Anda di halaman 1dari 42

Anestesi Pada Ibu Hamil

Pendahuluan

• Anestesi adalah sebuah tindakan untuk menghilangkan rasa nyeri dan


rumatan sebelum, selama, dan sesudah sebuah prosedur operasi.
• Pada ibu Hamil terjadi perubahan fisiologis, perubahan tersebut meliputi
sistem kardiovaskular, pernapasan, pencernaan, hepar, sistem syaraf dan
ginjal.
Perubahan Fisiologis Kardiovaskular
• Peningkatan volume plasma sebesar +/- 40-50% dan volume sel darah
merah sebesar 10-20% menyebabkan anemia fisiologis pada ibu hamil
dengan kadar Hb 11 g/dL.
• Peningkatan frekuensi denyut jantung dan stroke volume, penurunan
resistensi perifer sehingga cenderung tekanan darah ibu rendah.
• Saat posisi supinasi, uterus ibu hamil dapat menekan aorta dan vena
cava, dimana kompresi dari vena cava dapat menurunkan preload, cardiac
output dan tekanana darah sistemik.
Perubahan Fisiologis Pernapasan

• Dorongan uteri yang membesar pada diafragma pada kehamilan usia > 32
minggu akan menyebabkan ibu bernapas lebih dalam 20-25% dari normal.
• Hal diatas juga didorong oleh peningkatan kebutuhan oksigen ibu hamil.
• Bendungan mukosa jalan napas atas pada ibu hamil menyebabkan mudah
terjadi edema dan perdarahan jalan napas saat dilakukan intubasi.
Perubahan fisiologis Gastrointestinal

• Peningkatan angka kejadian heartburn oleh karena penyempitan spingter


esofagus bagian bawah akibat tekanan uteri dan pergeseran hormon
estrogen dan progesteron.
• Akibat dari Peningkatan kadar progestron menurunkan tonus dari sfingter
gastroesofagus, dimana sekresi gastrin dari plasenta menyebabkan
hipersekresi asam lambung. Sehingga pada wanita hamil beresiko untuk
mengalami aspirasi terkait general anestesi.
Perubahan Fisiologis Sistem Syaraf

• Adanya penurunan volume ruang epidural oleh karena pembesaran


pembuluh darah yang disebabkan kompresi arteriocaval yang meningkat
menyebabkan perluasan dermatom yang akan mempengaruhi efek
pemberian anestesi epidural.
• Wanita hamil menunjukan sensitivitas lebih tinggi pada pemberian anestesi
lokal maupun regional dibanding wanita tidak hamil, wanita hamil
membutuhkan lebih sedikit anestesi lokal daripada wanita yang tidak hamil
untuk mencapai level dermatom sensorik yang diberikan
• Obstruksi dari vena cava inferior karena pembesaran uterus mengakibatkan
distensi dari vena pleksus epidural dan meningkatkan volume darah
epidural. Yang pada saat mendekati masa akhir kehamilan menghasilkan
tiga efek mayor :
• Penurunan volume cairan serebrospinal
• Penurunan volume potensial dari ruang epidural
• Peningkatan tekanan ruang epidural. Dua efek awal memicu penyebaran
sefalad dari cairan anestesi lokal selama anestesi spinal dan epidural,
dimana efek yang terakhir mungkin menjadi predisposisi dalam insidensi
lebih tinggi dari punksi dural dengan anestesi epidural.
Minimum Local Analgesic Concentration

• Minimum local analgesic concentration (MLAC) digunakan dalam anestesi


obstetrik untuk membandingkan potensi relatif dari anestesi lokal dan
MLAC didefinisikan sebagai median dari konsentrasi analgesik efektif dalam
20 ml volume untuk analgesi epidural dalam periode awal persalinan
Perubahan Sistem Renal
• Pada masa kehamilan terjadi vasodilatasi arteri renalis meningkatkan aliran
darah ke ginjal.
• Aliran plasma renal danlaju filtrasi gleomerulus meningkat sebanyak 50% pada
trimester I dan bertahap menurun menuju batasa normal pada trimester ke III.
• Peningkatan proses RAA (Renin Angiostensin Aldosterone) menyebabkan
terjadinya retensi sodium.
• Serum kreatinin dan Blood Urea Nitrogen (BUN) mungkin menurun menjadi
0.5-0.6 mg/dL dan 8-9mg/dL. Penurunan threshold dari tubulus renal untuk
glukosa dan asam amino umum dan sering mengakibatkan glukosuria ringan(1-
10g/dL) atau proteinuria (<300 mg/dL)
Perubahan fisiologis sistem muskuloskeletal

• Kenaikan kadar relaksin selama masa kehamilan membantu persiapan


kelahiran dengan melemaskan serviks, menghambat kontraksi uterus, dan
relaksasi dari simfisis pubis dan sendi pelvik.
• Relaksasi ligamen menyebabkan peningkatan risiko terjadinya cedera
punggung. Kemudian dapat berkontribusi dalam insidensi nyeri punggung
dalam kehamilan.
Guideline Anestesi
Evaluasi perianestesi dan persiapan

• Anamnesis dan pemeriksaan fisik.


• Penilaian jumlah platelet intrapartum.
• Pemeriksaan golongan darah dan skrining.
• Pola denyut jantung bayi DJJ diperiksa Pre dan dan pasca regional anestesi.
Pencegahan Aspirasi

• Cairan : pemberian cairan pada pasien ibu hamil tanpa komplikasi, pada
operasi yang terencana asupan oral dalam jumlah yang moderat
diperbolehkan s/d 2 jam sebelum induksi, pertimbangkan jenis cairan yang
diberikan.
• Pasien dipuasakan 6-8 jam pre operasi, pertimbangkan lama puasa pada
pasien dengan resiko aspirasi yang tinggi.
• Pemberian anti emetik, anti-histamine 2 reseptor, antasida dan
metoclopramid sebagai profilaksis aspirasi selama proses pembedahan.
Anestesi bagi Persalinan dan Melahirkan Pervaginam

• Menurut penelitian ,Waktu Anestesi Regional dan Hasil Persalinan ASA dan
konsultan anestesi berpendapat bahwa sebaiknya anestesi regional
dilakukan pada saat dilatasi serviks <5cm selama kondisi masih
memungkinkan. Pemilihan anestesi regional berdasarkan pertimbangan
kasus setiap individu.
Anestesi Regional dan Persalinan setelah Riwayat
Sesar

• Anetesi regional disarankan bagi setiap ibu hamil yang memiliki riwayat
sesar dan ingin mencoba melahirkan secara pervaginam. Anestesi regional
yang lebih disarankan yaitu anestesi dengan menggunakan kateter,
sehingga bila persalinan pervaginam gagal dan harus dilakukan operasi
sesar, tidak akan mengalami kesulitan.
Teknik Anestesi

Penggunaan kateter pada anestesi regional untuk persalinan dengan


Komplikasi.
• Penggunaan kateter disaranakan bagi ibu hamil dengan penyulit seperti
preeklamsi, kehamilan ganda, atau dengan indikasi anestesi sepeti
obesitas dan penyulit jalan napas, hal ini dipertimbangkan bila terjadi
kondisi darurat untuk mengurangi risiko penggunaan anestesi umum.
CIE (Continous Infusion Epidural) Analgesia

• Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penggunaan metode CIE lebih efektif


dibandingkan dengan pemberian single shoot opioid pada saat persalinan
berkaitan dengan penurunan kesakitan dan rasa tidak nyaman pada ibu
hamil. Pada penggunaan CIE, penambahan penggunaan opioid tetap dapat
dipertimbangkan sesuai kasus.
Pengunaan dosis rendah dan tinggi pada anestesi regional

• Berdasarkan penelitian yang ada, ASA setuju untuk menggunakan obat


lokal anestesi dengan konsentasi dilusi yang ditambahkan dengan opioid
untuk menurunkan saraf motorik yang terblok oleh obat anestesi.
Pemberian opioid dengan atau tanpa anestesi lokal

• Penelitian menunjukkan penggunaan opioid spinal memiliki durasi yang


lebih panjang dibandingkan dengan opioid yang diberikan secara intavena.
Dengan penambahan anestesi lokal pada penggunaan opioid spinal, maka
akan menambah durasi dan meningkatkan efek analgesik.
Pemberian opioid dengan atau tanpa anestesi
lokal

• Penelitian menunjukkan penggunaan opioid spinal memiliki durasi yang lebih


panjang dibandingkan dengan opioid yang diberikan secara intavena. Dengan
penambahan anestesi lokal pada penggunaan opioid spinal, maka akan
menambah durasi dan meningkatkan efek analgesik.
• Penggunaan jarum spinal

• Penggunaan jarum spinal yang disarakan adalah pencil point spinal


needles dibandingkan dengan cutting bevel spinal needles untuk
mengurangi risiko teradinya PDPH (post dural puncture headache).
• CSE (Combine Spinal and Epidural) analgesia

• Teknik CSE digunakan untuk efek analgesik yang lebih cepat dan efektif
selama persalinan. Teknik ini dipertimbangkan bila diperkirakan
kemungkinan dilakukannya operasi sesar atau persalinan yang lama
melebihi durasi dosis obat analgesik spinal yang diberikan.
• PCEA (Patient Controlled Epidural
Analgesia)

• Teknik PCEA digunakan sebagai pendekatan yang lebih efektif dan


fleksibel dalam melakukan maintenance obat analgesik selama persalinan
dan disarankan untuk CIE dengan dosis yang sudah pasti sehingga
meminimalisasi intervensi anestesi dan dapat mengurangi dosis lokal
anestesi yang digunakan
Pelepasan Plasenta

• status hemodinamik pasien harus diperiksa sebelum menggunakan teknik


regional anetesi, bila status hemodinamik tidak stabil harus
dipertimbangkan penggunaan teknik anestesi umum.
• Profilaksis untuk mencegah aspirasi harus diberikan pada setiap pasien dan
titrasi obat sedasi/analgesik yang digunakan harus dipertimbangkan dengan
baik untuk mencegah terjadinya depresi napas dan asipirasi pulmoner
selama periode postpartum.
• Nitrogliserin dapat digunakan sebagai pengganti terbutalin sulfat/ anestesi
umum endotrakeal/agen halogen untuk relaksasi uterus selama proses
pengeluaran plasenta.
Anestesi untuk Operasi Sesar

• Sarana dan prasarana untuk persiapan operasi, persiapan tata laksana bila
terjadi komplikasi, hingga tata laksana untuk pemulihan dari anestesi
regional maupun umum.
• Pemilihan anestesi CSE,Epidural,spinal,umum.
• Pemberian cairan intravena.
• Pemberian efedrin atau fenilefedrin pada kasus dengan hipotensi
• Pemberian opioid pada Anestesi Regional untuk analgesik post-op
Ligasi Tuba

• Pasien harus puasa 6-8 jam


• Disarankan pemakaian anestesi regional dibanding anestesi umum
• Pada pasien dengan pemberian opioid durasi pengosongan lambung akan
lebih lambat.
Penanganan kegawat daruratan kehamilan

• Managemen anestesi pada kasus kegawatdaruratan meliputi


perdarahan, penyulit pada jalan napas dan diperlukannya resusitasi jantung
paru, oleh karena itu diperlukannya sarana dan prasaranna yang
menunjang bila terjadi untuk mengurangi risiko kematian pada ibu maupun
janin
Anestesi pada Ibu hamil dengan Operasi Non
Obstetri

• Sampai saat ini belum ada penelitian yang dapat menunjukkan secara
langsung efek penggunaan obat anestesi terhadap fetus, hal ini dikarenakan
hal tersebut dilarang dan tidak ada hewan yang dapat digunakan sebagai
perbandingan dengan manusia.
Anestesi pada Ibu hamil dengan Operasi Non
Obstetri

• Pemilihan teknik anestesi yang digunakan juga harus mempertimbangkan


jalan napas ibu dan pembatasan terpapar dengan obat anestesi. Dengan
pertimbangan tersebut, maka lebih disarankan penggunaan teknik anestesi
regional.
Anestesi pada Ibu hamil dengan Operasi Non
Obstetri

• Penelitian lainnya didapatkan adanya efek teratogenik pada penggunaan


N2O (nitrous oxide) pada hewan.
• cleft palate dan kelainan jantung pada penggunaan benzodiazepin.
• Penggunaan obat anestesi seperti propofol, barbiturat, opioid, pelumpuh
otot, dan anestesi lokal aman digunakan pada ibu selama masa kehamilan.
Asfiksi dan Monitoring pada Fetus

• kekurangan oksigen pada ibu dalam jangka waktu yang lama, akan
menyebabkan vasokonstriksi dan penurunan perfusi pada sirkulasi
uteroplasenta dimana hal ini akan menyebabkan hipoksia pada fetus ,
asidosis dan kematian
Asfiksi dan Monitoring pada Fetus

• hiperkapnia akan menyebabkan asidosis respiratorius pada fetus dimana


hal ini akan menyebabkan depresi pada otot jantung, vasokonstriksi pada
arteri uterus dan menurunkan aliran darah ke uterus.
• Penggunaan efedrin dan fenilefedrin dapat mmengontol tekanan darah
pada ibu hamil. Menurut penelitian penggunaan fenilefedrin lebih aman
dan efektif dibandingkan efedrin dalam mencegah hipotensi pada ibu hamil
dan sekuele dari hipotensi
Asfiksi dan Monitoring pada Fetus

• Monitoring denyut jantung janin (DJJ) sangat penting untuk dilakukan,


penurunan DJJ pada saat dilakukan anestesi tidak selalu dikaitkan dengan
stress pada janin, namun hal ini diakibatkan dari efek anestesi pada sistem
otonon pada fetus
• DJJ yang semakin menurun harus diperhatikan sebagai tanda hipoksia pada
fetus dan asidosis, dimana hal ini berkaitan dengan keadaan ibu (obat
anestesi,respiratori asidosis pada ibu, penurunan temperatur)
Pembedahan Non Obstetri

Pembedahan Jantung
• Untuk tindakan pembedahan jantung, salah satu alternative yang dapat
dilakukan dengan cara intervensi secara perkutan karena hal ini
menurunkan mortalitas fetus
• pemantauan tekanan perfusi (>70mmHg), Ht >28%, dan kapasitas pompa
jantung >2.5L/menit/m2.
Pembedahan Saraf
• anestesi pembedahan sarah harus diperhatikan kontrol terhadap hipotensi,
hipotermi, hiperventilasi dan diuresis.
• Hiperventilasi dilakukan untuk menurunkan PaCO2 dan aliran darah ke otak,
dimana PaCO2.akan dipertahankan di 4-4.1kPa.
• Manitol digunakan sebagai obat diuresis yang diberikan pada ibu hamil,
manitol akan berakumulasi pada fetus pemberian harus dengan perhatian
khusus.
• Untuk mengontrol hipotensi dapat digunakan obat seperti sodium nitroprusid
atau nitrogliserin. Perhatikan toksisitas nitroprusid yang dapat menyebabkan
kematian janin.
Penatalaksanaan Anestesi Pada Operasi non
Obstetri Pada Kehamilan
• Selalu lakukan hubungan dengan dokter obsgyn, lakukan penilaian USG
kandungan serta konsul dengan konsulen neonatologi.
• Premedikasi selalu menyertakan profilaksis aspirasi.
• Analgesia diresepkan dengan mengacu pada efek teratogenik obat.
• Lakukan anestesi dengan mengacu pada umur kehamilan trimester I , II, III.
Pengawasan Post-OP

• Lakukan pengawasan DJJ


• Konsul dengan pediatri bila memungkinkan kelahiran prematur dan
persiapan NICU.
• Analgesia yang memadai dicapai dengan pemberian sistemik analgesik atau
opioid spinal.
• Hindari penggunaan NSAID’s Jangka panjang terkait efek samping pada
janin.
Obat-
obatan
anestesi
a pada
ibu hamil
Terima Kasih

• ????

Anda mungkin juga menyukai