Anisa Maisavitri
Amalina Solikha
Friskauli Marbun
Izkilliansyah
Liany Meiyanti
Maulidia
Melly Hasrina
M.Farhan Baharudin
Saprawati
Sari Fitriani
Sri Haryati
Sri Suryning Utami
Yuliana Sinta
Yusniati
Pengertian
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau
campuran bahan yang secara alami bukan merupakan
bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan
kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau
bentuk pangan, antara lain bahan pewarna,
pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan
pengental.
Bahan Tambahan Pangan atau aditif makanan juga
diartikan sebagai bahan yang ditambahkan dan
dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk
meningkatkan mutu. Pada umumnya bahan
tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua bagian
besar, yaitu
1. aditif sengaja
2. aditif tidak sengaja.
Aditif Sengaja
Aditif sengaja adalah aditif yang diberikan dengan
sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu, misalnya
untuk meningkatkan:
1. konsistensi,
2. nilai gizi,
3. cita rasa,
4. mengendalikan keasaman atau kebasaan,
5. memantapkan bentuk dan rupa, dan lainnya.
Aditif tidak sengaja
aditif yang tidak sengaja adalah aditif yang terdapat
dalam makanan dalam jumlah sangat kecil sebagai
akibat dari proses pengolahan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
No.329/MENKES/PER/1976
dimaksud zat aditif atau bahan tambaha makanan adalah bahan yang
ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk
meningkatkan mutu. Termasuk didalamnya adalah:
a. pewarna,
b. penyedap rasa dan aroma,
c. pemantap,
d. antioksidan,
e. pengawet,
f. pengemulsi,
g. anti gumpal,
h. pemucat
i. pengental.
Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 722/Menkes/Per/IX/88
BTP (Bahan Tambahan Pangan) adalah bahan yang
biasanya tidak digunakan sebagai pangan dan
biasanya bukan merupakan ingredien khas pangan,
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang
dengan sengaja ditambahkan kedalam pangan
untuk maksud teknologi pada pembuatan,
pengolahan, pengepakan, pengemasan,
penyimpanan atau pengangkutan pangan untuk
menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi
sifat khas pangan tersebut.
Fungsi bahan
1. Sebagai tambahan
pengawet pangan
pangan dengan cara:mencegah
pertumbuhan dan aktivitas mikroba perusak pangan
(menahan prosesbiokimia) atau mencegah
terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan
mutu pangan.
2. Untuk membuat makanan itu dapat diproduksi
secara massal
3. Menjadikan pangan lebih baik dan menarik
sehingga menambah dan merangsang timbulnya
selera makan .
4. Meningkatkan kualitas pangan .
5. Menghemat biaya.
Penggolongan BTP yang diizinkan digunakan pada
pangan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
722/Menkes/Per/IX/88
LD 50 pada :
1. tikus per oral adalah 7,36 g/kg
2. kucing dan anjing 2 g/kg
3. manusia dengan berat badan 67kg sebanyak 50 g
tidak menimbulkan efek. Pemberian dosis
besar akan menimbulkan nyeri lambung, mual dan
muntah.
Asam propionat.
Rumus molekul C3H6O2, berat molekul 74,08, bau tengik dan sangat
menyengat asam dan garamnya mudah larut dalam air.
5. Karagen untuk sarden dan sejenis (20 g/kg) es krim dan sejenisnya (10
g/kg) , keju (5 g/kg), Yoghurt (5 g/kg), dan kaldu (5 g/kg), ketimun
dalam kaleng ( 500 mg/kg )
7. Karboksimetil selulosa untuk sarden dan sejenis (20 g/kg) es krim dan
sejenisnya (10 g/kg ), keju (5 g/kg), dan kaldu (5 g/kg)
8. Pektin untuk sarden dan sejenis (20 g/kg) es krim dan sejenisnya (30
g/kg) , keju (8 g/kg), Yoghurt (10 g/kg), dan sirup (2.5 g/kg).
9. Pati asetat, untuk es krim dan sejenisnya (30 g/kg) , Yoghurt (10 g/kg),
dan kaldu (secukupnya).
Bumbu – bumbu penyedap
merupakan kelompok terbanyak zat tambahan makanan.
Macam – macam penyedap dibedakan menjadi dua yaitu
penyedap alami dan sintetis.
1. penyedap alami:
a. merica,
b. Kayu manis
c. Jahe
d. cengkeh, dll, oleorisin, ekstrak tumbuhan, dan minyak
esensial, isolat penyedap, penyedap dari sari buah ,
ekstrak tanaman )