Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

MAYA GADAR
PRODI PROFESI NERS
JURUSAN keperawatan
poltekkes kemenkes kupang

YANTI M. TEFA
LAPORAN PENDAHULUAN
INFARK MIOCARDIUM
Infark miokard akut adalah nekrosis miokard
akibat aliran darah ke otot jantung yang
terganggu. (Suyono, 2005)
 Infark Miokard Akut (IMA) adalah terjadinya
nekrosis miokard yang cepat disebabkan oleh
karena ketidakseimbangan yang kritis antara
aliran darah dan kebutuhan darah miokard.
(Morton, 2012)
ETIOLOGI
Menurut Nur arif (2013), penyebab IMA yaitu :

• Suplai oksigen ke miocard berkurang yang


disebabkan oleh 3 faktor :1. Faktor pembuluh
darah : Aterosklerosis, spasme, arteritis. 2.Faktor
sirkulasi : Hipotensi, stenosos Aurta, insufisiensi.
3. Faktor darah : Anemia, hipoksemia, polisitemia.
• Curah jantung yang meningkat :
• Aktifitas yang berlebihan.
• Emosi.
Faktor penyebab
• Makan terlalu banyak.
• Hypertiroidisme.
• Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
• Kerusakan miocard.
• Hypertropimiocard.
• Hypertensi diastolic
Lanjutan …..

 Faktor predisposisi :
Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
Usia lebih dari 40 tahun.
Jenis kelamin: insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat setelah
menopause.
Hereditas.
Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
Faktor resiko yang dapat diubah :
Mayor : hiperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, diet tinggi lemak
jenuh, aklori.
Minor : inaktifitas fisik, pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius,
kompetitif), stress psikologis berlebihan.
KLASIFIKASI
Menurut Sudoyo (2009), klasifikasi IMA yaitu sebagai berikut : Berdasarkan lapisan otot yang terkena Akut Miokard Infark dapat dibedakan :

Akut Miokard Infark


Posterior.
Akut Miokard Infark
Anterior.

Berdasarkan tempat
oklusinya pada
pembuluh darah koroner
:

Akut Miokard Infark


Non Transmural /
Subendokardial
Infark infark otot
jantung bagian dalam
(mengenai sepertiga
Akut Miokard miokardium).
Infark Transmural
 mengenai
seluruh lapisan
otot jantung
(dinding
ventrikel).
Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala infark miokard (TRIAS) menurut Oman (2008) adalah :

 Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus


tidak mereda, biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen
bagian atas, ini merupakan gejala utama.
 Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai nyeri
tidak tertahankan lagi.
 Nyeri dada serupa dengan angina, tetapi lebih intensif dan
menetap (> 30 menit)
 Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat
menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya
Nyeri lengan kiri).
 Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari,
dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin
(NTG).
 Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
 Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis
berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
 Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang
hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat
mengganggu neuroreseptor (mengumpulkan pengalaman nyeri).
Lanjutan….
Pemeriksaan laboratorium
 Peningkatan kadar enzim merupakan indikator spesifik untuk IMA, kadar titer enzim-enzim ini
mencerminkan luas IMA.
 CK (Kreatinin Fosfokinase)
 Pada IMA konsentrasi dalam serum meningkat 6-8 jam setelah onset infark, mencapai puncak setelah
24 jam dan turun kembali dalam waktu 3-4 hari. Enzim ini juga banyak terdapat pada paru, otot
skelet, otak, uterus, sel, pencernaan dan kelenjar tiroid. Selain pada infark miokard, tingkat
abnormalitas tinggi terdapat pada penyakit otot, kerusakan cerebrovaskular dan setelah latihan otot.
 SGOT (Serum Glutamic Oxalo-acetic Transaminase)
 Terdapat terutama di jantung, otot skelet, otak, hati dan ginjalDilepaskan oleh sel otot  miokard yang
rusak atau mati. Meningkat dalam 8-36 jam dan turun kembali menjadi normal setelah 3-4 hari.
 LDH (Lactat Dehidrogenase)
 Enzim ini terdapat di jantung dan eritrosit dan tidak spesifik. Dapat meninggi bila ada kerusakan
jaringan tubuh. Pada IMA konsentrasi meningkat dalam waktu 24-48 jam, mencapai puncaknya dalam
3-6 hari dan bisa tetap abnormal 1-3 minggu. Isoenzimnya lebih spesifik.
 Sebagai indikator nekrosis miokard dapat juga dipakai troponin T, suatu kompleks protein yang
terdapat pada filamen tipis otot jantung. Troponin T akan terdeteksi dalam darah beberapa jam
sampai dengan 14 hari setelah nekrosis miokard
Lanjutan…
EKG

 Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan simetris. Setelah
ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya gelombang
Q/QS yang menandakan adanya nekrosis

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Menurut Mansjoer (2005), pemeriksaan penunjang IMA sebagai berikut :
 EKG
 Untuk mengetahui fungsi jantung : T Inverted, ST depresi, Q patologis
 Enzim Jantung
 CPKMB (isoenzim yang ditemukan pada otot jantung), LDH, AST (Aspartat
aminonittransferase), Troponin I, Troponin T.
 Elektrolit.
 Ketidakseimbangan elektrolit dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, misal
hipokalemi, hiperkalemi
PENGKAJIAN
 Pengkajian Primer

Airways
 Sumbatan atau penumpukan secret.
 Wheezing atau krekles.
 Kepatenan jalan nafas.

Breathing
 Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat.
 RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal.
 Ronchi, krekles.
 Ekspansi dada tidak penuh.
 Penggunaan otot bantu nafas.

Circulation
 Nadi lemah, tidak teratur.
 Capillary refill.
 Takikardi.
 TD meningkat / menurun.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
lanjutan………..
Diagnosa keperawatan

 Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri


 Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan faktor-faktor
listrik, penurunan karakteristik miokard.
 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan , iskemik, kerusakan otot
jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria
 Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan
perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air , peningkatan tekanan
hidrostatik, penurunan protein plasma.
 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrosis jaringan miokard
ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas,
terjadinya disritmia, kelemahan umum.
INTERVENSI

1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri


Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
Intervensi
1. Beri O2 sesuai terapi
Rasional :Pemberian O2 dapat menambah supplay O2 miokard dengan tujuan mengurangi nyeri karena
hipoksia yang disebabkan oleh kuranngnya O 2.
2. Beri posisi semifowler
Rasional: Posisi semifowler dapat meningkatkan ekspansi dada sehingga mengirangi sesak napas dan sirkulasi
darah meningkat. dengan lancarnya sirkulasi akan membantu pengantaran oksigen ke seluruh tubuh serta
mengurangi kerja jantung dan paru.
3. Berikan terapi tirah baring (bedrest) selama 24 jam pertama post serangan.
Rasional: Tirah baring dapat mengurangi konsumsi O 2 miokard sehingga membantu jantung tidak bekerja
lebih keras.
4. Berikan obat sesuai indikasi, contoh : Antiangina, contoh nitrogliserin, Penyekat β, contoh atenolol (Tenormin),
pindolol (visken), propanolol (inderal)
Rasional: Nitrat berguna untuk kontrol nyeri dengan efek vasodilatasi koroner yang meningkatkan aliran
darah koroner dan perfusi miokardia. Agen penting kedua untuk mengontrol nyeri melalui efek hambatan
rangsang simpatis dengan begitu menurunkan FJ, TD sistolik dan kebutuhan oksigen miokard.
5. Anjurkan dan bimbing pasien untuk tarik nafas dalam (teknik relaksasi), telnik distraksi, dan bimbingan
imajinasi.
Rasional: Teknik relaksasi dibutuhkan untuk meminimalkan konsumsi O 2 miokard dan meningkatkan supply
O2 jaringan , teknik distribusi dan imajinasi membantu mengalihkan fokus perhatian dari rasa nyeri.
6. Lakukan pemeriksaan ECG tiap hari dan saat nyeri dada timbul.
Rasional: Pemeriksaan ECG tiap hari dan saat nyeri dada timbul berguna untuk mendiagnosa luasnya infark.
Lanjutan…..
2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan faktor-faktor listrik, penurunan karakteristik
miokard.
Tujuan : Curah jantung membaik / stabil setelah dilakukan tindakan keperawatan
Intervensi
1. Kaji adanya bunyi tambahan pada Auskultasi.
Rasional: Bunyi S3 biasanya dihubungkan dengan kelebihan kerja ventrikel kiri dan S4 berhubungan dengan ischemik
miokard, Murmur menunjukkan gangguan aliran darah normal pada jantung.
2. Auskultasi bunyi nafas
Rasional: Krekles menunjukkan kongesti paru akibat penurunan fungsi miokard.
3. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
Rasional: Meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard, menurunkan iskemia dan disritmia lanjut.
4. Pertahankan cara masuk IV /heparin-lok sesuai indikasi.
Rasional: Jalur yang paten penting untuk pemberian obat darurat pada adanya disritmia atau nyeri dada.
5. Ukur dan catat tanda vital tiap jam.
Rasional: Penurunan curah jantung dapat dimanifestasikan dengan peningkatan nadi, TD, HR.
6. Pantau frekuensi dan irama jantung dan catat adanya irama disritmia melalui monitor (bedside monitor ECG).
Rasional: Adanya nekrose/ kematian otot jantung dapat menyebabkan gangguan sistim konduksi dan penurunan curah
jantung.
7. Observasi perfusi jaringan :Acral, kelembaban kulit dan perubahan warna kulit dan ujung-ujung jari dan nilai Capilary
RefillTime (SPO2).
Rasional: Penurunan cardiac output dapat mempengaruhi sirkulasi darah (perifer).
8. Pantau data laboratorium contoh enzim jantung, GDA, elektrolit.
Rasional: Enzim memantau perbaikan/perluasan infark.
Lanjutan….
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan /
penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria.
Tujuan : Gangguan perfusi jaringan berkurang / tidak meluas selama dilakukan tindakan perawataN
Intervensi
1. Pantau perubahan tiba-tiba tau gangguan mental kontinu contoh cemas, bingung, letargi, pingsan
Rasional: Perfusi serebral secara langsung sehubungan dengan curah jantung dan juga dipengaruhi
oleh elektrolit/variasi asam basa, hipoksia, atau emboli sistemik.
2. Pantau pernapasan, catat kerja pernapasan
Rasional: Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres pernapasan.
3. Pantau data laboratorium contoh GDA, BUN, Kreatinin, elektrolit
Rasional: Indikator perfusi/fungsi organ.
4. Berikan obat sesuai indikasi : Heparin/natrium warfarin (Coumadin), Simetidin , ranitidin, antasida
Rasional: Dosis rendah heparin mungkin diberikan secara profilaksis pada pasien risiko tinggi dapat
menurunkan risiko tromboflebitis atau pembekuan trombus mural. Menurunkan atau menetralkan
asam lambung, mencegah ketidaknyamanan dan iritasi gaster, khususnya adanya penurunan sirkulasi
mukosa.
5. Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab. Catat kekuatan nadi perifer.
Rasional: Vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan
oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
Lanjutan…..
4. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal,
peningkatan natrium / retensi air , peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.
Tujuan : Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan keperawatan
di RS
Intervensi
1. Auskultasi bunyi napas untuk adanya krekels
Rasional: Dapat mengindikasikan edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung.
2. Pertahankan masukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
Rasional: Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi memerlukan pembatasan pada
adanya dekompensasi jantung.
3. Kolaborasi : pemberian diet rendah natrium, berikan diuretik.
Rasional: Natrium meningkatkan retensi cairan dan harus dibatasi.
4. Ukur masukan / haluaran, catat penurunan , pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung keseimbangan
cairan
Rasional: Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air,
dan penurunan haluaran urine.
5. Timbang BB tiap hari
Rasional: Perubahan tiba-tiba pada berat badan menunjukkan gangguan keseimbangan cairan.
Lanjutan…..
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard dan kebutuhan,
adanya iskemik/ nekrosis jaringan miokard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah
dalam aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum.
Tujuan : Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan keperawatan
Intervensi
1. Beri penjelasan pentingnya tirah baring (bedrest).
Rasional: Menambah pengetahuan pasien,bahwa tirah baring dapat mengurangi konsumsi oksigen miocard
sehingga pasien dapat kooperatif selama perawatan.
2. Hentikan aktivitas saat pasien mengeluh nyeri dada, sesak,sakit kepala, pusing, keringat dingin.
Rasional: Istirahat dibutuhkan untuk mengurangi kebutuhan oksigen miokard.
3. Bantu pasien dalam memenuhi ADL.
Rasional: Kebutuhan ADL pasien dapat terpenuhi dengan bantuan perawat untuk mengurangi beban
jantung pasien.
4. Evaluasi respon pasien saat setelah aktivitas terhadap nyeridada, sesak, sakit kepala,pusing, keringat
dingin.
Rasional: Adanya tanda-tanda tersebut merupakan tanda adanya ketidakseimbangan supply dan kebutuhan
oksigen miokard.
5. Jelaskan akibat jika pasien banyak beraktivitas selama 24 jam pertama post serangan.
Rasional: Pada fase akut supply oksigen menurun oleh karena adanya sumbatan pada miokard,
aktivitasdapat memperburuk hemodinamik.
ASUHAN KEPERAWATAN
 PEMERIKSAAN FISIK
1. Sistem Pernapasan :
RR : 20 x/menit, tidak ada penggunaan otot
bantu napas , Tidak Terpasang ETT, Tidak
Terpasang Ventilator , Irama teratur, Kedalaman
Teratur, Sputum : Tidak ada, Konsistensi
:Tidak ada. Suara napas : Vesikuler
2. Sistem Kardiovaskuler :
Nadi : 96 x\mnt, Tekanan Darah : 156\90 mmHg
Pulsasi : (√) Kuat, Akral : (√ )
Hangat, Warna Kulit : (√ )
ASUHAN KEPERAWATAN
SKALA NYERI: (√) Y
 (√) Nyeri akut
 lokasi : Dada Kiri dan Ulu Hati Frekuensi :
Menetap Durasi : Terus Menerus
 (√ ) Score Nyeri ( 0-10) : 7
 (√) Nyeri Hilang
 (√) Minum obat (√)
 Nyeri mempengaruhi : (√ ) Aktivitas fisik
Analisa data
No. Data Etiologi Masalah
Ds :
1. Agen cedera Nyeri Akut
P : Pasien mengatakan nyeri menetap tanpa atau
dengan aktivitas biologis
Q  : Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-
tusuk
R : Pasien mengatakan nyeri di dada sebelah kiri
T  : Pasien mengatakan nyeri menetap selama
lebih dari 30 menit
Do :Pasien tampak meringis,dan keringat dingin.
S  :skala nyeri 7

DS : pasien mengatakan nyeri dada kiri, pasien Perubahan


2. Resiko penurunan
jg mengatakan ada riwayat penyakit stroke
DO : TD : 156/90 mmhg preload dan curah jantung
N : 96 x/m afterload
S : 36,2’c
Capillary refill : < 3 detik
Diagnosa Keperawatan
 Nyeri akut b.d agen cedera biologi(ischemia jaringan sekunder
terhadap sumbatan arteri coroner)yang di tandai dengan
pasienmengatakannyeri pada dada kiri, dan ulu hati, nyeri seperti
tertusuk-tusuk dan menetap, P : Pasien mengatakan
nyeri menetap tanpa atau dengan aktivitas, Q  : Pasien
mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk,R : Pasien mengatakan
nyeri di dada sebelah kiri,S:skalanyeri=7 ,T  : Pasien mengatakan
nyeri menetap selama lebih dari 30 menit.
 Resiko penurunan curah jantung b.d Perubahan preload dan
afterload yang ditandai dengan pasienmengatakannyeri pada dada
kiri, dan ulu hati, nyeri seperti tertusuk-tusuk dan menetap,
Td:156/90mmHg, N: 96x/mnt, S;36,2°C, Capilaryrefiil : <3 dtk
No. Diagnosa Keperawatan Goal dan objektif Intervensi

1. Nyeri akut b.d agen cedera Goal: klien akan terbebas dari nyeri akut NIC Label 1: Manajemen nyeri
biologis yang ditandai
dengan pasien mengatakan selama dalam keperawatan 1.Lakukan pengkajian nyeri secara
nyeri di bagian dada kiri Objectif: klien tidak akan mengalami agen komprehensif
dan ulu hati, , nyeri seperti cedera biologis selama dalam perawatan 2.Observasi adanya petunjuk nonverbal
ditusuk- tusuk, nyeri
Outcomes: Dalam waktu 1x24 jam pasien akan mengenai ketidaknyamanan
menetap, nyeri dirasakan ±
10 menit, skala nyeri menunjukkan: 3.Ajarkan tentang teknik non farmakologi
sedang 7 (0-10). Pasien NOC Label 1: Kontrol nyeri untuk mengurangi nyeri seperti napas
tampak lemah, Pasien
1.mengenali kapan nyeri terjadi (3) dalam
tampak meringis. Tekanan
darah 156/90 mmHg, nadi 2. menggambarkan faktor penyebab nyeri (3) 4.Pantau TTV pasien.
96 x/menit. 3. mengenali apa yang terkait dengan gejala 5.Berikan lingkungan yang nyaman.
nyeri (3) 6.Anjurkan pasien untuk istirahat.
4. menggunakan tindakan pencegahan nyeri (3) 7.Kolaborasi pemberian analgetik.
Indicator :
1: tidak pernah menunujukan
2: jarang menunjukan
3: kadang-kadang menunjukan
4: sering menunjukan
5: secara konsisten menunjukan
No. Diagnosa Goal dan objektif Intervensi
Keperawatan

2. Resiko Goal : NIC :


Cardiac Care
Pasien menunjukan cardiac out put dalam •Evaluasi adanya nyeri dada
penurunan batas normal selama dalam perawatan •(intensitas,lokasi, durasi)
curah jantung Objektif : •Catat adanya disritmia jantung
Pasien akan menunjukan struktur jantungnya • Catat adanya tanda dan gejala penurunan
b.d Perubahan cardiac putput (bunyi/irama dan hasil EKG)
preload dan normal selama perawatan 3 x 24 jam dengan, •Monitor status kardiovaskuler
Kriteria hasil : • Monitor status pernafasan yang menandakan
afterload Menunjukkan keadekuatan output jantung gagal jantung 
•Monitor abdomen
ditunjukkan dengan tekanan darah dan nadi •Monitor balance cairan
normal, nadi perifer kuat, kemampuan untuk •Monitor adanya perubahan Tekanan darah
mentoleransi aktivitas tanpa dispneu, sinkope •Atur periode latihan dan istirahat
•Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu
dan nyeri dada dan ortopneu
Bebas dari efek samping pengobatan yang •Anjurkan untuk menurunkan stress
digunakan untuk mencapai keadekuatan
output jantung
Menjelaskan tindakan dan peringatan
penyakit jantung
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
keperawatan
1 Nyeri akut b.d agen Jam 09.10 02-04-2020, 14.00
cedera biologis -Merapikan tempat tidur dan lingkungan di sekitar pasien S: pasien mengatakan nyeri di bagian dada kiri
Jam `10.00 sudah sedikit berkurang, , nyeri seperti
-Melakukan pengkajian nyeri secara komperhensif ditusuk- tusuk, nyeri menetap, nyeri
meliputi; dirasakan ± 10 menit, skala nyeri sedang 5
klien mengatakan nyeri dada kiri , nyeri seperti ditusuk-
tusuk, nyeri menetap, nyeri dirasakan ± 10 menit, skala (0-10).
nyeri sedang 7 (0-10). O:
Jam 10.05 - Pasien Nampak tenang
- Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyaman : - Pasien mau mengikuti cara untuk mengatasi
Pasien tampak meringis kesakitan nyeri (manajemen nyeri)
Jam 10.07 - TTV pasien: Tekanan darah 156/90 mmHg,
-Mengajarkan teknik relaksasi : tarik napas panjang lewat nadi 96 x/menit.
hidung hembuskan perlahan lewat mulut ketika A: Masalah teratasi sebagian.
merasakan nyeri (pasien tampak melakukan teknik napas
P: Intervensi dilanjutkan
dalam sesuai dengan instruksi).
Jam 11.00
- Memonitor tanda-tanda vital :
Td:156/90mmHg, N: 96x/mnt, S;36,2°C, Capilary
refiil : <3 dtk
Jam 13.00
-Kolaborasi pemberian analgetik
Jam 13.30
-Melakukan pengkajian nyeri ulang (klien mengatakan nyeri
dada kiri dan nyeri ulu hati sudah sedikit berkurang, nyeri di
bagian dada kiri dan ulu hati, , nyeri seperti ditusuk- tusuk,
nyeri menetap, nyeri dirasakan ± 10 menit, skala nyeri sedang
5 (0-10)).
No Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi

Jam 10.00 Jam : 14: 00 WITA


2 Resiko penurunan curah jantung S :Pasien mengatakan nyeri pada
Mengevaluasi adanya nyeri dada : Pasien mengatakan nyeri
b.d Perubahan preload dan dada kiri, dan ulu hati, sudah sedikit
pada dada kiri, dan ulu hati, nyeri seperti tertusuk-tusuk dan
berkurang nyeri seperti tertusuk-
afterload menetap tanpa atau dengan aktivitas, skala nyeri 7 tusuk dan menetap
Jam 11.10 O : skala nyeri 5
Mencatat adanya disritmia jantung : hasil EKG : AMI Pasien tampak tenang
Jam 11.12 TTV: TD:156/90mmHg, N:96x/mnt,
Memonitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung : S;36,2°C, Capilar refiil : <3 dtk
RR; 22x/mnt A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi no 1-5 dilanjutkan
Jam 11.18
Memonitor abdomen:
Kembung (-), adanya mual muntah @ 100cc warna putih.
Jam 11.22
Memonitor balance cairan :
Balance cairan
INPUT :
IVFD RL : 1400 ml,Obat-obatan : 100 ml,Air minum :1000 ml
OUTPUT :
Urine : 1900 cc, IWL (10 cc x 41 kg) : 410 cc dalam 24 jam
BALANCE :
INPUT - (OUT + IWL)
= (1400 + 100 + 1000) – ((1900 + 410))
= 2500 – (2310)
= 190
Jadi, Balance cairanTn.Sdalam 24 jam yaitu: 190 ml
Jam 11.25
Memonitor adanya perubahan Tekanan darah
TD:156/90 mmHg.
Jam 11.28
Mengatur periodel atihan dan istirahat untuk kurangi kerja jantung.
Jam 11.32
Memonitor adanya dyspneu (-) fatigue, tekipneu(-) dan ortopneu(-)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai