Islam dapat disesuaikan dengan waktu
dan kondisi, dengan syarat individu atau jama’ah tersebut
meyakini semua hukum Islam dan keberlangsungannya.
Contoh seorang muslim yang belum akhil baligh tidak
sama dengan muslim yang telah baligh, atau seorang
muslim yang sedang dalam perjalanan mendapatkan
keringanan pada hal tertentu.

31 1431 ‫ رمضان‬18
Langkah di Jalan Menuju JM
 Berkata ustadz Al-Maududi mengatakan bahwa ” Di
antara sunnatullah di atas bumi ini adalah, bahwa
dakwah (Islam) ini diperjuangkan oleh orang-orang
yang senatiasa memeliharanya dan mengatur
urusannya.”
 Ustadz Hasan Al-Banna mengatakan ”Dakwah ini wajib
dibawa oleh suatu jamaah yang memepercayainya dan
berjihad di dalamnya.”
 Ustadz Sa’id hawwa mengatakan, ”satu-satunya
penyelesaian iaalah harus tegaknya jamaah.” Serta
berbagai tanggapan para pemikir-pemikir islam lainnya

32 1431 ‫ رمضان‬18
Rambu-rambu Siroh Nabi dalam
Menegakkan JM
1. Menyebarkan prinsip dakwah. Dalam tahap ini
Rasulullah menempuh dua jalan yaitu:
a) Kontak Pribadi (Ittishal Fardi)
b) Kontak Umum (Ittishal Jama’i)
 Mengumpulkan manusia dalam suatu jamuan
makan di rumahnya kemudian menyampaikan
prinsip dakwah kepada mereka
 Mengumpulkan manusia pada suatu tempat lalu
didakwahi
 Pergi ke tempat pertemuan-pertemuan manusia
 Ke berbagai negara menyampaikan dakwah
 Mengirim surat ke kapala suku dan raja

33 1431 ‫ رمضان‬18
Rambu-rambu Siroh Nabi dalam
Menegakkan JM
2. Rambu Pembentukan Dakwah. Kadang-kadang dalam
pembinaan pembinaan jamaah dipakai cara kontak
pribadi, kontak umum, atau kedua-duanya. Rasulullah
menempuh cara tertentu dalam kondisi tersebut
dengan:
a) Takwin (kadriasasi) dalam tahapan sirriyyah
b) Takwin (kaderisasi) pada tahapan ’Alaniyah
c) Takwin dalam tahapan sirriyyah dan ’Alaniyah

3. Konfrontasi bersenjata terhadap musuh dakwah


(sepenuhnya merupakan hak amir setelah
mempetimbangkan kondisi kontemporer)

34 1431 ‫ رمضان‬18

Anda mungkin juga menyukai