Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PRE-EKLAMSIA

DAN EKLAMSIA POST PARTUM


Disusun Oleh Kelompok 4 :

Angga Septian Budi S M. Wahyu Ramdani


Desti Fitrianti Nahdiyaty Nur Rahmi
Eta Fatriany Nadia Nur Haidah
Jita Indah Sari Rika Fitriah
M. Amir Nashruddin Tasya Ayu Nita
M. Rizkar Saputra
Pengertian pre eklamsia
Menurut Mansjoer (2000), pre eklamsia merupakan timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Pre eklampsia
merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi
setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan
darah normal dan diartikan juga sebagai penyakit vasospastik yang
melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi
dan proteinuria (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2005).
Lanjutan………
• Pre-eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema,
dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.Penyakit ini umumnya
terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi
sebelumnya, misalnya pada mola hidatosa. Preeclampsia adalah
timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan
setelah persalinan. (Manjoer Arif,2000:270).
Lanjutan………
• Pra-eklampsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi setelah
minggu ke-20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria.Edema juga
dapat terjadi. (Safe Motherhood:2000)
• Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti “halilintar”. Kata tersebut
dipakai karena seolah – olah gejala – gejala eklamsia timbul dengan tiba – tiba
tanpa didahului oleh tanda – tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia
pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda – tanda
pre-eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul serangan kejangan
uang diikuti oleh koma.
Etiologi pre eklamsia & eklamsia
Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-
hal berikut:
• Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravidaritas,
kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
• Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya
kehamilan.
• Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita
dengan kematian janin dalam uterus.
• Sebab jarang terjadinya eklampsia pada kehamilan-
kehamilan berikutnya.
• Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang,
dan koma.
Lanjutan……
Adapun teori-teori tersebut/lainnya adalah
• Peran Prostasiklin dan Tromboksan
• Peran Faktor Imunologis
• Peran Faktor Genetik
• Iskemik dari Uterus
• Defisiensi Kalsium
• Disfungsi dan aktivasi dari endothelial
Manifestasi Klinis pre
eklamsia dan eklamsia
Pre- eklamsi
Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan:
pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema,
hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada preeklampsia
ringan tidak ditemukan gejala-gejala subyektif. Pada
preeklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal,
diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium,
mual atau muntah. Gejala gejala ini sering ditemukan pada
preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk
bahwa eklampsia akan timbul.
Ekslamsia Pada beberapa kasus, bisa terjadi impending
eclampsia yang ditandai dengan:
• Tekanan darah yang semakin tinggi
• Preeklampia akan • Sakit kepala yang semakin parah

ditandai dengan tekanan • Mual dan muntah


• Sakit perut terutama pada bagian perut kanan
darah >140/90 mm Hg, atas
ditemukannya protein • Tangan dan kaki membengkak

pada urin, dan bisa • Gangguan penglihatan


• Frekuensi dan jumlah urin yang berkurang
disertai dengan (oligouria)
pembengkakan pada • Peningkatan kadar protein di urin

tungkai. • Jika terus berlanjut, akan muncul kejang.


Kejang akibat eklamsia bisa terjadi sebelum,
selama, atau setelah persalinan.
Patofisiologi
Preeklamsia dan Eklamsia
Patofisiologi Preeklamsia

1. Pathologi dan patogenesis


a. Tiga lesi patologis utama yang terutama berkaitan dengan pre-eklampsia dan eklampsia :
b. Perdarahan dan neklosis di banyak organ, sekunder terhadap kontriksi kapiler
c. Endoteliosis kapiler glomeruler.
d. Tidak adanya dilatasi arteri spilar (Kemenkes, 2008)
2. Perubahan anatomi-patologik
a. Plasenta. Pada pre-eklampsia terdapat spasmus arteriola spiralis desidua dengan akibat menurunnya
aliran darah ke plasenta
b. Ginjal. Alat ini besarnya normal atau dapat membengkak. Pada simpai ginjal dan pada pemotongan
mungkin ditemukan perdarahan-perdarahan kecil. Penyelidikan biopsi pada ginjal oleh Altchek dan
kawan-kawan (1968) menunjukkan pada pre-eklampsia bahwa kelainan berupa: 1) kelainan
glomerulus; 2) hyperplasia sel-sel jukstaglomeruler; 3) kelainan pada tubulus-tubulus Henle; 4)
spasmus pembuluh darah ke glomerulus
c. Hati. Pada pemeriksaan mikrosopik dapat ditemukan perdarahan dan nekrosis pada tepi lobules,
disertai thrombosis pada pembuluh darah kecil, terutama di sekitar vena porta.
d. Otak. Pada penyakit yang belum lanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks serebri;
pada keadaan lanjut dapat ditemukan perdarahan.
e. Retina. Kelainan yang sering ditemukan pada retina ialah spasmus pada arteriola-arteriola, terutama
yang dekat pada diskus optikus.
f. Paru-paru. Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena bronkopneumonia
sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang ditemukan abses paru-paru.
g. Jantung. Pada sebagian besar penderita yang mati karena eklampsia jantung biasanya mengalami
perubahan degeneratif pada miokardium. Sering ditemukan degenasi lemak dan cloudy swelling serta
nekrosis dan perdarahan.
h. Kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal dapat menunjukkan kelainan berupa perdarahan dan nekrosis
dalam berbagai tingkat.

3. Pathologi dan patogenesis


Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering didapatkan pada pre-eklamsia dan
eklamsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus. Perubahan pada ginjal.Perubahan pada ginjal
disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomelurus
mengurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan
mungkin sekali juga dengan retensi garam dan air. Penderita pre-eklampsia tidak dapat mengeluarkan
dengan sempurna air dan garam yang diberikan.Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun,
sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid, dan protein dalam serum
tidak menunjukan perubahan yang nyata pada pre-elampsia.Konsentrasi kalium, natrium, kalsium, dan
klorida dala serum biasanya dalam batas-batas normal. Gula darah, bikarbonas, dan Ph pun normal.
Patofisiologi Eklamsia

• Pada eklampsia, kejang-kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk
sementara, asidum laktikum dan asam organic lain naik, dan bikarbonas natrikus,
sehungga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejangan, zat organic
dioksidasi, sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan asam
karbonik menjadi bikarbonas natrikus. Dengan demiian, cadangan alali dapat
pulih kembali. Kadar kreatinin dan ureum pada pre-eklampsia tidak meningkat,
kecuali bila terjadi oliguria atau anuria. Protein serum total, perbandingan albumin
globulin dan tekanan osmotic plasma menurun pada pre-eklampsia, kecuali pada
penyakit yang berat dengan hemokonsentrasi. Pada kehamilan cukup bulan kadar
fibrinogen meningkat dengan nyata. Kadar tersebut lebih meningkat lagi pada pre-
eklampsia.Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang
dari 1 menit pada eklampsia.
Ekslamsia
• Pada eklampsia, kejang-kejang dapat menyebabkan kadar • Oleh beberapa penulis kadar asam urat dalam darah dipakai
gula darah naik untuk sementara, asidum laktikum dan asam sebagai parameter untuk menentukan proses pre-eklampsia
organic lain naik, dan bikarbonas natrikus, sehungga menjadi baik atau tidak. Pada keadaan normal asam urat melewati
glomelurus dengan sempurna untuk diserap kembali dengan
menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejangan, zat sempurna oleh tubulus kontorti proksimalis dan akhirnya
organic dioksidasi, sehingga natrium dilepaskan untuk dapat dikeluarkan oleh tubulus kontorti distalis. Tampaknya perubahan
bereaksi dengan asam karbonik menjadi bikarbonas pada glomelurus menyebabkan filtrasi asam urat mengurang,
natrikus. Dengan demiian, cadangan alkali dapat pulih sehingga kadarnya dalam darah meningkat. Akan tetapi, kadar
kembali. asam urat yang tinggi tidak selalu ditemukan. Selanjutnya,
• Oleh beberapa penulis kadar asam urat dalam darah dipakai pemakaian diuretika golongan tiazid menyebabkan kadar asam
urat meningkat.
sebagai parameter untuk menentukan proses pre-eklampsia
menjadi baik atau tidak. Pada keadaan normal asam urat • Kadar kreatinin dan ureum pada pre-eklampsia tidak meningkat,
melewati glomelurus dengan sempurna untuk diserap kecuali bila terjadi oliguria atau anuria. Protein serum total,
kembali dengan sempurna oleh tubulus kontorti proksimalis perbandingan albumin globulin dan tekanan osmotic plasma
dan akhirnya dikeluarkan oleh tubulus kontorti distalis. menurun pada pre-eklampsia, kecuali pada penyakit yang berat
dengan hemokonsentrasi.
Tampaknya perubahan pada glomelurus menyebabkan
filtrasi asam urat mengurang, sehingga kadarnya dalam • Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat dengan
darah meningkat. Akan tetapi, kadar asam urat yang tinggi nyata. Kadar tersebut lebih meningkat lagi pada pre-
tidak selalu ditemukan. Selanjutnya, pemakaian diuretika eklampsia.Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang
ditemukan kurang dari 1 menit pada eklampsia. (Prawirohardjo,
golongan tiazid menyebabkan kadar asam urat meningkat.
Sarwono. 1991).
Penatalaksanaan
Ekslamsia
1. Tujuan a. Pemindahan pasien
b. Pemeriksaan
Memerlukan tindakan yang segera
dengan tujuan berikut ini: 3. Obat-obatan:
a. Ketika eklampsia masih iminem, c. Sedasi
lakukanlah tindakan untuk d. Monitoring MgSO4
mencegahnya e. Obat alternative
b. Stabilisasi kondisi ibu f. Obat untuk hipertensi
c. Pengendalian serangan kejang g. Antibiotic
d. Pengendalian hipertensi h. Monitoring janin
e. Melahirkan bayi
f. Pencegahan serangan kejang 4.Melahirkan Bayi
berikutnya
2. Stabilisasi kondisi ibu:
Langkah yang harus dilakukan:
g. Memastikan patensi jalan napas
ASUHAN KEPERAWATAN PRE
EKLAMSIA
1. Pengkajian  Kaji tingkat intensitas nyeri klien
 Jelaskan penyebab nyerinya
2. Diagnosa Keperawatan  Ajarkan ibu mengatisipasi nyeri dengan
a. Diagnosa ditegakkan melalui analisis nafas dalam bila HIS timbul
cermat terhadap hasil pengkajian. Masalah  Bantu ibu dengan mengusap/massage
keperawatan yang mungkin muncul pada bagian yang nyeri
meliputi:
b. Nyeri Akut b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari
c. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
Kebutuhan  Setelah dilakukan perawatan nafsu
d. Kelebihan Volume Cairan makan meningkat atu normal.
e. Ansietas  Intervensi
 Kaji adanya alergi makanan
3. Intervensi Keperawatan  Anjurkan untuk meningkatkan intake Fe
a. Nyeri Akut  Berikan substansi gula
Setelah dilakukan perawatan tidak terjadi  Berikan makanan yang terpilih (sudah
nyeri dikonsultasikan dengan ahli gizi)
atau ibu dapat mengantisipasi nyerinya.  Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian
C. Kelebihan Volume Cairan  Jelaskan mekanisme proses persalinan
 gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang
 Pantau masukan dan pengeluaran cairan setiap efektif
hari.
 Beri support system pada ibu
 Timbang berat badan secara rutin.
 Pantau tanda-tanda vital, catat waktu pengisian d) Evaluasi
kapiler.
 Kaji ulang masukan diit dari protein dan kalori,
 Nilai hasil TTV ibu
berikan informasi sesuai dengan kebutuhan.  Terjadi kejang atau tidak
 Perhatikan tanda-tanda edema berlebihan atau  Kondisi hemodinamik
berlanjut.
 Kaji distensi vena jugularis.  Terjadi cedera ibu atau tidak
 Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan  Penurunan kecemasan
diet rendah garam.
 Kolaborasi dalam pemberian antidiuretic

E. Ansietas
 Kaji tingkat kecemasan ibu
ASUHAN KEPERAWATAN
EKLAMSIA
1. Pengkajian  Pantau urin output
 Monitor TTV
2. Diagnosa Keperawatan
 Diagnosa ditegakkan melalui analisis B. Risiko cedera pada ibu
cermat terhadap hasil pengkajian. Masalah
keperawatan yang mungkin muncul  Pantau TTV ibu
meliputi:  Kaji adanya proteinuria setiap hari selama
 Perfusi perifer tidak efektif pemberian MgSO4 dan selama hipertensi
moderat
 Risiko cedera pada ibu
 Pantau pemberian IV MgSO44
 Ansietas (SDKI, 2017)
 Periksa reflek profunda pada ibu
3. Intervensi Keperawatan:  Berikan lingkungan ruangan yang tenang
a. Perfusi perifer tidak efektif
 Berikan tirah baring total dengan
posisi miring secara selang-seling
 Pantau pemberian infus MgSO4 50
mg + D5% 1000 cc agar habis dalam
24 jam
C. Ansietas
 Kaji tingkat ansietas pasien, perhatikan tanda depresi dan
pengingkaran
 Dorong dan berikan kesempatan klien untuk mengekspresikan
perasaannya
 Temani kilen untuk beberapa saat dan dengarkan keluhan dengan
empati
 Jelaskan pada ibu bahwa ibu ditangani oleh tenaga kesehatan yang
professional dibidangnya
 Kaji TTV ibu (Wagiyo dan Putrono, 2016).
4. Evaluasi keperawatan
 Nilai hasil TTV ibu
 Terjadi kejang atau tidak
 Kondisi hemodinamik
 Terjadi cedera ibu atau tidak
 Penurunan kecemasan.

Anda mungkin juga menyukai