“SINTESIS ALTERNATIF PROPRANOLOL DAN ATENOLOL SINTETIK DARI BAHAN UTAMA ALIL AMIN”
Jainer Pasca Siampa
P2500213402 Magister Jurusan Sains Farmasi 2014 Pendahuluan
Propranolol dan atenolol, golongan beta bloker,
merupakan obat yang digunakan untuk hipertensi, angina pectoris, glaukola, ansietas,obesitas dan penyakit kardiovaskuler yang lain.
Obat-obatan yang beredar sekarang hanya merupakan
S-enantiomer yang memiliki aktivitas beta-adrenergik, walaupun bentuk-R nya selalu memiliki efek penstabil membran dan 130 kali kurang aktif dibanding S-analog Pendahuluan Metode-metode yang telah dipublikasi sebelumnya memiliki kekurangan antara lain membutuhkan kondisi yang sulit, sintesis yang banyak atau persiapan katalisis yang rumit, sementara jalur sintesis atenolol memerlukan suhu yang tinggi. Beberapa metode lain dilaporkan pada sintesis (S)-propranolol dan (S)-atenolol menggunakan enzim untuk resolusi, hidrogenasi asimetrik dengan katalis kiral logam komples, asimetrik epoksidasi pada alil alkohol dan sorbitol, membutuhkan polimer sebagai reagen, biasanya digunakan Zn(NO3)2 dan (+) asam tartaric untuk menginduksi tahapan pembukaan cincin. sebagian lagi melaporkan penggunaan reaksi katalisis lipase dan adanya siklodekstrin. Metode terdahulu
Pada industri farmasi sekarang, propranolol rasemik
disintesis menggunakan Epiklorohidrin. Metode yang selama ini dianggap murah dan simple, sebagai berikut Metode terdahulu Kondesasi α-naftol (2) dengan epiklorohidrin (3), dengan penambahan KOH dalam DMSO (dimetil sulfoxide) menghasilkan α-naftil glycydil ether
Penambahan eter ini dengan isopropilamin, kmd direfluks menghasilkan
propranolol. Sedangkan penambahan Zn(NO3)2 dan (+)-tartaric acid pada α-naftil glycydil ether dan DMSO , lalu diikuti penambahan isopropilamin akan menghasilkan propranolol dengan nilai yield dan kemurnian yang lebih baik Bahan & Metode Alternatif Sebelum digunakan, Penyaring molekuler diaktifkan dengan pemanasan di oven 120ºC selama 12 jam, hal ini bisasa dilakukan untuk tipe silica gel untuk meregenerasi silica gel nya. Cara lain bisa digunakan tergantung tipenya. α-naftol dipurifikasi dengan sublimasi. Alilamin dan isopropyl bromide didestilasi dan disimpan di desicator. semua pelarut juga disaring sebelum digunakan. Tahapan Sintesis t-Butil alil karbamat (2) t-Butil alil karbamat (2) Allil amin (3 g, 52,5 mmol) dan trietilamin (9,5 mL,68 mmol) dilarutkan didalam diklorometan (10mL) suhu 0ºC, Boc2O (15,6 ml, 68 mmol) ditambahkan dan distirer. Campuran dihangatkan disuhu ruangan dan distirer sepanjang malam. kemudian dicuci dengan NaOH 10% dan di ekstraksi dengan etil asetat (3x50 ml). lapisan organik dikeringkan dengan sodium sulfat anhidrat. penambahan yang paling penting pada fase ini adalah Boc2O (di-t-butil-dikarbonat) yang akan mendesak H terlepas dan berikatan dengan NH. penambahan trietilamin sebagai peningkat kelarutan dan sebagai katalisator pada reaksi ini. diklorometan sebagai pelarut. dan sodium sulfat anhidrat sebagai pengering. t-butil oxiran-2-ylmetil karbamat (3) t-butil oxiran-2-ylmetil karbamat (3)
hasil step 2 (3g,19 mmol) kemudian dilarutkan pada
dikloromethan dan ditambahkan asam m- kloroperbenzoic (6,95 g) pada suhu 0ºC, dan campuran reaksi dihangatkan disuhu ruangan. setelah dipanaskan pada reflux selama 5 jam, kemudian didinginkan lagi dan penambahan perlahan sodium tiosulfat tersaturasi. kemudian dibilas dengan sodium bikarbonat tersaturasi. lapisan berair di ekstraksi dengan etil asetat (3x50ml). kemudian fase organik diambil dan dikeringkan. (3). penambahan terpenting pada fase ini adalah penambahan asam m-kloroperbenzoic untuk membentuk suatu cincin epoksid ( proses epoksidasi). t-butil 2-hidroksi-3- (naftalen-1- yloxy)propilkarbamat (4a) t-butil 2-hidroksi-3- (naftalen-1- yloxy)propilkarbamat α-naftol ditambahkan ke(4a) larutan potassium hidroksida dalam air dan epoksid 3 didalam tetrahidrofuran pada suhu 0ºC. kemudian distirer sepanjang malam pada suhu kamar. setelah netralisasi dengan HCl pada suhu 0ºC, campuran di ekstraksi dengan etil asetat (3x20ml). lapisan yang terbentuk di evaporasi sampai kering untuk mendapatkan lapisan keringnya.(4a) penambahan a-naftol, derivat fenol untuk membuka cincin epoksid (3) t-butil3-(4-(2-amino-2- oxoetil)fenoksi)-2- hidroksipropilkarbamat (4b) p-hidroksifenil asetamida ditambahkan kedalam larutan potassium hidroksida dalam air dan epoksida (3) pada suhu 0ºC. kemudian distirer sepanjang malam pada suhu kamar. setelah netralisasi dengan HCl pada suhu 0ºC, di ekstraksi dengan etil asetat (3x20ml). lapisan yang terbentuk di evaporasi sampai kering untuk mendapatkan lapisan keringnya. perbedaan pada tahap 4a adalah disini menggunakan p-hidroksifenil asetamida 1-amino-3-(naftalen-1- yloxy)propan-2-ol (5a) 1-amino-3-(naftalen-1- yloxy)propan-2-ol (5a)
asam trifloroasetik ditambahkan ke larutan 4a dalam
diklorometan. distirer slama 2 jam. kemudian dibasakan dengan NaOH dan diekstraksi dengan etil asetat. lapisan organik di keringkan dengan sodium sulfat anhidrat. menghasilkan 5a disini penambahan asam sangat berperan untuk melepaskan karbamatnya (Boc) 2-(4-(3-amino-2- hidroksipropoksi)fenil) asetamida (5b) perbedaan dengan tahap 5a adalah, pada tahapan ini menggunakan asam yang berbeda yaitu menggunakan gas HCl, kemudian 4b dilarutkan dalam methanol. kemudian setelah reaksi sempurna, kemudian dikentalkan dengan menurunkan tekanan. kemudian dibasakan dengan trietilamin Propranolol suspensi 5a , disaring dan sesium hidroksida dilarutkan dalam dimetilformamida lalu distirer disuhu ruangan selama 30 menit. kemudian isopropyl bromide ditambahkan perlahan. setelah reaksi selesai, ditambahkan HCl 1N dan diekstraksi dengan etil asetat. penambahan yang penting pada fase ini adalah penambahan isopropyl bromide yang akan bereaksi dengan amin (-NH2), dalam hal ini isopropyl Bromida (golongan halogen) digunakan untuk pemancing endapan, dan dengan penambahan sesium hidroksid dan dimetilformamida juga membantu dalam pembentukan propranolol (+). Propranolol Atenolol (6b) larutan 5b, disaring, dan sesium hidroksida dalam dimetilformamida dikocok pada suhu ruang slama 30 menit. kemudian isopropyl bromide ditambahkan perlahan. sama dengan tahapan pada pembuatan 6a, penambahan yang penting pada fase ini adalah penambahan isopropyl bromide yang akan bereaksi dengan amin (-NH2), dalam hal ini isopropyl Bromida (golongan halogen) digunakan untuk pemancing endapan, dan dengan penambahan sesium hidroksid dan dimetilformamida akan membantu membentuk atenolol (+). Penggunaan pelarut organik etil asetat untuk ekstraksi untuk memisahkan fase air dan fase non polar (fase organik). hal ini dimaksud agar mudah untuk memisahkan lapisan organik yang akan digunakan untuk pemeriksaan. Kesimpulan Penambahan t-butil dikarbonat (Boc2O) pada Alil Amin, dan juga adanya penambahan trietilamin pada suhu ruangan menghasilkan t-butil alil karbamat (2) dengan nilai yield 98%. Setelah epoksidasi dengan asam m-kloroperbenzoat, dihasilkan t-butil oxiran-2-ylmetilkarbamat (3) dengan nilai yield 88%. Pembukaan cincin epoksid menggunakan derivat fenol dan dengan penambahan larutan potassium hidroksida menghasilkan 4a dan 4b dengan nilai yield masing-masing 77% dan 84%. kemudian dilakukan pelepasan Boc dengan penambahan asam (untuk 4a ditambahkan asam trifloroasetat sedangkan untuk 4b ditambahkan HCl gas). Kemudian Amina (NH2) direaksikan dengan isopropilbromida dan cesium hidroksida dalam larutan dimetilformamid dan dihasilkan Propranolol 6a dengan nilai yield 70% dan Atenolol 6b dengan nilai yield 60%. Daftar Pustaka Inkum, R, dkk. 2012. An Alternative synthesis of (+)-propranolol and (+)- atenolol. Full paper journal. Maejo International Journal of Science and Technology
Zimmermann, A.P., dkk. 2010. Propranolol therapy for infantile
haemongiomas : Review of literature. International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology
Jovanic, Slobodanka, dkk. 2006. Catalysis in the alkylation reaction of 1-
naphthol with epicholohydrin. J. Serb. Chem. Soc.
Eshghi, H. dan Porkar Yazdi, 2003. A Facile Synthesis of (S)-(-)-
Propranolol. Journal of Sciences, Islamic Republic of Iran