Anda di halaman 1dari 10

TAUHID NORMATIF,ASKETIS &

KESALEHAN RITUAL EGOISTIK


Kelompok : 3

Indah Rafikah (1904015122)


Novita Dewi (1904015090)
Nur Alifa Azyyati (1904015266)
Ratika Yusuanti (1904015098)
Pengertian Tauhid Normatif
Secara sederhana dapat didefinisikan bahwa yang dimaksud dengan tauhid
normatif adalah kepercayaan seorang muslim akan kesaan Allah SWT baik
eksistensi, sifat-sifat, dan kekuasaannya serta hal-hal matafisis (gaib) yang
dikabarkannya. Mengawali semuanya, seorang yang akan masuk agama
islam harus mengucapkan kalimat syahadat ( kalimat persaksian) yaitu:
asyahadu alla illaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan rasulullah
(saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa
muhammad adalah utusan Allah).Kalimat pertama disebut dengan syahadat
tauhid.
Dari segi bahasa, kata tauhid dalam bahasa arab, berasal dari kata wahhada,
yuwahhidu, tauhidan, yang berarti mengesakan dan menyatukan. Tauhid
bisa dimaknai dengan keyakinan dan kesaksian bahwa “tidak ada tuhan
selain Allah”.
Dalam ilmu kalam, konsepsi tauhid ini kemudian
dikembangan dalam tiga aspek ketauhidan :
1. Tauhid rububiyyah
Tauhid rububiyah yang berkenaan dengan kesadaran dan keyakinan
bahwa Allah adalah Tuhan yang menciptakan dan memelihara
seluruh makhluk di alam jagad raya.
2. Tauhid Asma’ wa Sifat
Yang dimaksud adalah mempercayai Allah Atas nama-nama yang
telah ditetapkan oleh-Nya sendiri. Dan tidak mengingkari nama-
nama tersebut. Percaya bahwa nama-nama tersebut benar tanpa
mengilustrasikan (Takyif), menyerupakan dengan sesuatu (Tamtsil),
menyimpangkan makna (Tahrif), atau bahkan menolak nama atau
sifat tersebut
3. Tauhid uluhiyyah
Tauhid uluhiyyah adalah konsekuensi yang logis dari tauhid
rububiyyah. Keyakinan bahwa Allah saja yang menciptakan semua
yang ada merupakan dasar peribadatan dalam ajaran islam
Tauhid uluhiyyah mengandung makna :
1. Lâ hubban illa lillâh, (tiada yang berhak dicintai kecuali hanya Allah
SWT)
2. Lâ khasyyatan illa lillâh, (tiada yang berhak ditakuti kecuali hanya
Allah SWT)
3. Lâ thâ’atan illa lillâh, (tiada yang berhak ditaati Allah SWT)
4. Lâ ibadatan illa lillâh, (tiada yang berhak disembah kecuali hanya
menyembah kepada Allah SWT)
Ancaman-ancaman tauhid
Tauhid kepada Allah adalah sebuah perjuangan yang terus menerus secara
konsisten. Setiap saat bisa muncul ujian terhadap ketauhidan ini. sebagai contoh
kecil, beberapa ancaman tauhid itu antara lain :
Pertama, hawa nafsu. Ancaman serius terhadap ketauhidan sebetulnya
bermula dari diri manusia itu sendiri, yaitu berupa hawa nafsu. Orang yang
terbius hawa nafsu menjadi cenderung eksklusif, menolak kebenaran, sombong,
dan menolak diri terhadap kebenaran dari luar.
Kedua, lingkungan sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tentu tidak dapat
melepaskan diri dari lingkungannya. Manusia dapaat mempengaruhi
lingkungannya, dan juga sebaliknya ia juga dapat dipengaruhi oleh
lingkungannya.
Ketiga, sekularisme dan materialisme. Budaya modern memeng banyak
menawarkan kemudahan bagi kehidupan manusia. Tetapi dibalik itu budaya
modern juga menyiapkan belenggu-belenggu kemanusiaan yang baru. Salah
satunya adalah dengan adanya pahan sekularisme dan paham materialisme.
Pengertian Asketis
Asketisme adalah ajaran-ajaran yang menganjurkan pada umatnya untuk
menanamakann nilai-nilai agama dan kepercayaan kepada Tuhan, dengan jalan
melakukan latihan-latihan dan praktek-praktek rohaniah dengan cara mengendalikan
tubuh dan jiwa Pada tradisi Islam, bahasan asketik bersumber pada konsep zuhud
yang lahir dari tradisi tasawuf.
• zuhud merupakan langkah awal bagi orang-orang yang berjuang untuk
mendapatkan kesempurnaan dan bermakrifat kepada Allah Swt Dalam persepktif
historitas Islam, praktek askestik dalam Islam pada hakekatnya sudah ada sejak
Rasululah Saw melakukan aktivitas bertahannust di gua Hira, ketika menerima
wahyu pertama.
• kehidupan zuhud Sedangkan Zuhud itu berarti tidak merasa bangga atas
kemewahan dunia yang telah mereka miliki dan tidak merasa sedih karena
kehilangan kemewahan dari dirinya.
• Dalam tradisi Islam, bahasan asketik dapat ditelusuri dari konsep “zuhud” yang
lahir dari tradisi tasawuf .
Beberapa Contoh Kesalehan ritual yang berdampak pada
kesalehan sosial
1. Shalat
Dalam hal sholat misalnya, Al-Qur’an menyatakan:
َّ ‫فَا ْعبُ ْدنِي َوأَقِ ِم ال‬
)14:‫صالة َ ِل ِذ ْك ِري (سورة طه‬
“…Maka beribadahlah kalian kepada-Ku (sembahlah Aku) (Allah SWT), dan
dirikan lah shalat untuk mengingat-Ku”.
2. Puasa
Puasa yang punya makna al-imsak punya arti "menunda kesenangan". Kemampuan
manusia dalam menunda kesenangan sangat tergantung pada kekuatan jiwanya
dalam mengendalikan hawa nafsu
Ritual puasa misalnya, mendidik seseorang untuk mengendalikan hawa nafsunya
serta memupuk rasa solidaritas sosial, khususnya kepada kaum yang miskin,
sengsara, dan tertindas.
3. Zakat fitrah
Begitu pula zakat fitrah, sebuah kewajiban yang harus ditunaikan setelah puasa
Ramadan. Kalau tidak, maka puasanya dibiarkan menggantung tidak diterima Allah,
punya implikasi sosial yang nyata, yakni bagai upaya meringankan beban dan
membantu orang-orang yang rentan secara ekonomi. Zakat baik mal maupun fitrah-
adalah thariqah untuk menegakkan keadilan sosial yang nyata, bukan sekadar
bergenit-genit dengan wacana belaka.
Bercermin dari sosok Muhammad, kita seharusnya tidak hanya rajin beribadah,
tetapi juga mampu “melampaui” nafsu dan kesenangan duniawi yang acapkali
menjebak dan menjerumuskan.
4. Qurban
Selama ini, secara konseptual yang beredar, selalu sepakat adanyak praktek berkurban
adalah diilhami atas prilaku Nabi Ibrahim as yang dibilang sangar dramatis. Beliau
membuktikan rasa cinta dan kesetiaan dengan mengorbankan Islam putranya yang
disayangi melebihi segalanya.
Nabi Ibrahim as dengan realisasi qurban saat ini, yakni tanggal 10 DzulHijjah terlepas
dari tasrik juga termasuk ke dalam waktu berqurban.
5. Haji
Haji di samping dimaksudkan sebagai bentuk penyerahan diri secara total kepada
Allah dan tanpa reserve, ia juga melambangkan kesatuan, kesetaraan dan
persaudaraan umat manusia sedunia. pada waktu itu semua sama, dan seraya
serempak menegaskan bahwa yang Maha Tinggi dan Maha Kaya adalah Allah SWT
semata. memakai sepatu dan apalagi memakai tanda-tanda kepangkatan betapapun
kaya dan tinggi pangkat kemanusiaan seorang jemaah haji, pada waktu itu semua
sama, dan seraya serempak menegaskan bahwa yang Maha Tinggi dan Maha Kaya
adalah Allah SWT semata.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai