BAHAN KAJIAN PERANAN HUKUM TANAH ADAT DALAM PEMBANGUNAN HUKUM TANAH NASIONAL
Pengertian Hukum Tanah Adat
Hukum Adat Sebagai Sumber Utama dalam Pembangunan Hukum Tanah Nasional Sumber-sumber Lain dalam Pembangunan Hukum Tanah Nasional Lembaga Pendaftaran Tanah dan Lembaga Hak Tanggungan HUKUM TANAH NASIONAL
Pengertian Hukum Tanah Adat
Berbicara mengenai pengertian hukum adat , tidak terlepas dari dijadikannya hukum adat sebagai dasar berlakunya UUPA, hal ini sesuai penjelasan konsiderans dalam UUPA, dinyatakan bahwa hukum tanah nasional disusun berdasarkan hukum adat.
Pernyataan mengenai hukum adat dalam UUPA
dapat dijumpai dalam : Penjelasan Umum angka III (1) dan Pasal 5 UUPA dan penjelasannya. HUKUM TANAH NASIONAL Penjelasan umum angka III (1) UUPA dinyatakan bahwa :
“Dengan sendirinya Hukum Agraria yang baru itu harus sesuai
dengan kesadaran hukum dari pada rakyat banyak. Oleh karena rakyat Indonesia sebagian besar tunduk pada hukum adat, maka hukum agraria baru tersebut akan didasarkan pada ketentuan2 hukum adat itu, sebagai hukum asli yang disempurnakan dan disesuaikan dengan kepentingan masyarakat dalam negara yang modern dan dalam hubungannya dengan dunia internasional serta disesuaikan dengan sosialisme indonesia. Sebagaimana dimaklumi maka hukum adat dalam pertumbuhannya tidak terlepas pula dari pengaruh politik dan masyarakat kolonial yang kapitalis dan masyarakat swapraja yang feodal” HUKUM TANAH NASIONAL Pasal 5 UUPA menyatakan bahwa : “hukum agraria yang berlaku atas bumi, air, dan ruang angkasa adalah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional negara…”
Dalam penjelasan umum “Angka III (1)”
… oleh karena rakyat Indonesia sebagian besar tunduk pada hukum adat, maka hukum agraria tersebut akan didasarkan pula pada ketentuan2 hukum adat itu..” HUKUM TANAH NASIONAL Hukum Adat Sebagai Sumber Utama dalam Pembangunan Hukum Tanah Nasional Yang dmaksud oleh UUPA dengan hukum adat adalah hukum aslinya golongan rakyat pribumi yang berbentuk tidak tertulis dan mengandung unsur2 nasional yang asli, yaitu sifat kemasyarakatan/kekeluargaan yang berdasarkan keseimbangan dan diliputi oleh suasana keagamaan.
Dalam pembangunan hukum tanah nasional, hukum adat
berfungsi sebagai sumber utama untuk mengambil bahan2 yang diperlukan, yakni konsepsinya, asas2nya, dan lembaga2 hukumnya. HUKUM TANAH NASIONAL Konsepsi Hukum Adat o Konsepsi hukum adat dapat dirumuskan sebagai konsepsi yang komunalistik religius yang memungkinkan penguasaan tanah2 secara individual dengan hak2 atas tanah yang bersifat pribadi sekaligus mengandung unsur kebersamaan.
o Sifat komunalistik menunjuk kepada adanya hak bersama
dari para anggota masyarakat hukum adat atas tanah, yang disebut “hak ulayat” Tanah ulayat merupakan tanah kepunyaan bersama yang diyakini sebagai karunia kekuatan gaib atau peinggalan nenek moyang kepada kelompok yang merupakan masyarakat hukum adat. HUKUM TANAH NASIONAL Berkaitan dengan konsepsi hukum adat sebagai sumber utama dalam pembangunan hukum tanah nasional, terdapat asas2 hukum adat yang digunakan dalam hukum tanah nasional: 1. Asas religius (Pasal 1 UUPA); 2. Asas Kebangsaan (Pasal 1, 2, dan 9 UUPA); 3. Asas Demokrasi (Pasal 9 UUPA); 4. Asas Kemasyarakatan, Pemerataan, dan Keadilan Sosial (Pasal 6, 7, 10, 11 dan 13 UUPA); 5. Asas penggunaan dan pemeliharaan tanah secara berencana (Pasal 14 dan 15); 6. Asas Pemisahan horizontal. HUKUM TANAH NASIONAL Para warga sebagai anggota kelompok , masing2 mempunyai hak untuk menguasai dan menggunakan sebagian tanah tersebut guna memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya, dengan hak-hak yang bersifat sementara sampai dengan hak yang tanpa batas waktu, yang disebut hak milik. Penguasaan dan penggunaan tanah tersebut dapat dilakukan sendiri secara individu atau bersama2 dengan warga kelompok yang lain.
Hak penguasaan yang individual tersebut merupakan hak yang
bersifat pribadi, karena tanah yang dikuasainya diperuntukan bagi pemenuhan kebutuhan pribadi (dan keluarga), hak ini bisa disebut Hak Perorangan HUKUM TANAH NASIONAL o Kebutuhan kelompok dipenuhi dengan menggunakan sebagian tanah bersama oleh kelompok dibawah pimpinan Kepala Adat masyarakat hukum adat yang bersangkutan. Misalnya tanah untuk pengembalaan ternak bersama atau tanah untuk pasar, dll.
o Hak individu (hak perorangan) tersebut bukanlah
bersifat pribadi semata melainkan sebagian dari tanah bersama. Oleh karena itu dalam penggunaannya tidak boleh hanya berpedoman pada kepentingan pribadi semata. Sifat penguasaan mengandung apa yang disebut unsur kebersamaan. HUKUM TANAH NASIONAL o Sebagai perwujudan dari pada sifat kebersamaan maka hak-hak perorangan atas tanah dirumuskanlah sifat itu dalam Pasal 6 UUPA dengan kata-kata “ Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”
o Ketelantaran tanah yang dihaki, berarti menyalahi
tujuan diberikannya tanah itu kepadanya, untuk itu dapat berakibat dibatalkannya hak yang bersangkutan (Pasal 27, 34 dan 40 UUPA) HUKUM TANAH NASIONAL Sistem Hak-hak penguasaan atas tanah o Sistem Hukum Agraria barat, hak penguasaan atas tanah adat yang tertinggi adalah hak milik perorangan yang disebut Hak Eigendom. Tanah diseluruh negara terbagi habis dalam hak eigendom perorangan (termasuk badan hukum perdata) dan negara. Hak-hak penguasaan yang lain bersumber pada hak eigendom tersebut. o Sistem feodal hak penguasaan atas tanah yang tertinggi adalah Hak Milik Raja, semua tanah diseluruh negara adalah milik sang raja. Hak penguasaan tanah yang lain bersumber pada hak milik raja itu. Tidak ada rakyat yang memiliki tanah, mereka hanya “Hanggaduh”/ hak memakai tanah milik raja. HUKUM TANAH NASIONAL o Sistem hukum adat hak penguasaan atas tanah yang tertinggi adalah Hak Ulayat masyarakat hukum adat yang meliputi semua tanah dalam wilayahnya.
o Subjek hak ulayat adalah masyarakat hukum adat,
dibawah hak ulayat adalah hak Kepala Adat dan para tetua adat, sebagai petugas masyarakat adat berwenang mengelola, mengatur dan memimpin penguasaan, pemeliharaan, peruntukan, dan penggunaan tanah. HUKUM TANAH NASIONAL
o Dalam hukum tanah adat tidak dikenal
lembaga hak jaminan atas tanah dalam pengertian modern (Hipotik dan CV), yang dikenal adalah “Jonggolan” HUKUM TANAH NASIONAL o Hukum agraria nasional menggunakan sistem dan konsepsi hukum adat , hal ini tampak pada ketentuan dan susunan Pasal 1, 2 dan 4 UUPA o Hak penguasaan atas tanah yang tertinggi adalah Hak Bangsa Indonesia yang merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat dalam arti seluruh WNI. o Bahwa tanah bangsa Indonesia sebagai karunia Tuhan YME merupakan kekayaan nasional berarti bahwa hak bangsa tersebut mengandung unsur kepunyaan seperti halnya dengan hak ulayat masyarakat hukum adat. Hak bangsa itu adalah semacam hak ulayat yang diangkat pada tingkatan yang paling atas yaitu pada tingkatan mengenai seluruh wilayah negara. HUKUM TANAH NASIONAL o Pada hak bangsa itu bersumber hak2 penguasaan atas tanah yang disediakan bagi perorangan, baik secara langsung (mengenai hak2 atas tanah yang primer) maupun secara tidak langsung (mengenai hak2 atas tanah yang sekunder dan hak tanggungan). o Seperti halnya hak ulayat masyarakat hukum adat , tanah bangsa Indonesia itu harus dikelola dengan baik, datur, direncanakan, penguasaan dan penggunaannya. Pelaksanaan tugas/wewenang ini oleh bangsa Indonesia dilimpahkan kepada negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. HUKUM TANAH NASIONAL o Negara memberikan tanah kepada rakyat yang memerlukan dengan berbagai hak atas tanah yang disediakan dalam hukum agraria, bukan dalam kedudukannya sebagai yang mempunyai tanah, melainkan sebagai petugas bangsa Indonesia sebagai badan penguasa yang diberi wewenang.
o Dengan demikian jelaslah sistem hukum agraria
nasional menurut UUPA, sama sifat dan isinya dengan hak ulayat masyarakat hukum adat adalah hak bangsa Indonesia, bukan hak menguasai dari negara. HUKUM TANAH NASIONAL Sumber-Sumber lain Pembangunan Hukum Tanah Nasional o Menurut Budi Harsono, berpatokan pada hukum adat sebagai sumber utama dalam mengambil bahan- bahan yang dibutuhkan pada pembangunan hukum tanah nasional, maka tetap dimungkinkan untuk mengadopsi lembaga2 baru yang belum dikenal dalam hukum adat.
o Disamping itu dapat pula mengambil lembaga2
hukum asing guna memperkaya dan mengembangkan hukum tanah nasional. HUKUM TANAH NASIONAL
o Lembaga-lembaga baru itu adalah :
1. Pendaftaran Tanah; 2. Hak Tanggungan 3. Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pengelolaan HUKUM TANAH NASIONAL Lembaga Pendaftaran Tanah dan Lembaga Hak Tanggungan o Hukum tanah adat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat tidak mengenal adanya lembaga pendaftaran tanah. Menurut Budi Harsono hal ini terjadi karena semula memang tidak diperlukan untuk lingkungan pedesaan yang lingkup teritorial maupun persoalannya terbatas.
o Dalam lingkup pedesaan para warganya saling mengenal
dan mengetahui siapa mempunyai tanah yang mana dan siapa melakukan perbuatan2 hukum mengenai tanah miliknya, yang kenyataannya memang tidak sering terjadi. HUKUM TANAH NASIONAL o Lembaga pendaftaran hukum tanah merupakan lembaga yang dikenal dalam konsepsi hukum tanah nasional.
o Lembaga ini merupakan konsep lembaga modern,
karena semua proses yang berkaitan dengan hak2 atas tanah, misalnya jual-beli, tukar- menukar, dan hibah didaftarkan dan dibukukan dalam buku tanah dan kemudian diterbitkan sertipikat sebagai bukti pemilikan tanahnya. HUKUM TANAH NASIONAL o Selain pendaftaran tanah yang merupakan lembaga baru yang tidak dikenal dalam sistem hukum tanah adat, terdapat suatu lembaga baru yang telah diperkenalkan dalam hukum tanah nasional dan telah digunakan dalam jaminan hak atas tanah, yaitu lembaga hak tanggungan.
o Lembaga hak tanggungan ini menurut Budi Harsono
merupakan lembaga hak jaminan atas tanah untuk melayani perkreditan modern, oleh karena dalam sistem hukum tanah adat apabila terjadi hubungan utang piutang diantara sesama warga desa digunakan lembaga Jonggolan yang hakikatnya berbeda dengan hak jaminan atas tanah untuk perkreditan melalui lembaga perbankan. HUKUM TANAH NASIONAL o Pembebanan terhadap hak tanggungan sebagai lembaga jaminan atas tanah dilakukan melalui dua cara: Tahap pertama tahap pembebanan yang harus dilakukan dihadapan PPAT akta yang dibuat oleh PPAT tersebut sebagai bukti bahwa benar telah dilakukan perbuatan hukum yang bersangkutan
Tahap kedua adalah tahap pendaftaran di Kantor
Pertanahan . Pendaftaran ini wajib dilakukan dalam rangka memenuhi syarat publisitas bagi sahnya kelahiran dan berlakunya hak jaminan yang diberikan terhadap pihak ketiga. HUKUM TANAH NASIONAL o Lembaga hak tanggungan atas tanah ini mengalami perkembangan yang begitu pesat, sesuai dengan tuntutan atas berkembangnya usaha perekonomian yang membutuhkan dana dalam rangka menggerakan usahanya.
o Pada tahun 1996 pemerintah mengundangkan UU
No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan dengan Tanah.