Anda di halaman 1dari 14

AUDIT ENERGI PADA PROSES

PRODUKSI BIJI KAKAO KERING DI PTP


NUSANTARA VIII PERKEBUNAN
BATULAWANG CIAMIS, JAWA BARAT

Nama : Hari Hanafiah


. Tanaman kakao

 Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) awalnya


tumbuh liar di lembah Sungai Amazone dan daerah
khatulistiwa lainnya. Tanaman ini menyebar ke
berbagai penjuru dunia setelah Spanyol
membawanya keluar untuk ditumbuhkan di daerah
jajahannya setelah menaklukan bangsa Aztec. Di
Indonesia, tanaman kakao mulai dikenal di daerah
Minahasa dan Kepulauan Sangihe. Tanaman kakao
tersebut berasal dari Philipina.
A. SITUASI UMUM
Perkebunan Batulawang merupakan salah satu bagian kebun dari
PT. Perkebunan Nusantara VIII, berada di Kabupaten Ciamis,
Jawa Barat, yang terletak pada 108 037’ – 108 044’ BT dan 7 023’
– 7 045’ LS. Jarak kantor induk Perkebunan Batulawang ke Kota
Banjar 8.5 km ke arah barat, sedangkan jarak kantor induk ke Kota
Ciamis 12 km ke arah selatan.
Perkebunan Batulawang terdiri dari beberapa afdeling yang
membudidayakan beberapa komoditas, seperti karet, kakao dan kelapa
dengan total luas areal 2 416.804 ha. Luas lahan untuk komoditas tanaman
kakao menghasilkan yaitu seluas 1 190.078 ha. Afdeling yang
membudidayakan tanaman kakao antara lain afdeling Batugajah, Putra
Pinggan, Inti I dan Inti II.
Masukan energi pada proses produksi
biji kakao kering di Perkebunan
SARANAN PENDUKUNG
 1. PENYEDIAN ENERGI
 2. BENGKEL ATAU BAKIAN TEKNIK
 3. PENYEDIAAN AIR
memproduksi beberapa alat dan
mesin pertanian
Alat / Mesin Masukan Energi (MJ/kg)
Embodied energy bahan
Ban 85.81
Baja 62.79
Traktor 49.45
Combine 50.29
Energi Fabrikasi
Traktor 14.63
Combine 13.01
Alat Pengolah Tanah :

Singkal, Piringan, chisel 8.63


Garu, cultivator 8.35
Alat Semprot 7.38

Sumber: Doering III dan C. Otto (1978)


dalam Mutiara (2003)
Kebutuhan energi manusia pada beberapa
kegiatan pertanian

Jenis Kegiatan Kebutuhan Energi (MJ/jam)

Pra Panen

Pembibitan 0.954

Pengolahan tanah manual 1.733

Pengolahan tanah mekanis 1.055

Penanaman 0.803

Penyiangan rumput 1.532

Pemupukan 1.733

Pemberantasan hama dan penyakit 1.733

Pemanenan 1.230

Pasca Panen

Pengolahan di pabrik 0.725


Total penggunaan energi pada setiap
tahap produksI
Input Energi Energi Total
Prosentase
Jenis Energi (MJ/kg biji (MJ/kg biji
(%)
kakao kering) kakao kering)
A. Pemeliharaan dan Panen 28.675 49.69
- Energi Langsung 1.565
a. Tenaga Manusia 1.269
b. Bahan Bakar 0.296
- Energi Tak Langsung 27.110
a. Pupuk 26.966
b. Pestisida 0.144
B. Pengangkutan 0.461 0.80
- Energi Langsung 0.461
a. Tenaga Manusia 0.004
b. Bahan Bakar 0.457
C. Pengolahan 22.821 39.54
- Energi Langsung 22.821
a. Tenaga Manusia 0.090
b. Bahan Bakar 3.254
c. Biomassa 12.414
d. Radiasi Surya 7.063
D. Sarana Pendukung 5.754 9.97
- Energi Langsung 5.754
a. Tenaga Manusia 0.042
b. Bahan Bakar 5.712

Total 57.711 100.00


Perbandingan penggunaan energi pada proses
produksi biji kakao kering di Perkebunan Batulawang,
Ciamis dengan Perkebunan Rajamandala, Bandung

Jenis masukan energi Penggunaan energi Penggunaan energi


di Perk. Rajamandala di Perk. Batulawang
(MJ/kg biji kakao (MJ/kg biji kakao
kering)* kering)
A. Energi Tidak Langsung
1. Pupuk 39.090 26.966
2. Pestisida 0.170 0.144
B. Energi Langsung
1. Tenaga Manusia 1.067 1.405
2. Bahan Bakar Minyak 0.990 9.719
3. Biomassa 30.000 12.414
4. Listrik 0.050 **
5. Radiasi Matahari 0.000 7.063
Total Energi 71.367 57.711
Aliran proses dan masukan energi pada tiap tahapan proses
produksi biji kakao kering di Perkebunan Batulawang, Ciamis
KESIMPULAN
 A. Kesimpulan

 Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil audit energi pada proses produksi biji kakao kering
di Perkebunan Batulawang PTPN VIII adalah sebagai berikut:

 Perhitungan konsumsi energi yang dilakukan meliputi kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan,
pemanenan, pengangkutan, fermentasi, perendaman, pencucian, penjemuran, pengeringan, sortasi,
dan pengemasan.

 Kebutuhan listrik untuk pengolahan biji kakao di Perkebunan Batulawang diperoleh dari generator
dengan bahan bakar solar. Nilai masukan energi dari bahan bakar pembangkit listrik ini adalah
sebesar 5.712 MJ/kg biji kakao kering. Energi listrik digunakan pada kegiatan pencucian,
pengeringan, bengkel dan penyediaan air.

 Kebutuhan energi terbesar adalah pada tahap proses pengeringan 15.679 MJ/kg biji kakao kering
(=30.18% dari total masukan energi primer). Pada mesin pengering, nilai efisiensi penggunaan
panas diperoleh sebesar 68.56 %, efisiensi pemanasan udara 17.09 % dan efisiensi pengeringan
total sebesar 11.72 %.
SARAN
 Keadaan peralatan produksi perlu diperhatikan agar konsumsi
energi dapat dipergunakan seefisien mungkin untuk proses
produksi dan perlu diusahakannya pemenuhan kapasitas
peralatan secara optimal pada proses produksi, sehingga energi
yang dikonsumsi dapat dimanfaatkan secara efektif.

 Melakukan perawatan terhadap mesin-mesin yang menunjang
proses produksi biji kakao kering terutama mesin pengolahan
secara berkala dan teratur.

 Meningkatkan pengawasan dan menerapkan disiplin kerja yang
tinggi bagi pekerja supaya efisiensi pemakaian tenaga manusia
dan jam kerja dapat dioptimalkan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai