Anda di halaman 1dari 29

SEJARAH INTERIOR (2)

MATA KULIAH
I.N.T.E.R.I.O.R
PERTEMUAN KE - 4
Sejarah Interior di Cina
Mayoritas bangunan Cina
pra modern berbentuk
ruangan besar segi empat
yang menggunakan struktur
kayu.
Teknik modular digunakan
untuk mengadaptasi bentuk
ruangan sehingga bisa
memaksimalkan fungsi
ruangan .
Kolom-kolom kayunya
digabungkan bersama-sama
dengan balok dalam sebuah
sistem kompleks yang
terkait.
Gabungan kolom dan balok
ini biasanya diukir dengan
pola dan warna yang indah.
Penyekat ruangannya
menggunakan dinding tirai
dari kertas yang tidak
digunakan sebagai dinding
struktur.
a. Teras
Bagian teras pada
penataan interior
bangunan di Cina
biasanya ditandai
dengan hiasan relief
ornamen berbentuk
naga atau burung
phoenix pada
balustrade kolom.

Pada abad ke XV, muncul bentuk atap menggunakan


acroteria berbentuk hewan khayangan yang
ditempatkan di sudut atap. Fungsi acroteria sebagai
pelindung atap
b. Pagoda
Pada dasarnya ada 2
bentuk pagoda di Cina,
yaitu pagoda bertingkat
dengan material kayu
dan stupa Budha
dengan material batu
yang berkembang di
India. Pagoda biasa
digunakan untuk
intepretasi fengshui.
Suzhou Ruigang Pagoda
Sejarah Interior di Jepang
Bentuk Arsitektur dan interior Jepang banyak
terinspirasi kepercayaan Shinto. Arsitektur dan
Interior Jepang banyak menggunakan bahan
material dari alam seperti kayu dan batu.
Shinto artinya “jalan menuju Tuhan”. Shinto
merupakan kepercayaan paling awal yang ada
di Jepang sebelum datangnya periode Budha.
Sejarah Interior di Jepang
Pada dasarnya, bangunan tempat peribadatan di
Jepang terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. Shrine, adalah tempat ibadah untuk pemeluk
kepercayaan Shinto
2. Temple (kuil), adalah tempat ibadah untuk
pemeluk agama Budha
a. Konfigurasi Massa
Bangunan
tradisional di
Jepang pada
umumnya
menggunakan
lantai panggung
dan atap pelana.
Atap dan lantai
disangga kolom-
kolom yang
dipasak langsung
kedalam tanah.
b. Area Pintu Masuk
Pintu gerbang depan (main
gate) bangunan di Jepang
disebut Torii. Desain torii
berwujud balok besar kayu
yang disangga kolom
horizontal yang diikat oleh
balok tengah. Bentuk Torii
ini dipercaya akan
memperlancar lewatnya
doa saat melewati
gerbang.
c. Tata Ruang Dalam
Setelah melewati Torii, bangunan
di Jepang pada umumnya
mempunyai beranda yang
berfungsi sebagai area transisi
antara ruangan outdoor dan
indoor. Jendela di Jepang dibuat
dari kertas putih berwarna buram
yang ditempelkan pada bilah kayu
atau bambu. Ruangan interior
tradisional di Jepang pada
umumnya dibatasi oleh pintu
penyekat antar ruang yang dapat
digeser (sliding).
Interior restoran Jepang
3. Sejarah Interior Renaissance di Italia

Pada beberapa belahan


dunia terdapat beberapa
variasi dan
perkembangan gaya
penataan ruangan,
seperti adaptasi gaya
klasik menjadi gaya
renaissance yang terjadi
Patriarchal Cathedral Basilica of Saint Mark,
di Italia.
Venice
Penggunaan bata sebagai
material bangunan baru
menjadi pembeda utama
antara gaya klasik menjadi
gaya renaissance. Selain
itu, terdapat pula
tambahan variasi pada
model dan bentukan
keramik serta marmer dan
panel yang digambari
berbagai macam relief

St. Mark's, interior looking diagonally. Brooklyn


Museum Archives
Penggunaan relief
sebagai ornamen
dekorasi yang ada sejak
abad Romawi Kuno
dikembangkan dengan
motif tumbuhan,
binatang buas khayalan
(seperti singa bersayap),
air mancur berputar
Detail of the gable showing Venice's
patron apostle St. Mark with angels. serta jambangan
Underneath is a winged lion, the
symbol of the saint and of Venice.
Istana-istana di
Venesia aenantiasa
didesain dengan
fasade menyempit,
menghadap ke
kedalaman ruangan.
Gaya yang digunakan
Fasade istana Doge yang dibangun pada merupakan adaptasi
abad XVI, awalnya didesain dengan gaya
gothik tapi kemudian direplikasi dengan
bentuk bangunan
tambahan ornamen bergaya renaisance klasik di Roma.
Bangunan istana Doge mempunyai bingkai
klasik dengan tambahan ornamen khas venesia.
Bentuk bingkai jendela kaca lebar ini bergaya
corinthian yang sarat dengan dekorasi.
Interior bergaya Renaisance
4. Sejarah interior Rococo dan Neo
Klasik di Jerman

Sejarah interior di Jerman dipengaruhi oleh


dua aliran gaya yang berkembang pada masa
lalu, yaitu gaya rococo dan gaya neo klasik.
Meskipun memiliki ciri khas masing-masing,
keduanya menampilkan interior yang megah
dengan detail arsitektural yang cantik.
a. Rococo di Jerman
Konsep gaya rococo (pada
abad XVIII) di jerman
menggabungkan
beberapa ornamen
dekorasi yang terdapat
pada bagian panel, kaca,
pintu, dan atap dengan
sistem overlap. Motif
favorit rococo ini didesain
berbentuk cangkang
kerang terbalik yang
dibingkai oleh huruf “S”
dan “C” secara simetris.
Karakter rococo
terlihat pada motif
rocaile yang
diwujudkan melalui
bentuk cangkang
kerang, bentuk kristal
es, dan ukiran batu
dengan dekorasi
grotto. Bentuk
ornamen rococo di
Jerman pada
umumnya dibuat
dengan motif
abstrak.
Interior gereja kathedral Dom, Koln
Jerman
Gaya rococo ini juga dapat dilihat pada
bentuk railing tangga yang menggunakan
bahan besi tempa dengan desain sulur. Motif
rococo pada umumnya tidak menyimbolkan
sejarah apapun, dibentuk dengan sososk yang
eksotis dengan hiasan dari wujud-wujud yang
tidak nyata (seperti topeng, Dewi Hermes,
Spinx, atau hiasan mantel lengan).
b. Neoklasik di Jerman
Gaya Neo Klasik di
Jerman terinspirasi
dari teori Prancis yang
menggabungkan
kebangkitan Yunani
yang estetis dengan
bangunan yang
berfungsi sebagai
tempat publik.
Bangunan pertama
yang dibangun untuk
membangkitkan
semangat Yunani ini
adalah Monumen
Brandenburger-Tor di
Berlin.
Perubahan dari gaya Yunani ke Neoklasik diwujudkan melalui kaki kolom-
kolom yang ada di Brandenburger-Tor ini (di Yunani, kolomnya tidak
mempunyai bagian dasar). Brandenburger-Tor ini dibangun sebagai batas
wilayah Berlin Barat. Pintu gerbang ini terinspirasi dari Propylaela di
Acropolis, dengan mengadopsi bentuk portico segi enam yang
mempunyai konfigurasi baris ganda dari kolom doric.
5. Sejarah Interior Neo-Klasik di
Amerika Serikat
Pergerakan konsep Neo-klasik di Amerika Serikat
sangat erat hubungannya dengan status politis negara
ini sebagai sebuah negara republik baru. Thomas
Jefferson adalah salah satu presiden yang membawa
gaya neo-klasik kedalam bangunan-bangunan federal di
Amerika. Sekembalinya dari perjalanan ke beberapa
negara di benua Eropa seperti Yunani dan Romawi,
Jefferson menyimpulkan bahwa bentuk-bentuk
arsitektur negara-negara tersebut juga cocok untuk
diterapkan pada bangunan publik yang berfungsi untuk
pemerintahan dan kenegaraan di Amerika Serikat.
Gedung US Capitol, Washington DC
Denah bangunan US Capitol menunjukkan bahwa blok
tengahnya mempunyai sayap yang simetris dan dilingkupi
dengan area kamar semisirkular untuk senat dan majelis
perwakilan. Bangunan ini menjadi titik fokus penting bagi
perkembangan gaya gaya interior neo-klasik di Amerika
Serikat. Bentuk perseginya dilengkapi dengan area rotunda
dan dimahkotai dengan bentuk kubah raksasa.
Lantai, dinding dan penyekat
ruangan bergaya neoklasik
Setelah peristiwa
kebakaran tahun 1814,
proses rekonstruksi
bangunan US State
Capitol ini justru
dijadikan sebagai unsur
asli ciri khas Amerika
Serikat. Salah satunya
disimbolkan oleh bentuk
sulur daun tembakau
pada kolom-kolom yang
berada di area masuk
ruang senat.
sekian

T.E.R.I.M.A.K.A.S.I.H

Anda mungkin juga menyukai