Anda di halaman 1dari 17

PASCA KLIMAKTERIUM

NAMA : ENI HERNAWATI


NIM : 18215061
TINGKAT : 2A KEPERAWATAN
PENGERTIAN KLIMAKTERIUM

Klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui


seorang wanita dari periode reproduktif ke periode
non reproduktif. Fase terakhir dalam kehidupan
wanita atau setelah masa reproduksi berakhir
(Kasdu, 2002).

 Periode transisional antara siklus ovulatorik dan menopause,


saat fungsi ovarium menurun secara prgresif, dikenal
sebagai periode pramenopause atau klimakterium.
 Istilah “pascamenopause” atau “menopause” mengacu
kepada waktu setelah menopause. Selama waktu ini,
seorang perempuan biasannya mengalami berbagai
perubahan endokrin, somatic dan psikologik.
PERIODE MENOPAUSE DALAM FASE
KLIMATERIUM
GEJALA PASCA KLIMAKTERIUM

 Setelah periode klimakterium selesai, selanjutnya wanita


akan mengalami periode postmenopause, yang selanjutnya
periode senilis (Kasdu,2002).
 Pascamenopause adalah fase di mana ovarium tidak berfungsi
sama sekali. Kadar estradiol berada antara 20-30 pg/ml, dan
kadar hormon gonadotropin meningkat. Peningkatan hormon
gonadotropin ini disebabkan oleh terhentinya produksi
inhibin akibat tidak tersedianya folikel dalam jumlah yang
cukup. Folikel memproduksi inhibin dalam jumlah yang
cukup dan inhibin inilah yang menekan sekresi FSH, bukan
sekresi LH pada usia reproduksi. Kadar estradiol yang
rendah mengakibatkan endometrium menjadi atropik dan
tidak mungkin muncul haid lagi (Baziad, 2003).
ETIOLOGI

 Penyebab menopause adalah “matinya” (burning out) ovarium. Sepanjang


kehidupan seksual seorang wanita kira kira 400 folikel primodial tubuh
menjadi folikel vesikuler dan berevulasi. Sementara beratus ratus dan
ribuan ovum berdegenerasi. Pada usia sekitar 45 tahun, hanya tinggal
beberapa folikel primodial tetap tertinggal untuk dirangsang oleh FSH
dan LH, dan pembentukan estrogen oleh ovarium berkurang bila jumlah
folikel primodial mendekati nol. Bila pembentukan estrogen turun
sampai tingkat kritis, estrogen tidak dapat lagi menghambat
pembentukan FSH dan LH yang cukup untuk menyebabkan siklus ovulasi.

 Akibatnya, FSH dan LH (terutama FSH) setelah itu dihasilkan


dulu jumlah besar dan tetap. Estrogen dihasilkan dalam
jumlah subkritis 10 dalam waktu pendek setelah menopause,
tetapi setelah beberapa tahun, waktu sisa terakhir. Folikel
primodial menjadi atretis, pembentukan estrogen oleh
ovarium turun sampai nol (Guyton, 2002, p.150)
PROGNOSIS
 Sehubungan dengan terjadinya menopause pada lansia maka
biasanya hal itu diikuti dengan berbagai gejolak atau
perbahan yang meliputi aspek fisik maupun psikologis yang
dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan di lansia
tersebut.
PATHWAY

Disfungsi Seksual

Gangguan Pola Tidur

Ansietas
PEMERIKSAAN PENUNJANG MENURUT
VARNEY ( 2007; H. 321)
Uji penapisan rutin, pemeriksaan awal, atau tahunan.
a. Urinalisis/dipstik urine.
b. Pap smear dengan indeks maturasi.
c. Mamografi: setiap 1 dan 2 tahun di usia antara 40 dan 49
tahun; setiap tahun dari usia 50 tahun.
d. Feses untuk melihat adanya darah samar.
e. Kolesterol plasma puasa, trigiserida, dan profil lemak: setiap 3
sampai 5 tahun jika normal.
f. TSH (Terapi Sulih Hormon) pada usia 45 tahun dan selanjutnya
setiap tahun. Terdapat peningkatan insiden hipotiroidisme
(Tiroiditis Hashimoto) seiring dengan proses penuaan.
LANJUTAN
Uji lain (menggunakan variasi berdasarkan profil klinis dan faktor
risiko individu).
 Gonadotropin hipofisis: digunakan untuk menentukan status menopause.
 Estrogen: digunakan untuk mengevaluasi status menopause dan efek terapi
hormon pada kadar estradiol sirkulasi.
 Kadar glukosa puasa dan posprandial dua jam: berguna jika faktor risiko
menunjukan adanya diabetes.
 Uji fungsi hati: dilakukan sebelum meresepkan terapi hormon jika penyakit
hati ada atau diduga (misal karena alkoholisme).
 Biopsi endometrium: tepat untuk menyingkirkan dugaan hiperplasia dan
kanker endometrium pada wanita pascamenopause yang mengalami perdarahan
uterus setelah lebih dari setahun mengalami amenorea.
 Ultrasonografi transvagina: digunakan untuk mengevaluasi massa panggul dan
perdarahan tidak terjadwal untuk menyingkirkan dugaan patologi
endometrium.
 DXA (Dual energy X- Ray Absorptiometry): berguna jika wanita belum
memutuskan rencana terapeutik mana yang harus diikuti (terapi sulih hormon,
biofosfonat, olahraga, atau suplemen kalsium), dan data lain akan membantu
keputusan klinis terhadap pilihan ini.
MENURUT MANUABA (2009; H. 222)
PENATALAKSANAAN MEDIS
 Menghindari perubahan kejiwaan , Menghadapi hidup dengan pola
yang terus berkembang, mungkin agak sulit sehingga sebagian
wanita lansia tidak sanggup untuk hidup bersama dengan keluarga
anaknya.
 Menghindari penuaan kulit terlalu cepat Makin tua umur kulit
semakin tipis, makin sensitif terhadap sinar matahari, lapisan
lemak bawah kulitnya longgar sehingga keriput dan kering di
daerah wajah, dagu, dan leher.
 Menyesuaikan pola makan . Dianjurkan pola makan vegetarian
(makan hanya buah, sayur) sehingga bahan ampas dan serat lebih
banyak. Makanan dengan pola vegetarian menurunkan lemak tubuh
dan kolesterol yangdapat mengurangi penyakit (keganasan
payudara, keganasan indung telur dan rahim, menurunkan kejadian
tekanan darah tinggi, menurunkan kolesterol tubuh, sehingga
mengurangi penyakit jantung koroner, pada pria dapat mengurangi
kejadian keganasan prostat).
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan


struktur/fungsi seksual
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hot flash
3. Kecemasan/ Ansietas berhubungan dengan stres
psikologis, perjalanan proses penyakit
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Disfungsi Klien mengungkapkan  Ciptakan lingkungan saling percaya
Seksual disfungsi seksual dan beri kesempatan kepada klien
berhubungan teratasi setelah diberi untuk menggambarkan masalahnya
dengan tindakan keperawatan. dalam kata-kata sendiri
perubahan Dengann kriteria Nyeri  Beri informasi tentang kondisi individu
struktur/ berkurang/hilang saat  Anjurkan klien untuk berbagi
fungsi berhubungan. pikiran/masalah dengan
seksual pasangan/orang dekat
 Diskusikan dengan klien tentang
penggunaan cara/teknik khusus saat
berhubungan (misalnya: penggunaan
minyak vagina)
 Kolaborasi dengan dokter. Beri obat
sesuai indikasi Estrogen pengganti
 
2 Gangguan Pola Setelah dilakukan tindakan  Anjurkan klien untuk memakai
tidur keperawatan pada klien, pakaiaan yang menyerap
Berhubungan pola tidur klien normal. keingat
dengan hot flash Dengan kriteria hasil : Klien  Ciptakan lingkungan yang
tidak sering terbangun saat nyaman
tidur ,Palpebra tidak  Kolaborasi pemberian
hitam,jumlah jam tidur estrogen
dalam batas normal
 Catat kebutuhan tidur pasien
setiap jam

3 Ansietas setelah dilakukan tindakan  Kaji tingkat ketakutan dengan


berhubungan keperawatan pada klien cara pendekatan dan bina
dengan stress cemas berkurang atau hubungan saling percaya
psikologi, hilang.dengan kriteria: klien  Pertahankan lingkungan yang
perjalanan merasa rileks dan dapat tenang dan aman serta
proses penyakit menerima dirinya apa menjauhkan benda benda
adanya yang berbahaya.
 Ajarkan penggunaan relaksasi
 Beritahu tentang penyakit
klien dan tindakan yang akan
dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

 Baziad, Ali. 2003. Menopause dan Andropouse. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka. Sarwono Prawirodirdjo

 Bobak et all. 2010. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

 Dr. Hj. Hardiko, Siti Rahayu. 2017. Menopause Tanpa Stress. Jakarta,
Penerbit Sunda Kelapa Pustaka

 Malya Alifa.2014. Klimakterium, Menopause dan Gangguan Menstruasi


(Online) https://alifamalya.wordpress.com/2014/03/05/9/ Diakses pada
tanggal 19 Mei 2020

 Priyati, Emi.2011. Klimakterium. http://repository.ump.ac.id /4480/3/EMI


%20PRIYATI %20BAB%20II.pdf. diakses 29-Mei-2020 Jam 11:00 Wib

Anda mungkin juga menyukai