Anda di halaman 1dari 130

PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN
2018
OLEH :
MACHMUD AL RASYID
(08164226555)
A. Hakekat PKN dlm Mengembangkan Utuh Sarjana
atau Profesional

 1. Konsepsi & Urgensi PKN dalam Pencerdasan


Kehidupan Bangsa;
 2. Argumentasi Diperlukan PKN;
 3. Sumber Historis, Sosiologis, & Politis PKN di
Indonesia;
 4. Tantangan & Dinamika PKN di Indonesia;
 5. Esensi dan Urgensi PKN di Masa Depan;
 6. Rangkuman
B. Identitas Nasional

 1. Konsepsi & Urgensi Identitas Nasional;


 2. Argumentasi Diperlukannya Identitas Nasional;
 3. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politis Identitas
Nasional (Bendera, Bahasa, Lambang Negara, Lagu
Kebangsaan, Semboyan, Dasar & Falsafah Negara) ;
 4. Dinamika & Tantangan Identitas Nasional;
 5. Esensi & Urgensi Identitas Nasional;
 6. Rangkuman Identitas Nasional
C. Integrasi Nasional

 1. Konsepsi & Urgensi Integrasi Nasional (Makna,


Jenis, Pentingnya, dan versus Dios-Integrasi);
 2. Argumentasi Pentingnya Integrasi Nasional;
 3. Sumber Historis, Sosiologis, & Politis Integrasi
Nasional ( & Pengembangannya);
 4. Dinamika dan Tantangan Integrasi Nasional;
 5. Esensi dan Urgensi Integrasi Nasional;
 6. Rangkuman
D. UUD Negara RI 1945 & Konstitusionalitas
Perundang-undangan
 1. Konsepsi dan Urgensi;
 2. Konstitusi dan Negara-Bangsa
 3. Sumber Historis, Sosiologis & Politis
 4. Dinamika & Tantangan
 5. Esensi dan Urgensi
 6. Rangkuman
E. Kewajiban & Hak Negara serta
Warganegara
 1. Konsepsi & Urgensi
 2. Argumentasi Pentingnya Harmoni Kewajiban dan
Hak Negara serta Warganegara;
 3. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politis;
 4. Dinamika & Tantangan
 5. Essensi dan Urgensi
 6. Rangkuman
F. Demokrasi Indonesia

 1. Konsepsi & Urgensi (Pengertian, Tiga Tradisi


Pemikiran Politik Demokrasi, Pemikiran Demokrasi
di Indonesia, Pentingnya Demokrasi sebagai Sistem
Politik Modern);
 2. Argumentasi Diperlukannya Demokrasi Pancasila;
 3. Sumber Historis, Sosiologis, Politis;
 4. Dinamika dan Tantangan;
 5. Esensi dan Urgensi;
 6. Rangkuman
G. Penegakkan Hukum Berkeadilan

 1. Konsepsi dan Urgensi;


 2. Argumentasi Diperlukannya;
 3. Sumber Historis, Sosiologis, & Politis;
 4. Dinamika & Tantangan;
 5. Esensi dan Urgensi
 6. Rangkuman
H. Wawasan Nusantara

 1. Konsepsi dan Urgensi;


 2. Argumentasi Diperlukannya;
 3. Sumber Historis, Sosiologis, & Politis;
 4. Dinamika & Tantangan;
 5. Esensi dan Urgensi (Wujud Kesatuan Politik,
Ekonomi, Sosial-Budaya, dan Hankam)
 6. Rangkuman
I. Ketahanan Nasional & Bela Negara

 1. Konsepsi dan Urgensi (Wajah, Dimensi, &


Perwujudan);
 2. Argumentasi Diperlukannya;
 3. Sumber Historis, Sosiologis, & Politis;
 4. Dinamika & Tantangan;
 5. Esensi dan Urgensi
 6. Rangkuman
J. Project Citizen

 1. Identifikasi Masalah;
 2. Pemilihan Masalah;
 3. Pengumpulan Informasi;
 4. Pengembangan Portofolio Kelas;
 5. Penyajian Portofolio : Presentasi dan Tanya Jawab
 6. Refleksi (Pengalaman Belajar)
PERKEMBANGAN ISTILAH

Kewiraan PKN PKN

• Orde Baru • Orde • Pancasila


Reformasi menjadi
(Pancasila Mata
masuk di Kuliah
dalamnya) tersendiri
A. Hakekat PKN dlm Mengembangkan Utuh Sarjana
atau Profesional

 1. Latar Belkakang, Konsepsi & Urgensi PKN dalam


Pencerdasan Kehidupan Bangsa;
 2. Argumentasi Diperlukan PKN;
 3. Sumber Historis, Sosiologis, & Politis PKN di
Indonesia;
 4. Tantangan & Dinamika PKN di Indonesia;
 5. Esensi dan Urgensi PKN di Masa Depan;
 6. Rangkuman
1. Latar Belakang,
Pengertian &
Pentingnya PKN
1. Latar Belakang Pendidikan
Kewarganegaraan

WN
WN WN
Mementingkan
Eksklusif Pragmatis
Pribadi
a. Warga Negara Mengutamakan
Kepentingan Pribadi
b. Warganegara Eksklusif
Desa Panglipuran – Kab. Bangli
B A LI
C. Warganegara Pragmatis
Latar Belakang Lainnya :

Potensi
Tantangan Problem
Gangguan
Disintegrasi Globalisasi
Negara Luar
Pengetahuan
Partisipasi Sikap yang
Politik
Rendah A-Politik
kurang
Patisipasi Rendah :
• Kurangnya respon politik, Misalnya
• Mobil Plat Merah, dipakai ke Bukan Dinas, dll

Sikap Yang A-Politik


• Tidak Mau Terlibat Politik, Misalnya
• Meng-anggap sudah ada yang ngurus Politik

Pengetahuan Politik Kurang


• Tidak Cerdas/Tingkat Literasi Politik
• Partai yang tidak punya calon, tetap dipilih, dll
2. Pengertian
Pendidikan Kewarganegaraan
Pengertian PKn (Zamroni) : pendidikan demokrasi yg
bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat
berpikir kritis & bertindak demokratis, melalui
aktivitas menanamkan kesadaran kpd generasi baru
kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan
masyarakat yg paling menjamin hak-hak warga masy.

Pendidikan Pendidikan
Kewarganegaraan Demokrasi
Berpikir Kritis

Membaca
Pintu Masuk ke
Ilmu Penget.
Proses
Pembebasan
Perilaku
Berpikir Kritis
LITERASI (Keaksaraan)

 Yaitu kemampuan memahami, mengevaluasi, dan


menggunakan teks tertulis sebagai medium
komunikasi di masyarakat & mengembangkan
pengetahuan.

Memahami

Literasi Mengevaluasi

Menggunakan
Kemendikbud, 2004

Indonesia
Buta Aksara 5,97 juta jiwa

3,7 % Penduduk Literasinya ANJLOK


UNESCO, 2012

• 0,0001
Indeks Minat • Tiap 1000 hanya 1 yg
Baca minat baca

Central • World’s Most Literate


Connecticut Nations, 2016
State • Urutan 60 dari 61
University, AS (Botswana)
Survei OECD PIAAC, 2016

 Organisation for Economic Co-operation


and Development Programme for
International Assesment of Adult
Competences)
 Kemampuan Literasi Orang Jakarta Dewasa
(25-65) lulusan minimal SMA lebih rendah
dibanding Masyarakat Eropa di tingkat
Sekolah Dasar
 Paling rendah dari 34 negara yang di survei
Linking the National Plans for Acceleration
and Expansion of Economic Development to
Programming in the Education Sector
(ACDP-016), Satryo Soemantri
Brodjonegoro, Kompas 20 Juni 2016
 Perusahaan yang di Survei
 92 % mengeluhkan Pekerjanya Lemah Membaca
 90 % mengeluhkan Pekerjanya Lemah Menulis
 KENAPA LITERASINYA RENDAH seiring
MENDERASNYA PENGGUNAAN INTERNET
 Indonesia 10 besar pengguna terbanyak internet
 90 % nya hanya untuk Media Sosial
 Pusat Kajian Komunikasi Universitas Indonesia
2014 dari 88,1 juta pengguna internet, 79 juta nya
pengguna aktif sosial media (89,67 %)
 Indonesia pengguna aktif FACEBOOK no 4 dunia
(60,3 Juta)
 No 3 Twitter 50 juta pengguna dengan minimal 4,1
juta ciapan (tweet) per hari dari Indonesia
 INTERNET (Sherry Turke,2011) menyediakan
kemudahan mengakses informasi dan pengetahuan,
tetapi juga MELAHIRKAN PENDANGKALAN
KEMAMPUAN BERNALAR
 Budaya selalu terhubung membuat kita tergoda selalu
melontar komentar, sehinggatak punya waktu berpikir
serius
 Akhirnya menurut Nicholas G. Carr, teknologi digital
dikhawatirkan akan menghasilkan GENERASI YANG
BERPIKIR CEKAK
 Tanpa disiplin bernalar, kita akan kehilangan daya
memilah banjir informasi di dunia yg makin kompleks,
dimana CITRA menggantikan REALITAS.
 IKLAN, PROPAGANDA membaur dengan BERITA
 Bahkan GOSSIP & HOAX bersanding dengan FAKTA
 Pada akhirnya kita akan tergagap
 Tak kuasa membedakan FAKTA & OPINI
 Akibatnya HOAX, MEME, atau OLOK-OLOK dari
PROPAGADAIS menyebar dengan deras dalam
ruang informasi dan kemudian ditelan mentah-
mentah oleh MASYARAKAT YANG TUNA
LITERASI sebagai KEBENARAN
 Jadi TUNA LITERASI tak hanya menyesatkan dalam
dunia digital , tetapi juga menjadikan BANGSA INI
GAGAL MENDEFINISIKAN DIRI
 Minim MEMBACA jelas terkait rendahnya
PRODUKTIVITAS tulisan, bagaimana mau menulis
apabila tidak pernah membaca
 Banyak PERISTIWA BESAR di Indonesia lupu di
tulis:
 Gempa Aceh
 Gerakan Reformasi
 Dll tak terdokumentasikan dengan baik
 INILAH LITERASI atau TINGKAT KE KRITISAN
yang RENDAH.
AZYUMARDI AZRA (2003) :

Demokrasi

Pendidikan
Hak Asasi Manusia
Kedwarganegaraan

Masyarakat
Madani
(Civil Society)
J. SOEDJATI DJIWANDONO (2004)

 Atau Civics atau Civic Education adalah pendidikan


atau pengajaran untuk mengembangkan kesadaran
akan dirinya sebagai warganegara, dengan hak dan
tanggungjawabnya dalam diri peserta didik.
 FREDDY KIRANA KALIDJERNIH (2009) adalah
pendidikan pengembangan karakteristik-2
warganegara melalui pengajaran tentang peraturan
dan institusi masyarakat dan negara dalam aspek
hak & kewajiban, tanggungjawab, partisipasi, dan
identitas dalam relasi negara dengan warganegara
dan warganegara dengan warganegara
ASPEK PKN (Freddy K. Kalidjernih)

Hak & Tanggung


Partisipasi Identitas
Kewajiban Jawab

RELASI WARGANEGARA – NEGARA & ANTAR WARGANEGARA


Urgensi PKN

Belajar PKN

Belajar ke-Indonesia-an

Memahami tentang Warganegara-


Kita- Kami (negara)
Kenapa Sarjana & Profesional Perlu PKN ?

 UU No 12 Tahun 2012 Pendidikan Tinggi bertujuan:


 a. berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan
berbudaya untuk kepentingan bangsa;
 b. dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang
Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi untuk
memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan
daya saing bangsa;
Mahasiswa Lulusan

Iman & Penguasaan


Taqwa Ilmu & Tek.

Kepentingan
Akhlak Mulia
Nasional

Berilmu,
Cakap Daya Saing
Bangsa

Kreatif,
Mandiri

Terampil,
Kompeten,
Berbudaya
 UU No 14 tahun 2005 tentang Guru & Dosen
menegaskan tentang PROFESIONAL.
 Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi.
UU No 12 Tahun 2012 ttg Pendidikan Tinggi

 Pasal 18 (1) Program sarjana merupakan pendidikan


akademik yang diperuntukkan bagi lulusan
pendidikan menengah atau sederajat sehingga
mampu mengamalkan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi melalui penalaran ilmiah. (2) Program
sarjana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyiapkan Mahasiswa menjadi intelektual
dan/atau ilmuwan yang berbudaya, mampu
memasuki dan/atau menciptakan lapangan kerja,
serta mampu mengembangkan diri menjadi
profesional.
Materi Sebelum 2013
 1. Pendahuluan
 2. Filsafat Pancasila
 3. Identitas Nasional
 4. Negara & Konstitusi
 5. Hubungan Negara & Warganegara
 6. Demokrasi Indonesia
 7. Negara Hukum & Hak Asasi Manusia
 8. Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia
 9. Ketahanan Nasional Indonesia
 10. Integrasi Nasional
PERBANDINGAN MATERI

L A M A (2013) B A R U (2016)
1. PKN Sebagai Pengembang 1. Hakekat PKN dalam Mengembangan
Kepribadian Utuh Sarjana atau Profesional
2. Identitas Nasional 2. Identitas Nasional
3. Negara & Konstitusi 4. UUD NRI 1945 & Konstitusionalitas
Per UU an
4. Hubungan Negara & Warganegara 5. Kewajiban & Hak Negara serta
Warganegara
5. Demokrasi Indonesia 6. Demokrasi Indonesia
6. Negara Hukum & HAM 7. Penegakkan Hukum Berkeadilan
7. Wawasan Nusantara sbg Geopolitik 8. Wawasan Nusantara
Ind.
8. Ketahanan Nasional Indonesia 9. Ketahanan Nasional & Bela Negara
9. Intergrasi Nasional 3. Integrasi Nasional (9)
10. Project Citizen
Kompetensi Dua :

IDENTITAS NASIONAL
BEBERAPA ISU KONTEMPORER
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/
umum/18/02/10/p3xi5m377-bnpt-sebut-sel-
radikalisme-sudah-masuk-kampus-libatkan-
dosen

http://www.tribunnews.com/nasional/2018
/02/16/penggunaan-politik-identitas-
diprediksi-muncul-lagi-di-pilkada-2018

http://news.liputan6.com/read/2820740/3-
model-dinasti-politik-di-indonesia

http://www.bbc.com/indonesia/indonesia- Mahar politik


untuk partai di Indonesia, antara ada dan tiada
BEBERAPA ISU KONTEMPORER
(FOOTNOTE)

RADIKALISME

POLITIK IDENTITAS

DINASTI POLITIK

MAHAR POLITIK

POLITIK POPULIS
BEBERAPA ISU KLASIK

Kelirumologi
Pancasila

Kelirumologi
Konstitusi
KELIRUMOLOGI PANCASILA ?
PANCASILA YANG MANA ?
(Tidak sama Persepsinya) - footnote
PANCASILA, 1 JUNI 1945

PANCASILA, 22 JUNI1945

PANCASILA, 18 AGT 1945

PANCASILA, KRIS 1949

PANCASILA, UUDS 1950

PANCASILA, DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959


MACAM-MACAM RUMUSAN
PANCASILA :
A. MUHAMMAD YAMIN (Versi Lisan,29 Mei 1945) :
1. Peri Kebangsaan
2.Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Peri Kesejahteraan Sosial
Rumusan Tertulis (Saafrudin Bahar, Eds, 1992)
 Ketuhanan Yang Maha Esa
 Kebangsaan Persatuan Indonesia
 Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
 Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

KETERANGAN :
Beberapa buku baik penulis yang hidup masa BPUPK (Hatta) maupun sesudahnya (AB Kusuma),
menyatakan bahwa Muhammad Yamin dalam pidatonya tidak pernah menyatakan tentang
Dasar Negara. Rumusan itu terdapat dalam buku yang ditulis Yamin “Naskah Persiapan UUD”
dan diterbitkan tahun 1960
 B. RUMUSAN SUPOMO (31 Mei 1945)
 Persatuan Indonesia
 Ketuhanan Yang Maha Esa
 Kerakyatan yang berdasarkan permusyawaratan
perwakilan
 Pemerataan keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia
 Kemakmuran Indonesia dalam ikatan Asia Timur
Raya
Keterangan : Menurut AB Kusuma, Supomo tidak
pernah berpidato tentang dasar negara pada
tanggal tersebut. Pidatonya adalah tentang
Staatsidee Integralistik.
 C. SOEKARNO PANCASILA
 D. SOEKARNO TRISILA
 E. SOEKARNO EKASILA
 F. PIAGAM DJAKARTA
 G. PEMBUKAAN (Preambule) UUD
18 AGUSTUS 1945
 H. MUKADIMAH KRIS 1949
 I. MUKADIMAH UUDS 1950

 Keseluruhan rumusan dasar negara, hanya Rumusan Soekarno


itulah yang diberi nama PANCASILA. Lainnya TIDAK MEMPUNYAI
NAMA
FAKTA SOSIAL :
(Pembukaan Alinia 4)

 …..suatu susunan Negara RI …..dengan berdasar kepada


KETUHANAN YANG MAHA ESA, KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN
BERADAB, PERSATUAN INDONESIA, dan KERAKYATAN YANG
DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM
PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN, serta dengan mewujudkan
suatu KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA.

 BENARKAH RUMUSAN ITU MENYEBUT TENTANG PANCASILA


ATAU LIMA DASAR ?
 APAKAH kalimat terakhir bukan tentang TUJUAN ?
DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959
•Anjuran kembali ke UUD 1945 tidak ada putusan
•Anggota tidak akan menghadiri sidang lagi
•Menimbulkan bahaya ketatanegaraan
KONSIDERAN •Dukungan terbesar rakyat
•Keyakinan bahwa Piagam Jakarta Menjiwai UUD
1945 & merupakan satu rangkai kesatuan dengan
Konstitusi tersebut

•Pembubaran Konstituante
•Menetapkan UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS
(1950)
ISI •Pembentukan :
•MPRS = DPR + utusan Daerah dan Golongan
•Pembentukan DPA
Baca & Dengarkan Pendapat Rocky
Gerung di ILC
 Prof. Rocky Gerung: Dalangnya Ada, Tapi Siapa Yang
Berani Bilang?
(https://www.youtube.com/watch?v=CdEmeqaJ5IA)
 Isinya termasuk antara lain :
 Usulan Perubahan Sila Pertama menjadi “Ketuhanan
Yang Adil dan Beradab”
 Usulan Perubahan Sila Kedua menjadi “Kemanusiaan
Yang Maha Esa”
 MUNGKIN USULAN ITU SIFATNYA SARKASME
KELIRUMOLOGI KONSTITUSI

SEJARAH & MASA BERLAKU

AMANDEMEN & PERUBAHAN

PEMAKNAAN PASAL

PEMBUKAAN & BATANG TUBUH


Satu kesatuan atau 2 hal yg terpisah
SEJARAH & MASA BERLAKU
footnote

UUD 1945 UUD 1945


UUD
Amandemen* Amandemen*
18-8-1945
1999 2000

UUD 1945
UUD 1945
KRIS 1949 Amandemen*
Orde Baru
2001

UUD 1945
UUD
UUDS 1950 Amandemen*
Dekrit Presiden
2002
AMANDEMEN & PERUBAHAN

AMANDEMEN PERUBAHAN

? ?
AMANDEMEN & PERUBAHAN

14 Nop 1945 Orde Baru Referendum

Presiden
KRIS Seumur Reformasi
Hidup

Dekrit Amandemen*
UUDS
Presiden 1999-2002
PEMAKNAAN PASAL

• 2 kali masa
Pasal 7 jabatan

Pasal •Dipelihara
34 Negara
1. Identitas Nasional
(Pengertian)
61

 Kata “identitas” berasal dari kata identity berarti ciri-


ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang melekat pada
seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan
yang lain.
 Sedangkan “Nasional” menunjuk pada sifat khas
kelompok yang memiliki ciri-ciri kesamaan, baik fisik
seperti, budaya, agama, bahasa, maupun non-fisik
seperti, keinginan, cita-cita, dan tujuan.
 Jadi, “Identitas nasional” adalah identitas suatu
kelompok masyarakat yang memiliki ciri dan
melahirkan tindakan secara kolektif yang diberi
sebutan nasional.
 JATI DIRI NASIONAL
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KEMBALI -
IDENTITAS NASIONAL - Footnote

PENYEGARAN
IDENTITAS
NASIONAL

KRISIS EKONOMI

GLOBALISASI
2. Identitas Nasional
 A. Teori Munculnya Identitas Nasional oleh Robert
de Ventos (Djoko Suryo,2002) :
• Etnisitas, • Komunikas
• teritorial i&
Teknologi
• bahasa, • Militer
• agama B
A • Sentralisas
(primer (pendo • i monarkhi
) rong)

D C
(reaktif) (penarik)

• Penindasan • Bahahasa
• Dominasi • Birokrasi
• Identitas • Sistem
Alternatif Pendidikan
 B. Faktor Pendukung Lainnya

B. FAKTOR
A. FAKTOR SUBYEKTIF
OBYEKTIF 1.Historis
1. Geografis- 2. Politik
Ekologis
3. Sosial
2. Demografi
4. Kebudayaan
IDENTITAS & KEWARGANEGARAAN

Konsep Identitas Nasional ini secara tersirat


bermakna NASIONALISME INDONESIA, yaitu
asosiasi warga atau CIVIC NATIONALISM, yaitu
suatu konsep inklusif dimana ‘nasionalis’ dijadikan
payung yang melindungi segenap warga dalam
wilayah Indonesia tanpa melihat etnis, agama,
kelompok maupun yang lain. Berarti untuk menjadi
warganegara tdk di dasarkan IUS SOLI atau IUS
SANGUANIS saja. Tetapi siapapun dia. Deklarasi
HAM pasal 15 ayat 1: “Everyone has the right to
nationality” . Artinya bisa dg Naturalisasi
Warga Siapa yang Menjadi Penyebab ?,
Lebih dulu mana Negara dan Siapa yang menjadi akibat ?
Antara Negara dg
Warganegara?

Warga Warga
Negara
Negara Negara

Warga
Negara
Identitas Nasional Formal

Bendera

Bahasa

Lambang Negara

Lagu Kebangsaan

Sistem Pem.an, Sistem Pend., Sis.Ek, dll


Identitas Identitas
Formal Substansial

Sifatnya
SEREMONIAL
Imperatif
Jati Diri (HARDONO HADI,2002)

Kepribadian

JatiDiri

Keunikan Identitas
IDENTITAS & NASIONALISME
 Negara-negara Dunia Pertama di Eropa, dengan
adanya Perjanjian Westphalia 1648 menunjukkan
bahwa Negara Etnis atau Negara Bangsa terlepas
dari Kekuasaan Agama. Sehingga dalam satu
negara hanya ada satu identitas, yaitu identitas
etnis yang sekaligus negara.
 Di Amerika, Identitas yang ada adalah Identitas
Individu yang berasal dari Etnis di negara Eropa
yang merasa mendapat kesulitan di negara lama
sehingga keberadaannya adalah terlebih dahulu,
baru kemudian muncul Negara.
 Oleh karena itu konsep Negara di AS, di dasarkan
kepada perlindungan Kepentingan Individu.
Lanjutan :
 Sehingga di Amerikan persoalan Kewarganegaraan
menjadi lebih sederhana, karena sejak didirikannya
negara tidak ada persoalan berkaitan dengan Agama
dan Etnisitas.
 Sedangkan di Indonesia, faktor Agama dan Etnisitas
adalah persoalan yang cukup serius, karena mereka
ada lebih dahulu dibandingkan dengan negara nya.
Bahkan Penjajah Belanda pun melegalkan persoalan
itu, sehingga Warga Hindia Belanda dibedakan
dalam Golongan Eropa, Timur Asing, dan Inlander
termasuk aturan hukumnya.
 Sehingga dengan munculnya Indonesia, semua
warga dianggap sama karena kewarganegaraannya
adalah suatu yang problematis.
PROBLEMATIKA ANTARA IDENTITAS,
NASIONALISME, & KEWARGANEGARAAN

IDENTITAS
IDENTITAS
AGAMA
IDENTITAS
ETNIS
BAHASA
Footnote :

Identitas
Agama
Identitas Identitas
Etnik Bahasa

Identitas
Nasional
Akibat dari Identitas Terhadap Nasionalisme :

 Disinilah perlunya pembahasan tentang


Multikulturalisme dan Nasionalisme, yaitu :
 1. Multikulturalisme dalam Agama;
 2. Multikulturalisme dalam Etnis;
 3. Multikulturalisme dalam Bahasa;
 4. Nasionalisme dan Otonomi

 APAKAH PENGARUH DARI IDENTITAS TERSEBUT,


DAN BAGAIMANA STRATEGI KENEGARAAN ATAU
PEMERINTAHAN TERHADAP IDENTITAS TERSEBUT
?
TANTANGAN NASIONALISME

Liberalisme

Neo
Korporasi Nasionalisme Liberalisme

Neo
Imperialisme
Nasionalisme Nasionalisme
- Sentralisasi - Desentralisasi
(Orde Baru) (KRIS – Reformasi)

Identitas Diperhatikan
Identitas Kurang
Diperhatikan
PERSOALAN YANG MUNCUL :

Nasionalisme Identitas
(Identitas (Etnik-Agama-
Nasional) Daerah)
MARTIN RAMSTEAD & FAJAR IBNU
TUFAIL (2011, 5)

Identitas : identifikasi thd aspek-2


normatif yg ditawarkan melalui ranah

AGAMA

TRADISI

HUKUM
IDENTITAS SEBAGAI ALAT MENCARI AKSES
(MARTIN RAMSTEAD & FAJAR IBNU TUFAIL 2011, 5) - FOOT

• Harusnya sbg Label Sosial


• Faktanya sbg Wahana
IDENTITAS mendapat akses pda sumber
daya negara/nasional

IDENTITAS • Harusnya sbg Label Sosial


• Faktanya sbg Wahana
mendapat akses pda sumber
(Aragon) daya Global
PENGAKUAN IDENTITAS
MASA ORDE BARU

Melalui Ranah Hukum

Bersifat Normatif (bersumber pd tata norma yang


transenden yg mengatasi perbedaan sosial

Faktanya SELALU HASIL NEGOSIASI POLITIK

Sehingga TATA NORMA adalah perpanjangan kepentingan


politik, sehingga bersifat DISKURSIF (alat mengatur)
IDENTITAS SESUDAH REFORMASI
TERJADI PERGESERAN PROSES IDENTIFIKASI

IDENTITAS
ORDE BARU : Nasional

Reformasi : Lokal atau Global


IDENTITAS INDONESIA BARU

Kapitalisme
Liberalisme

Kebebasan/
HAM

Perubahan UUD
IMPERIALISME DAN
NEOLIBERALISME
Liberalisme

Neoliberalisme

Neo-imperialisme

KORPORASI (MNC)
Neoliberalisme
 Lahir dari revolusi Ekonomi Liberal
 Intinya adalah dilepasnya hak istimewa atas modal
dari berbagai tata aturan teritorial maupun nasional
Pengaturan masy. Ber
dsr dominasi homo
economicus thd
dimensi lain manusia
Neoliberalisme
Dominasi sektor
finansial atas sektor
riil
Penjajahan Korporasi
Penjajahan

Ruang-
Hidup

Pikiran
Penjajahan Ruang-Hidup
(Apartheid Ekonomi Global)
Pangan

Seperangkat kebutuhan
Energi

dasar hidup
Air Bersih
INDUS
TRI
Pendidikan

Pelayanan
Kesehatan

Informasi
Penjajahan Pikiran

Penyeragaman Cara Berpikir


Sistem Pendidikan

Sistem Politik

Sistem Ekonomi

Media yg Seragam,
unilateral, & searah
Strategi yang Dilakukan MNC

Ancaman Korupsi &


(Threat): Suap
-Tekanan
Politik
- Tekanan
Ekonomi
(Relokasi)
Industri Manajemen Kekayaan Global
(Prisma, LP3ES)
 Individu dengan Kekayaan Bersih Tinggi (High Net-
Worth Individualis=HNWI) 2004:
 Indonesia memiliki 34.000 HNWI dg aset finansial
non rumah sekitar 1 jta dollar AS
 19.000 diantaranya orang Indonesiia yg menetap
Semi-Permanen di Singapura
 Tahun 2007 Kelompok ini naik menjadi 39.000
 Tahun 2010 kekayaan rata-rata HNWI Indonesia 4,1
milliar dolar AS
 Gabungan Kekayaan bersih 177 milliar dolar AS
(dimana 93 milliar dolar AS kekayaan itu
dipindahkan ke Singapura)
Penjajahan Rasa (Kisah Morgan
Spurlock)
 Sebelum uji coba dia periksa ke dokter Jantung,
Internis, gizi dsb yang intinya Normal
 30 hari berikutnya selalu makan makanan cepat saji
McDonald
 Tiap hari selalu periksa ke dokter dan menyaksikan
perubahan seperti kegemukan, muntah-muntah,
pening, dan cepat capek
 Sesudah 30 hari : Ukuran berat badan bertambah,
tekanan dan gula darah melonjak, kolesterol dan
lemak bertumpuk, reflek melamban, kerja jantung
dan hati tidak normal, gairah sekspun anjlok.
 Kesimpulan dokter. “bahaya terserang penyakit serius”,
jika tidak segera menghentikan percobaan
 Lalu dia mengembalikan makanan semula .
 Kadar kolesterol, fungsi jantung dan hati untuk
normal butuh 14 bulan termasuk berat badan 15 Kg
 “.... Jadi, terserah anda memang mau berakhir disini
(gambar ambulan dan rumah sakit) atau disini.....
(gambar kompleks pemakaman)
KESIMPULAN TENTANG
IDENTITAS NASIONAL :
 Realitas masyarakat Indonesia adalah pluralisme, yaitu
beda Ras, Etnik, Bahasa, Agama, dan Daerah, sehingga
menurut BRUBAKER, negara harus berusaha membujuk
warganya untuk merasa menjadi suatu nation.
 Identitas Nasional yang dipunyai, sehingga bisa
mempersatukan adalah Negara dengan berbagai
sistemnya (sistem pemerintahan desa, sistem
pendidikan, ekonomi, dsb) dan Bahasa
 Konsekuensinya, dalam bernegara dan berbahasa
tersebut, maka identitas tidak akan bisa tercerabut
sehingga selalu melekat , dan akan beresiko kalau
dihilangkan.
Kompetensi :

INTEGRASI NASIONAL
POTRET KEBHINEKAAN INDONESIA

Stratifikasi • Perbedaan vertikal : status sosial


ekonomi politik, berdasar kekayaan,
Sosial tingkat pendidikan, kekuasaan, dsb.

Diferensiasi • Perbedaan sosial secara horisontal


berdasar : etnisitas, agama, maupun
Sosial profesi

Heterogenitas • Tidak hanya menunjuk perbedaan


horisontal (etnis & agama) tetapi
& Pluralitas lebih menekankan “eksklusivitas”
POTRET KONFLIK DI INDONESIA 1990 – 2001
(PAULUS WIRUTOMO,2012:291)

Konflik antar
Konflik Separatisme
kelompok 465
502, kurban 1.370
kasus, tewas 4.771

Konflik Industrial 38
kasus, tewas 8
INTEGRASI BISA DIBEDAKAN :

Integrasi • Kondisi keutuhan


masy.Indonesia sbg negara
kesatuan

Nasional • Sifatnya Politis-Formal

Integrasi • Kondisi hubungan sosial &


keterikatan antar kelompok
secara alamiah dlm interaksi

Sosial
sehari-2
• Sifatnya Sosiologis
INTEGRASI MASYARAKAT INDONESIA

a. Integrasi Normatif

b. Integrasi
Fungsional

c. Integrasi Kursif
SEBALIKNYA
DIS-INTEGRASI MASYARAKAT

Disintegrasi • Tidak adanya kesepakatan untuk


menerima perbedaan
Normatif
Disintegrasi • Adanya penghilangan hak-hak
fungsional suatu kelompok
Fungsional
Integrasi • Pemaksaan baik dengan hukum
formal maupun dengan kekerasan
Koersif
A. INTEGRASI NORMATIF

• Adanya nilai-nilai kebangsaan yang dihayati


bersama agar mampu memberikan energi budaya
untuk bersama-sama menghadapi kekuatan global
yang “merajalela” dengan semangat yang tinggi
dan pada derajat tertentu dengan tanpa pamrih.
• Contohnya : Isi dari SUMPAH PEMUDA untuk
menjadi satu bangsa, satu tanah air dengan satu
bahasa nasional.
• Pernyataan SUMPAH PEMUDA itu penting secara
POLITIS maupun SOSIOLOGIS, yaitu terbentuknya
“kesadaran jenis”dari suatu bangsa yang TERJAJAH
SUMPAH PEMUDA TAHUN 1908

•Kesadaran
Sosiologis Sebagai Bangsa
Terjajah

• Mungkin sebagai
“kesepakatan elit”
Politis • Di akar rumput kesepakatan
itu tdk dimengerti dan
dihayati
PERSOALAN

Modal Sosial “kesadaran sbg Bangsa terjajah” baru dirasakan


di tingkat elit dan belum sampai di “akar rumput”

Kesepakatan tsb, sepanjang masa kemerdekaan , tidak


pernah benar-2 dipantau, dikembangkan, & di fasilitasi
Pemerintah

Bahkan dikacaukan dengan Pembangunan Ekonomi yang


hampir selalu menciptakan kesenjangan antar kelompok &
daerah, shg menimbulkan kecemburuan sosial antar
kelompok SARA

Kecemburuan tsb terekam dan tersimpan dlm budaya lokal


& di sosialisasikan dlm kehidupan sehari-2, sehingga
membentuk Cultural abimosity (kebencian budaya yg
tersembunyi) antar kelompok & golongan
CARA MENGATASI

Institusi • Penanaman Nilai yg sifatnya Integratif yg


dikendalikan Pemerintah melalui UU &
Sekolah Kebijakan

• Sama dengan sekolah, tetapi


Keluarga pemerintah tidak bisa intervensi

• Public sphere mengikuti patokan


Multikulturalisme universal, sedangkan privat sphere
mengembangkan identitasnya yg khas
INTEGRASI NORMATIF
MASA ORDE BARU - FOOTNOTE

Penyeragaman
Sistem Pemerintahan Desa
(Masyarakat di daerah kehilangan potensi budaya &
kepemimpinan adat untuk memecahkan masalah lokal)

Politik SARA (Suku, Agama, Ras, & Antar Golongan)


Initinya melarang kegiatan-2 politik yang memobilisasi sentimen &
perbedaan SARA, sehingga sepintas adanya kerukunan tetapi
semu

Penanaman Nilai-Nilai Pancasila (P4)


Penyeragaman interpretasi Pancasila melalui satu tafsir dari
pemerintah yang bersifat koersif dan indoktrinatif
INTEGRASI NORMATIF
MASA REFORMASI

Hubungan Buruh & Majikan secara fungsional


belum berimbang, di sisi lain buruh sendiri
belum bersatu secara nasional

Hubungan Desa Kota, dimana budaya desa


belum menjadi inspirasi budaya nasional,
bahkan terjadi agresivitas nilai
konsumptivisme kota ke desa

Sudah banyak UU baru dilembagakan


termasuk perubahan UUD sampai 4 kali
sebagai proses institusionalisasi atau
pengaturan oleh hukum dan buka penguasa
B. INTEGRASI FUNGSIONAL
DI INDONESIA
• Adalah suatu integrasi yang dihasilkan oleh adanya rasa
saling membutuhkan antara suatu kelompok atau unsur
dalam masyarakat dengan unsur lain dan adanya
fungsi (manfaat) bagi semua unsur masyarakat yang
terintegrasi ke dalam sistem sosial.
• Artinya fungsi atau peran dari setiap unsur dalam sistem
sosial harus dipertahankan ke KHAS an nya dan
dipertahankan keberadaannya.
• Jangan sampai suatu unsur kehilangan fungsinya (non-
fungsional) atau tidak dapat menjalankan fungsinya
secara baik (disfunctional) atau lebih vuruk lagi suatu
unsur melakukan fungsi yang menyebabkan kerusakan
pada unsur lainnya atau seluruh sistem (malfuctional)
REALITAS INTEGRASI FUNGSIONAL
MASA PENJAJAHAN - FOOTNOTE

Kulit Putih: Pemerintahan


& Perkebunan Besar

Timur Asing :
Perdagangan

Pribumi : Petani dan


Buruh
KESENJANGAN ANTAR KELOMPOK
DAN ANTAR DAERAH

Kelompok
• 7 % Penduduk menguasai semua
Minoritas Tertentu fungsi Perekonomian
(Kaya – Elit)

Jakarta Lebih
• 60-70 % uang beredar ada di
Kaya dari Daerah Jakarta
Lain

• Dwi Fungsi ABRI (dahulu),


Multi Fungsi
sementara pihak lainnya non-
Kelompok functional
KESENJANGAN MASA REFORMASI

Demokrasi yg di tuju tetapi muncul


OLIGARKI

Pengambilan Keputusan Politik


sepenuhnya di tangan PARTAI POLITIK

Kekuasaan dalam Otonomi Daerah


berada di ELIT DAERAH

Dalam bidang Hukum pun dikuasai


kelompok Kecil “Mafia Peradilan”
AKIBAT KESENJANGAN
MUNCUL ANGGAPAN KELOMPOK
DI-ISTIMEWAKAN

Tionghoa/ Partai
Militer
Tiongkok Tertentu

Menjadi Mitos dan Stereotip dalam Masyarakat


INTEGRASI FUNGSIONAL
DI DAERAH KAYA TAMBANG SDA

Integrasi Nasional Penduduk Lokal tidak


belum Integrasi disertakan & menikmati
Fungsional hasil tambang

Integrasi Nasional
hanya menguntungkan
Pemerintah Pusat
PENGUCILAN SOSIAL
(SOCIAL EXCLUSION)
• Tindakan menutup atau mengucilkan kelompok tertentu
dari hak dan kewajiban politik, sosial dan budaya
sehingga membatasi keterlibatannya dalam kehidupan
sosial yang ada.
• Kelompok yang mengalami eksklusi disebut sebagai
orang-orang yang terpinggirkan (marginalized group).
• Cakupan integrasi fungsional bukan hanya ada atau
tidak adanya eksklusi terhadap orang per orang, tetapi
juga kelompok, golongan, daerah, sektor (misalnya
pendidikan yang tertinggal dibanding industri).
• JADI konsep EKSKLUSI lebih mendasar daripada
KEMISKINAN karena merupakan akar dari ketidak adilan
dan kesenjangan dan bersifat STRUKTURAL
CARA MENGATASI GEJALA EKSKLUSI

EKSKLUSI INKLUSI
INKLUSI SOSIAL

Menyeimbangkan kesempatan & hak pada berbagai


elemen masyarakat secara lebih adil, bahkan bisa
dengan :

POSITIVE DISCRIMINATION atau AFFIRMATIVE ACTION

Yaitu memberi keistimewaan pada kelompok yang tertinggal


untuk memperoleh jatah/kuota tertentu agar berada pada
posisi “start” yang sama
CARA MENGATASI
DIS INTEGRASI FUNGSIONAL

Cross-
Dis-Integrasi
Cutting
Fungsional
Affiliation
BENTUK-BENTUK
CROSS-CUTTING AFFILIATION

Keberhasilan Ekonomi, Politik, dsb oleh Etnik dan atau


Agama Berbeda

Perkembangan Pendidikan & Kota disertai Urbanisasi &


Perkembangan Birokrasi Pemerintahan

Intinya memberi kesempatan pihak yg berbeda untuk


terlibat dlm suatu bidang kegiatan secara bersama, yg
akhirnya menghasilkan saling pengertian antar
kelompok/golongan
C. INTEGRASI KOERSIF
DI INDONESIA

Sejarah Integrasi Koersif


di Indonesia
Konstitusi
Hindia RIS
Sriwijaya Majapahit
Belanda Dekrit
Abad 9 Abad 14 Abad 19 Presiden
Orde Baru
INTEGRASI DENGAN PEMAKNAAN
STABILISASI NASIONAL

Security Approach

Military Violence

Ideological Violence/
Cultural Hegemony
BEBERAPA ISTILAH YANG BERKAITAN
dengan INTEGRASI NASIONAL

Persatuan Indonesia

Persatuan itu “bukan”


PERSATEAN (Hatta)

Bhinneka Tunggal Ika


Beberapa Ucapan Hatta :

 Saking semangatnya, gerakan-gerakan atas nama


persatuan dan kesatuan tersebut justru terjebak pada
pemaknaan dan praktik pemberangusan keberagaman
yang ada. Bahkan menyimpang dari prinsip-prinsip
berbangsa yang sudah diajarkan oleh the founding
fathers bangsa ini bahwa meski berbeda-beda tapi tetap
satu juga.
 Dia orang yang percaya bahwa kekuatan bukan terletak
dalam keseragaman karena persatuan yang demikian
disebutnya “persatean”. Hanya dengan menumbuhkan
keragaman, suatu nasion bisa bertumbuh kuat.
Simpatinya terhadap daerah berdiri atas dasar ini.
Karena itu dialah sebetulnya orang daerah yang berdiri
sekukuh-kukuhnya di pusat.
PERNAH BACA SLOGAN .....
 Saking semangatnya,
gerakan-gerakan atas nama
persatuan dan kesatuan
tersebut justru terjebak
pada pemaknaan dan
praktik pemberangusan
keberagaman yang ada.
Bahkan menyimpang dari
prinsip-prinsip berbangsa
yang sudah diajarkan oleh
the founding fathers
bangsa ini bahwa meski
berbeda-beda tapi tetap
satu juga.
TINGKAT & KUALITAS BERBANGSA

Rasionalis (untung rugi menekankan


integrasi fungsional)

Idealis (nilai-nilai yg dijunjung tinggi)

Tradisionalis (integrasi bangsa &


negara sudah otomatis & selesai)

Emosionalis (berubah-ubah
tergantung tantangan yg dihadapi)
KONSEKUENSI ATAU RESIKO
Bila 80 %
penduduk

TRADISIONALIS
tradisionalis,
sehingga tidak
mempersoalkan Bila RASIONALIS yg
berkembang,

RASIONALIS
integrasi, maka
tidak masalah maka kita akan
dengan memiliki warga
DISINTEGRASI yang sadar dan Secara politis
golongan ini

IDEALIS
NASIONAL. apa arti menjadi
warga negara menjunjung tinggi
Tetapi di masa dan siap untuk nilai solidaritas
Globalisasi ketika bersaing kelompok dan
bangsa lain denganwarga cinta tanah air,
masuk wilayah asing. tetapi bila
kita dan bersaing dipandang
dengan pribumi, Tetapi pimikiran
mereka yang secara sosiologis
maka tidak cukup bisa berkembang
INTEGRASI UTILATARIAN
cenderung tidak menjadi
NASIONAL tidak di partikularistik
dukung oleh memiliki kesiapan
berkurban demi ekstrim yang
golongan yg dikenal dengan
memiliki integrasi nasional,
karena melihat CHAUVINISME,
kesadaran ttg bahkan bisa
makna & integrasi nasional
sbg sesuatu yang FASISME dan
pentingnya RASISME
INTEGRASI SEMENTARA
KEKUATAN & KELEMAHAN
INTEGRASI
KEKUATAN INTEGRASI INDONESIA KELEMAHAN INTEGRASI INDONESIA
1. Integrasi sosial Indonesia telah 1. Masih adanya konflik horizontal antar
dimiliki cukup panjang, yaitu kelompok yang berbeda ideologi
hubungan pra kolonial antar suku terutama agama yang berlangsung
yang ckup lama (integrasi “pra- secara koersif.
nation state”). 2. Masyarakat yang berusia 60 tahun-
2. Modal dasar Sumpah Pemuda, an itu berada dalam kondisi kritis,
Pergerakan Nasional, dll sehingga integrasi koersif semakin
dibatasi dan integrasi fungsional
3. Bagi masyarakat yang
harus lebih dikembangkan
“tradisionalis” maka kontrak sosial
(komponen keadilan &
lama yang “once for all social kesejahteraan sosial lebih menonjol).
contract”, yaitu “sekali untuk 3. Paradigma baru muncul,
selamanya” menjadi sesuatu yang nasionalisme itu berdasar HAK,
lumrah. bukan KEWAJIBAN, shg bila integrasi
tidak memberi manfaat, mereka
mempunyai hak untuk memisahkan
diri.
PENGEMBANGAN & PENGUATAN
INTEGRASI
1. Lebih menekankan
INTEGRASI NORMATIF

2. Lebih menekankan
INTEGRASI FUNGSIONAL

3. Lebih menekankan INTEGRASI KOERSIF berupa fisik,


struktural (regulasi) maupunkultural simbolik berupa
PENCITRAAN

4. KESEIMBANGAN KE 3 PILAR TERSEBUT YANG


SINERGIS
FAKTOR INTEGRASI
HOWARD WRIGGINS DALAM MUHAIMIN & COLLIN MAXANDREWS
(1995)

Adanya ancaman dari luar

Gaya politik kepemimpinan

Kekuatan lembaga–lembaga politik

Ideologi Nasional

Kesempatan pembangunan ekonomi


FAKTOR INTEGRASI
(SUNYOTO USMAN, 1995)
• 1. Masyarakat dapat menemukan dan menyepakati
nilai-nilai fundamental yang dapat dijadikan rujukan
bersama.
• 2. Masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus,
memiliki “cross cutting affiliation” sehingga menghasilkan
“cross cutting loyality”.
• 3. Masyarakat berada di atas memiliki sifat saling
ketergantungan di antara unit-unit sosial yang terhimpun
di dalamnya dalam memenuhi kebutuhan ekonomi.
Apabila masyarakat saling memiliki ketergantungan,
saling membutuhkan, saling kerjasama dalam bidang
ekonomi, maka mereka akan bersatu. Namun jika ada
yang menguasai suatu usaha atau kepemilikan maka
yang lain akan merasa dirugikan dan dapat
menimbulkan perseteruan.
FAKTOR INTEGRASI
(NAZARUDIN SJAMSUDIN, 1989)

Integrasi Nasional
“policy assimilasionis”

“policy bhinneka tunggal ika”


KEBIJAKAN STRATEGI
INTEGRASI NASIONAL YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN DI
INDONESIA (DARING DIKTI, 2016: 87)

• Memperkuat nilai bersama


• Membangun fasilitas
• Menciptakan musuh bersama
• Memperkokoh lembaga politik
• Membuat organisasi untuk bersama
• Menciptakan ketergantungan ekonomi antar
kelompok
• Mewujudkan kepemimpinan yang kuat
• Menghapuskan identitas-identitas lokal
• Membaurkan antar tradisi dan budaya lokal
• Menguatkan identitas nasional

Anda mungkin juga menyukai