Anda di halaman 1dari 15

Resusitasi Cairan Pada Pasien Yang

Sakit Kritis : Tinjauan Sistematis Dan


Meta-Analisis

Oleh :
Radi Prawira Darma, S.Ked
Wahyu Saputra, S.Ked

Dosen Pembimbing :
Dr. Dedy, Sp. An
Pendahuluan
Cairan adalah elemen utama dalam resusitasi pasien yang
sakit kritis, dan memiliki strategi manajemen cairan sangat
bervariasi dalam praktiknya.
Studi klinis telah menunjukkan bahwa koloid dan kristaloid
memiliki efek berbeda pada kondisi fisiologis tertentu.
Pendahuluan
Kristaloid dianggap lebih rentan menyebabkan asidosis
metabolik hiperkloremik atau dapat secara langsung
mempengaruhi fungsi organ dan bahkan kelangsungan hidup.
Sementara itu, larutan koloid dianggap lebih efisien daripada
kristaloid untuk mencapai efek hemodinamik yang setara.
Namun, ada efek lain dari cairan ini, termasuk perubahan respon
imun terhadap penyakit kritis, meningkatkan risiko kematian
atau gagal ginjal akut (AKI)
Pendahuluan
Pada penelitian ini dilakukan meta-analisis jaringan
(NMA) yaitu dengan membandingkan semua jenis
cairan resusitasi pada pasien yang sakit kritis untuk
mengetahui resiko terjadinya kematian pada pasien,
kejadian AKI, dan kebutuhan dalam terapi penggantian
ginjal (RRT).
Pendahuluan
hasil akhir yang dinilai dari penelitan ini adalah
apakah terjadi kematian akibat :
1. Masalah primer (berdasarkan perjalanan penyakit
pasin itu sendiri)
2. masalah sekunder (Risiko tindakan , cidera,
Kegagalan dan Kehilangan fungsi ginjal, dan
penyakit ginjal stadium akhir, penurunan laju filtrasi
glomerulus (GFR), dan penilaian dari output urin
serta kebutuhan terapi penggantian ginjal)
PEMBAHASAN
Klasifikasi Cairan
Pada penelitian ini, cairan dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Kristaloid
 Bc
 Saline Normal
 Salin Hipertonik/HS
2. Koloid
 Albumin 4%
 Albumin 20%
 Gelatin
 Dekstran
 Hetastarch Berat Molekul Rendah [L-HES]
 Hetastarch Berat Molekul Tinggi (H-HES)
PEMBAHASAN
Dari tinjauan hasil penelitian secara sistematis dan
menggunakan metanalisis mengenai efek cairan
resusitasi pada mortalitas pada pasien yang sakit kritis,
didapatkan hasil bahwa :
Tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan di
antara semua cairan dalam mengurangi resiko kematian.
Namun penggunaan BC, terutama Plasma-Lyte,
merupakan pilihan efektif dalam mengurangi resiko
kematian.
PEMBAHASAN
Pada peneilitian ini, penggunaan H-HES dikaitkan
dengan peningkatan kejadian AKI dan risiko bagi
penerima RRT. Sehingga penggunaan BC lebih efektif
daripada H-HES dalam mengurangi kematian.
PEMBAHASAN
Dalam kelompok pasien septik, Albumin 4%, BC, dan saline normal
memiliki SUCRA (Nilai Ranking) yang sangat mirip. Oleh karena itu,
albumin 4% dan BC mungkin bisa sebagai alternatif untuk cairan
resusitasi pada pasien septik.

Pada pasien hipovolemik, koloid secara signifikan lebih efektif untuk


resusitasi cairan, terutama untuk meningkatkan volume stroke yang
lebih besar dibandingkan kristaloid.

pada pasien usia lanjut, mortalitasnya serupa antara jenis cairan


resusitasi. Meskipun menurut peringkatan dengan metode SUCRA
menunjukkan bahwa HS adalah yang paling unggul untuk pasien usia
lanjut, namun bukti untuk saat ini masih belum kuat.
PEMBAHASAN
Namun pada penelitian dengan meta-analisis (NMA)
yang membandingkan koloid dengan kristaloid pada pasien
sakit kritis, trauma dan bedah, menemukan bahwa
pemberian koloid tidak menguntungkan terutama untuk
mengurangi resiko kematian. Akan tetapi malah
meningkatkan risiko terjadinya AKI dan pasien yang
melakukan RRT.
PEMBAHASAN
Saline normal masih merupakan kristaloid yang paling
banyak digunakan di seluruh dunia saat ini meskipun memiliki
resiko menyebabkan asidosis hiperkloremik, yang diketahui
merusak fungsi ginjal dan cenderung menyebabkan infeksi.
Akan tetapi, dalam analisis penelitian ini menunjukkan
penggunaan H-HES dikaitkan dengan peningkatan insiden
AKI dan risiko menerima RRT.
Namun apakah karena kandungan klorida berlebihan yang
menyebabkan AKI atau tidak, masih menjadi kontroversial,
dan yang harus lebih banyak dilakukan percobaan
KETERBATASAN
Ada beberapa keterbatasan yang ditemukan selama melakukan
penelitian ini, yaitu :
 Protokol resusitasi cairan yang dilakukan masih heterogen, dengan
jumlah dan durasi bervariasi terutama dalam intervensi cairan.

 Pasien dalam penelitian ini adalah semua yang dianggap sakit parah
yang memerlukan resusitasi volume akut, yang dapat menyebabkan
resiko meningkatkan heterogenitas antar-percobaan.

 Sampel actual ukuran untuk perbandingan spesifik kecil, dan tidak ada
subkelompok analisis yang dapat dilakukan penyelidikan sumber
potensial heterogenitas, sehingga membatasi penelitian ini.
KESIMPULAN
Cairan resusitasi seperti BC, terutama Plasma-Lyte, mungkin
merupakan pilihan terbaik bagi pasien yang sakit kritis yang
membutuhkan resusitasi cairan. Sementara itu, penggunaan H-
HES dikaitkan dengan peningkatan kejadian AKI dan risiko
menerima RRT.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai