Anda di halaman 1dari 28

KEHAMILAN EKTOPIK, MOLA

HIDATIDOSA, PLASENTA
PREVIA, PRE EKLAMSIA
By
Prasanti Adriani,
S.SiT.,S.Kep.,Ns.,M.Kes.
KEHAMILAN EKTOPIK
 Kehamilan Ektopik adalah kehamilan
dengan ovum yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh tidak di
tempat yang normal yakni dalam
endometrium kavum uteri
(Wiknjosastro, 2007).
 Kehamilan ektopik adalah implantasi
ovum yang telah dibuahi di luar kavum
uteri (Gondo, Suwardewa, 2012).
Menurut Saifuddin tahun 2009 faktor-faktor
yang memegang peranan dalam hal ini
ialah sebagai berikut:
a. Faktor tuba

1) Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan


lumen tuba menyempit atau buntu.
2) Keadaan uterus yang mengalami hipoplasia dan saluran
tuba yang berkelok-kelok panjang yang dapat menyebabkan
fungsi silia tuba tidak berfungsi dengan baik.
3) Keadaan pasca operasi rekanalisasi tuba dapat merupakan
predisposisi terjadinya kehamilan ektopik.
4) Faktor tuba yang lain ialah adanya kelainan endometriosis
tuba atau divertikel saluran tuba yang bersifat congenital
5) Adanya tumor disekitar saluran tuba, misalnya mioma uteri
atau tumor ovarium yang menyebabkan perubahan bentuk
juga dapat menjadi etiologi kehamilan ektopik terganggu.
b. Faktor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran
besar, maka zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat
melalui tuba, kemudian berhenti dan tumbuh di saluran tuba.
c. Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba
dapat membutuhkan konsep khusus atau waktu yang lebih
panjang sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik
lebih besar.
d. Faktor hormonal
Pada akseptor, pil KB, yang hanya mengandung progesteron
dapat mengakibatkan gerakan tuba melambat. Apabila terjadi
pembuahan dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.
e. Faktor lain
Termasuk disini antara lain adalah pemakaian IUD dimana
proses peradangan yang dapat timbul pada endometrium dan
endosalping dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.
Faktor umur penderita yang sudah menua dan faktor perokok
juga sering dihubungkan dengan terjadinya kehamilan ektopik.
Tanda dan gejala menurut
Wiknjosastro tahun 2007
a. Adanya amenorea sering ditemukan
walaupun hanya pendek saja sebelum diikuti
perdarahan
b. Mual dan muntah
c. Rasa nyeri di bagian kanan atau kiri perut ibu
d. Perut semakin membesar dan keras
e. Suhu badan agak naik
f. Nadi cepat
g. Tekanan darah menurun
Beberapa Jenis Kehamilan
Ektopik Lainnya
a. Kehamilan servikal (Kehamilan ini jarang dijumpai dan
biasanya terjadi abortus spontan dan didahului oleh
perdarahan yang makin lama semakin banyak)
b. Kehamilan dalam divertikulum uterus (Akibat kehamilan
ini rupture ke luar dari uterus atau abortus)
c. Kehamilan ovarial
Kehamilan ini yang jarang terdapat, terjadi apabila
spermatozoon memasuki folikel de Graaf yang baru saja
pecah, dan menyatukan diri dengan ovum yang masih
tinggal dengan folikel. Nasib kehamilan ini adalah ovum
yang dibuahi mati, atau terjadi ruptura.
d. Kehamilan intra dan ekstra uterin (Dalam hal ini
biasanya terjadi gangguan kehamilan tuba yang
memerlukan tindakan operasi)
e. Kehamilan abdominal (Kehamilan ini sangat
jarang ditemukan, primer terjadi apabila ovum
dan spermatozoon bertemu dan bersatu
didalam
satu tempat peritoneum dalam rongga perut)
Komplikasi kehamian ektopik
terganggu
 Menurut Syaifuddin (2008) kehamilan ektopik
ini akan mengalami abortus atau rupture
apabila masa kehamilan berkembang melebihi
kapasitas ruang implantasi (misalnya di tuba).
 Tanpa intervensi bedah, kehamilan ektopik
yang rupture dapat menyebabkan perdarahan
yang mengancam nyawa (≥ 0,1 %
mengakibatkan kematian ibu). Infeksi sering
terjadi setelah rupture kehamilan ektopik yang
terabaikan (Benson dan Martin, 2009).
Mola Hidatidosa
Definisi Mola Hidatidosa
 Suatukehamilan yang tidak wajar, yang
sebagian atau seluruh vili korialisnya
mengalami degenerasi hidrofik berupa
gelembung yang menyerupai anggur
(Martaadisoebrata, 2005)
Epidemiologi
 MH cenderung lebih sering terjadi pada wanita
dengan usia reproduksi yang ekstrim (Hayashi
et al; La Vecchia et al; Atrash et al; Bagswe et
al; Paradinas et al; Di Cintio et al; Sebire et al )
oleh karena itu populasi MH pada kehamilan
usia dini dan usia tua lebih tinggi dibanding
dengan kehamilan pada rentang usia yang lebih
terbatas (usia reproduksi sehat). Hal ini dapat
menjelaskan beberapa perbedaan observasi
regional tetapi tentu tidak semuanya (Fox H,
2007).
Etiologi
 Walaupun penyakit ini sudah dikenal
sejak abad keenam, tetapi sampai
sekarang belum diketahui dengan pasti
penyebabnya. Oleh karena itu,
pengetahuan pengetahuan tentang
faktor resiko menjadi penting agar
dapat menghindari terjadinya MH,
seperti tidak hamil di usia ekstrim dan
memperbaiki gizi (Martaadisoebrata,
2005).
Faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya MH adalah :
a. Usia ibu (Peningkatan resiko untuk MHK
karena kedua usia reproduksi yang ekstrim
(terlalu muda dan terlalu tua) (Daftary,
2006)
b. Status gizi (keadaan sosial ekonomi yang
rendah maka untuk memenuhi zat-zat
gizi yang diperlukan tubuh kurang
sehingga mengakibatkan gangguan
dalam pertumbuhan dan
perkembangan janinnya (Saleh, 2005)
c. Riwayat obstetri (Resiko untuk MH meningkat
pada wanita dengan riwayat aborsi spontan
sebelumnya (Brinton LA, 2005).
d. Genetik
e. Kontrasepsi oral dan perdarahan irreguler
f. Golongan darah
Ibu dengan golongan darah A dan ayah dengan
golongan darah A atau O memiliki resiko
meningkat dibandingkan dengan semua
kombinasi golongan darah lain . Penemuan ini
mendukung faktor genetik atau faktor imunologik
berkaitan dengan histokompatibilitas ibu dan
jaringan trofoblas. (Hoskins WJ, 2005)
g. Merokok, konsumsi alkohol, infeksi
APA ITU PLASENTA
PREVIA?
Plasenta previa adalah plasenta yang
implantasinya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus di depan bagian
presentasi janin sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir (ostium uteri interna).
TINGKATAN PLASENTA
PREVIA
Plasenta previa dapat dibedakan menjadi beberapa
tingkatan tergantung dimana lokasi plasenta
 Plasenta Previa Totalis : Jika plasenta menutupi
berinsersi, yakni antara lain :
seluruh ostium uteri internum
 Plasenta Previa Lateralis : Jika hanya sebagian
ostium uteri internum yang tertutupi oleh plasenta
 Plasenta Previa Marginalis : Jika tepi plasenta
berada dipinggir ostium uteri internum
 Plasenta Previa Letak Rendah : Plasenta
tertanam di segmen bawah uterus sedemikian
sehingga tepi plasenta sebenarnya tidak
mencapai ostium uteri internum tetapi berada di
TANDA dan GEJALA
KLINIS
 Perdarahan pada usia kehamilan > 20 Minggu
 Tidak ada nyeri
 Warna darah merah segar
 Perdarahan bisa sedikit atau banyak
 Perdarahan berulang biasanya lebih banyak
dari
sebelumnya
 Perut teraba tidak tegang
 Penurunan bagian terendah belum masuk PAP
FAKTOR RISIKO
 Perokok
 Riwayat atau kuretase sebelumnya
SC
 Multiparitas
 Usia < 20 atau > 35
Tahun
 Tumor
 Kehamilan Kembar
 Malnutrisi
ETIOLOGI
 Endometrium yang inferior
 Korpus luteum yang bereaksi lambat
 Vaskularisasi yang kurang pada
desidua sehingga terjadi atrofi dan
peradangan
 Perluasan plasenta
PATOFISIOLOGI
 Plasenta yang melekat pada segmen bawah
rahim tidak dapat mengikuti pembukaan serviks
dan peregangan segmen bawah rahim yang
semakin membesar sesuai dengan
pertambahan usia kehamilan.
 Segmen bawah rahim dan serviks tidak cukup
kuat berkontraksi, sehingga perdarahan tidak
dapat terhindarkan.
 Makin rendah letak plasenta, makin dini terjadi
perdarahan.
 Segmen bawah rahim yang tipis sehingga
plasenta melekat lebih kuat.
KOMPLIKASI
 Anemia
 Syok perdarahan
 Infeksi saluran kemih (post partum)
 Plasenta akreta  Retensio 
Plasenta
 Perdarahan
Prematuritaspasca persalinan
 Gawat janin
 Malpresentasi janin
 Kematian ibu dan
bayi
PENCEGAHAN
PENANGANAN
 Tegakkan diagnosa
- Anamnesa
- Pemeriksaan Fisik
- USG
- PDMO
 Observasi perdarahan dan kesejahteraan janin
 Berikan pendidikan kesehatan dan konseling
 Segera lakukan rujukan jika terjadi
perdarahan hebat
PRE EKLAMSIA
PENGERTIAN
 DISEBUT PREEKLAMSI BILA, DIASTOLIK>
90 mmHG, PADA WANITA HAMIL> 20 MG
 SERING TIMBUL PADA TM III/ PADA AWAL
PARTUS.
GEJALA DAN TANDA
 NYERI KEPALA HEBAT
 NYERI EPIGASTRIUM
 GANGGUAN VISUS
 MUNTAH MUNTAH
 PENINGKATAN TT DAN TDK TURUN
SETELAH 2MG( INDIKASI RAWAT)
PRINSIP PENATALAKSANAAN PE
RINGAN

. PEMANTAUAN TERUS, TDK PERLU


DIRAWAT
 ISTIRAHAT CUKUP
 KONSELING PASIEN DAN KELUARGA TTG
TANDA DAN BAHAYA PREEKLEMSI DAN
EKLAMSIA
 DIITRENDAH GARAM
 KONTROL TIAP MINGGU
 RUJUK BILA 2MG TDAK ADA
PENURUNAN.

Anda mungkin juga menyukai