DSM-IV-TR • Gangguan tidur dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori utama: • 1. gangguan tidur primer • 2. gangguan tidur berkaitan dengan gg mental • 3. gagngguan tidur lainnya (karena kondisi medis dan obat-obatan) • Fase tidur. 2 fase fisiologi tidur: REM dan NREM. PPDGJ-III F51 GANGGUAN TIDUR NON-ORGANIK • Kelompok gangguan ini termasuk : (a) "dyssomnia" = kondisi psikogenik primer dimana gangguan utamanya adalah jumlah, kualitas atau waktu tidur yang disebabkan oleh hal-hal emosional, misalnya: insomnia, hipersomnia, gangguan jadwal tidur-jaga; dan (b) "parasomnia" = peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama tidur; (pada kanak-kanak hal ini terkait terutama selama tidur; (pada kanak-kanak hal ini terkait terutama dengan perkembangan anak, sedangkan pada dewasa tama pengaruh psikogenik) misalnya: somnambulisme (sleepwalking),teror tidur (night terrors), mimpi buruk (nightmares). • Biasanya gangguan tidur adalah salah satu gejala dari gangguan lainnya, baik mental atau fisik. Secara umum adalah lebih membuat diagnosis gangguan tidur yang spesifik bersamaan dengan diagnosis lain yang relevan untuk menjelaskan secara adekuat psikopatologi dan atau patofisiologinya. F51.0 Insomnia non organik • Kriteria dignostik: (a) kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang buruk (b) gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal satu bulan (c) adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur (sleeplessness) dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari (d) ketidak-puasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan. • Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti depresi, anxietas, atau obsesi tidak menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan. Semua ko-morbiditas harus dicantumkan karena membutuhkan terapi teisendiri. • Kriteria "lama tidur'' (kuantitas) tidak digunakan untuk menentukan adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan yang tidak memenuhi kriteria diatas (seperti pada "transient insomnia") tidak di-diagnosis disini, dapat dimasukkan dalam Reaksi Stres Akut (F43.0) atau Gangguan Penvesuaian (F43.2). F51.1 Hipersomnia non organik • Kriteria dignostik: (a) rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya serangan tidur / "sleep attacks" (tidak disebabkan oleh jumlah tidur yang kurang), dan atau transisi yang memanjang dari saat mulai bangun tidur sampai sadar sepenuhnya (sleep drunkenness) (b) (b) gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan atau berulang dengan kurun waktu yang lebih pendek, menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan (c) tidak ada gejala tambahan "narcolepsy" (cataplexy, sleep paralysis, hypnagogic hallucination) atau bukti klinis untuk "sleep apnoe" (nocturnal breath cessation, typical intermittent snoring sounds, etc.) (d) tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukkan gejala rasa kantuk pada siang hari. • Bila hipersomnia hanya merupakan salah satu gejala dari gangguan jiwa lain, misalnya Gangguan Afektif, maka diagnosis harus sesuai dengan gangguan yang mendasarinya. Diagnosis hipersomnia psikogenik harus ditambahkan bila hipersomnia merupakan keluhan yang dominan dari penderita dengan gangguan jiwa lainnya.