Anda di halaman 1dari 8

MUTU BAHAN MAKANAN

MUTU
Kramer dan Twigg (1983), Mutu adalah gabungan dari sejumlah atribut yang dimiliki
oleh bahan atau produk pangan yang dapat dinilai secara organoleptik. Atribut tersebut meliputi
parameter kenampakan, warna, tekstur, rasa dan bau.
Menurut Hubeis (1994), Mutu adalah derajat penerimaan konsumen terhadap produk
yang dikonsumsi berulang (seragam atau konsisten dalam standar dan spesifikasi), terutama
sifat organoleptiknya.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2004, Pangan
merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun
yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam
proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
Maka, mutu pangan yaitu nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan,
kandungan gizi, dan standar perdagangan terhadap bahan makanan, makanan dan minuman.
Kramer dan Twigg (1983), mengklasifikasikan karakteristik mutu bahan pangan menjadi
dua kelompok, yaitu:
• Karakteristik fisik atau karakteristik tampak, meliputi penampilan yaitu warna, ukuran, bentuk
dan cacat fisik; kinestika yaitu tekstur, kekentalan dan konsistensi, flavor yaitu sensasi dari
kombinasi bau dan cicip
• Karakteristik tersembunyi, yaitu nilai gizi dan keamanan mikrobiologis.
FAKTOR MUTU
SPESIES UKURAN JARAK KE KONSUMEN

• Spesies tanaman, ternak atau • Bahan pangan yang memiliki • Beberapa jenis bahan pangan
ikan mempengaruhi kesukaan ukuran besar dianggap lebih yang mudah mengalami proses
konsumen terhadap bahan bermutu dibandingkan dengan penurunan mutu
pangan yang berasal dari bahan bahan pangan berukuran lebih • Jarak antara tempat produksi
hasil petanian tersebut. kecil. bahan pakan ke tempat dimana
• Harga spesies yang satu dapat • Bahan pangan berukuran besar konsumen berada akan
lebih mahal bila dibandingkan dianggap dapat memberikan cita berpengaruh terhadap mutu.
spesies lainnya. rasa lebih baik, bagian yang • Indonesia yang memiliki suhu
• Penerimaan konsumen terhadap dapat dimakan (edible part) dan kelembaban lingkungan
bahan pangan dipengaruhi oleh lebih banyak, dan biaya relatif tinggi, sehingga jarak ke
kecocokan kenampakan, rasa, penanganan per unit berat lebih konsumen berpengaruh nyata
adanya tulang halus atau duri, murah.. terhadap penurunan mutu
tabu menurut agama, atau • Biaya yang harus dikeluarkan bahan pangan
kebiasaan sosial untuk membeli bahan pangan
berukuran besar lebih banyak
dibandingkan biaya yang
dikeluarkan untuk membeli
bahan pangan sejenis namun
memiliki ukuran relatif lebih
kecil.
FAKTOR MUTU
JENIS KELAMIN DAN MASA
PAKAN LOKASI
PERKAWINAN
• Pakan yang diberikan kepada • Lokasi budidaya atau • Jenis kelamin akan berpengaruh
ikan atau ternak akan penangkapan ikan maupun terhadap cita rasa dagingnya.
berpengaruh terhadap citarasa ternak akan berpengaruh • Contohnya kepiting biru di
ikan dan hewan ternak. terhadap mutu ikan atau ternak. Amerika yang berjenis kelamin
• Contohnya ikan yang diberi pelet • Kondisi lingkungan seperti angin, jantan lebih disukai karena rasa
akan menghasilkan daging gelombang, kondisi air, dan pola dagingnya lebih enak. Kepiting
dengan cita rasa seperti pelet, migrasi akan mempengaruhi Bakau lebih disukai yang berjenis
Tomat yang diberi pupuk dengan jenis dan kelimpahan makanan kelamin betina, terutama yang
komposisi tertentu dapat ikan sehingga berpengaruh masih memiliki telur.
dikendalikan citarasanya, apakah terhadap citarasa ikan. • Masa perkawinan juga
mau manis, terasa asam, atau berpengaruh terhadap mutu
tawar. daging ikan atau ternak. Hasil
ikan yang diperoleh di daerah
dimana sedang musim
perkawinan, memiliki mutu lebih
rendah dibandingkan ikan yang
sama tetapi ditangkap di daerah
lain.
FAKTOR MUTU
KANDUNGAN SENYAWA
ORGANISME PARASIT KANDUNGAN POLUTAN CACAT
RACUN
• Organisme parasit yang • Keracunan dapat • Sumber polutan dapat • Beberapa bahan pangan
menyerang akan disebabkan oleh tiga berasal dari lingkungan memiliki penampilan cacat
berpengaruh nyata cara, yaitu kimiawi, yang mencemari, sehingga terlihat kurang
terhadap mutu bahan biologis, dan penggunaan bahan-bahan menarik.
pangan. Parasit dapat mikrobiologis. kimia non pangan, dan • Penampilan cacat ini dapat
berupa bakteri, jamur, penggunaan bahan-bahan disebabkan oleh sifat
protozoa, serangga atau • Berdasarkan yang memiliki efek genetis, faktor
cacing. penyebabnya, ada samping mencemari. lingkungan,dan serangan
• Bakteri dan jamur banyak
beberapa faktor yang • Sayuran dan buah-buahan organisme lain.
menimbulkan kerugian dapat menyebabkan cenderung tercemar
karena kemampuannya timbulnya keracunan bahan kimia, baik sebagai
merusak bahan pangan. makanan, yaitu racun pengawet maupun racun
• Selain penampakan bahan yang berasal dari bahan pembasmi hama.
pangan menjadi tidak pangan itu sendiri, cara • Zat kimia ini bisa berupa
menarik, serangan bakteri pengolahan atau arsen, timah hitam, atau
dan jamur sering disertai penyimpanan yang zat-zat yang bisa
dengan timbulnya bau salah, dan pengaruh dari menyebabkan keracunan.
busuk. luar.
PENURUNAN MUTU BAHAN PANGAN

Kerusakan Fisik (memar, luka, pemberian perlakuan, benda asing)

Kerusakan kimiawi (autolisis, oksidasi, browning, senyawa kimia pencemar)

Kerusakan Biologis (burst belly, aktivitas mikroba merugikan)

Senyawa racun (bahan pangan sudah beracun, bahan pangan menjadi racun)
MENCEGAH PENURUNAN MUTU
SELAMA PENANGANAN SELAMA PENGAWETAN SELAMA PENGOLAHAN

• Precooling • Penggunaan suhu rendah • Suhu tinggi


• Penangan steril • Iridiasi • Penurunan kadar air
• Pencucian bahan pangan • Penggunaan bakteri • Penambahan senyawa kimia
• Penyiangan antagonis • Fermentasi
• Blansing • Pengendalian produk yang
• Filleting tidak sesuai
• Pemisahan daging dari
tulang
• Sortasi
• Grading
Daftar pustaka
Kanza, Aufa Aulia dan Sukma Chaedir Umar. 2015. “Mutu, Gizi, dan
Keamanan Pangan”. Dalam https://www.academia.edu/12468426/
Buku_Mutu_Gizi_dan_Keamanan_Pangan (diakses tanggal 18
November 2019).
Sukainah, Andi, dkk. “Mutu dan Keamanan Pangan”. Dalam
http://ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/7531/mod_res
ource/content/1/MODUL%203%20KEGIATAN%20BELAJAR%20%201.pd
f (diakses tanggal 18 November 2019)

Anda mungkin juga menyukai