Anda di halaman 1dari 44

Laporan Kasus

ULKUS KORNEA

Oleh :
Tira Sari, S. Ked
1808436741

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
2020
PENDAHULUA
N
Ulkus kornea merupakan Penelitian pada tahun 2013 di RS
hilangnya sebagian permukaan Mangunkusumo Jakarta ditemukan
kornea akibat kematian jaringan kasus ulkus kornea sebanyak 216
kornea pasien

Kebanyakan penderita pertama kali


Organisme penyebab ulkus kornea diobati bukan oleh dokter mata.
terbanyak di negara - negara Asia
adalah bakteri (38,0%) diikuti jamur Ulkus kornea memerlukan penanganan
(32,7%) yang tepat dan cepat untuk mencegah
perluasan ulkus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Kornea
ULKUS KORNEA
Definisi

• Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian


permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea,
yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai
defek kornea bergaung dan diskontinuitas jaringan
kornea.
ULKUS KORNEA
Epidemiologi

• Penelitian di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta (2013)


dari 216 pasien ulkus kornea, pasien terbanyak adalah
laki-laki (67,1%), usia diatas 40 tahun (48,6%), faktor
risiko ulkus yang paling sering terjadi adalah trauma
okuler (45,8%) dan penyebab terbanyak oleh bakteri
gram positif (65,7%)
ULKUS KORNEA
Epidemiologi
Common IND CH SG PH JP TH KR TW
organism Total
Bacterial 38.0% 38.3% 15.3% 41.3% 53.2% 47.8% 50.5% 42.8% 61.8%
Fungal 32.7% 45.6% 30.2% 0.7% 27.0% 6.3% 9.1% 10.0% 8.2%
Parasitic 2.4% 2.1% 0.9% 1.3% 5.7% 5.0% 4.0% 1.2% 6.9%
Viral 12.6% 6.9% 46.2% 7.0% 2.0% 16.6% 6.1% 6.0% 8.2%
Infectious 14.5% 7.1% 4.4% 49.7% 12.1% 24.3% 30.3% 40.0% 15.0%
Keratitis (Not
Specified)

• Mikroorganisme umum penyebab ulkus kornea yang ditemukan di negara-negara Asia


(IND-India, Ch-China, SG- Singapura, PH- Filipina, JP- Jepang, TH-Thailand, KR-
Korea Selatan, TWTaiwan)
Klasifikasi

Berdasarkan purulensi: ulkus kornea


Berdasarkan lokasi: ulkus kornea purulen / supuratif (bakteri, jamur) dan
sentral dan ulkus kornea perifer. ulkus kornea non purulen (viral,
klamidial, alergik).

Berdasarkan keberadaan hipopion:


ulkus kornea tanpa hipopion dan
ulkus kornea dengan hipopion
ULKUS KORNEA
Faktor Predisposisi
• Kelainan pada bulu mata (trikiasis), dan sistem air mata
(insufisiensi air mata, sumbatan saluran lakrimal)
• Faktor eksternal
• Kelainan lokal pada kornea
• Kelainan-kelainan sistemik
• Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun
PATOGENESIS

• A. Tahap infiltrasi
• B. Tahap ulserasi
• C. Tahap regresi
• D. Tahap sikatrik
Etiologi
Bakteri
Streptococcus
Staphylococcus
Ulkus menjalar dari tepi ke arah
tengah kornea (serpingiosus), Berwarna putih kekuningan disertai
berwarna kuning keabu-abuan infiltrat berbatas tegas tepat dibawah
bentuk cakram, tepi ulkus yang defek epitel
menggaung

Pseudomonas
Dimulai dengan ulkus kecil di bagian
sentral kornea dengan infiltrat berwarna
keabu-abuan, edema epitel dan stroma,
discharge kental berwarna kuning
kehijauan
Etiologi
Bakteri
Etiologi
Jamur

Bercak putih keabu-abuan di sentral,


agak kering, dikelilingi oleh infitrat halus
di sekitarnya (lesi satelit)
Etiologi
Virus

Tiga lesi ulkus kornea virus: epitelial


dots (arah jam 9), pola dendritik
(arah jam 6) dan konfigurasi
geografis (arah jam 12 – 2)
Etiologi
Parasit (Acantamoeba)

Ditandai dengan irregular epitel,


edema kornea, infiltrat yang
berbentuk cincin baik tunggal atau
multipel
Alur Diagnosis
Tatalaksana
Farmakologi
• Bakteri
• Terapi awal diberikan antibiotik berspektrum luas seperti
golongan flurokuinolon, seperti ciprofloxacin, ofloxacin,
levofloxacin dan moxifloxacin

Gram Positive Cocci Gram Negative Gram Positive Bacilli Gram Negative Bacilli
Cocci
Regular antibiotic Regular Antibiotics Regular Antibiotics Regular antibiotic
Cefazolin Ceftriaxone Amikacin Fluoroquinolone
4th Generation Ceftazidime Fluoroquinolone F. Tobramycin
Fluoroquinolone Fluoroquinolone Clarithromycin Higher antibiotics
Higher antibiotics Amikacin
Vancomycin Ceftazidime
Linezolid Piperacillin
Meropenam
Colistin
Tatalaksana
Farmakologi
• Jamur
• Natamycin 5% merupakan antijamur golongan polyene yang
efektif untuk fusarium, candida, dan aspergillus

Polyenes Pyrimidines Imidazoles


e.g. Nystatin, e.g. Flucytosine e.g.
Amphotericin B Clotrimazole
Natamycin Miconazole
Ketoconazole
Fluconazole
Itraconazole
Tatalaksana
Farmakologi
• Virus
• Ulkus kornea akibat virus biasanya sekitar 50% lesi akan
sembuh secara spontan tanpa pengobatan

Topical Systemic
Acyclovir 3% ointment Oral Acyclovir 400mg
Ganciclovir 0.15% Gel Famciclovir 500mg
Trifluorothymidine 1% drop Valacyclovir 1gm
Valganciclovir 900mg
Tatalaksana
Farmakologi
• Parasit (Acantamoeba)
• Kombinasi propamidin isetionat (brolene) 0,1% dan
poliheksametilena biguanide 0,02%.

Anticeptic Biocides Aminoglycosides Diamidines

Chlorhexidine Neomycin Dibromopropamidine


PHMB Paromomycin Hexamidine
Tatalaksana
Pembedahan

• Corneal Gluing
• Untuk perforasi kornea yang kurang dari 2 mm dengan cara
mengaplikasikan lem cyanoacrylate

• Transplantasi Membran Amnion (TMA)


• Perforasi kornea yang lebih dari 2 mm
• TMA digunakan sebagai graft untuk mengganti permukaan
stroma yang rusak
Tatalaksana
Serum Autologous

• Pengobatan baru untuk defek epitel kornea persisten yang


tidak dapat diobati secara konvensional.
• Serum mengandung growth factors, vitamin dan
imunoglobulin yang konsentrasinya lebih tinggi dari air mata
alami.
• Kandungan ini dianggap dapat bertanggung jawab dalam
terapi ocular surface disorders, seperti severe dry eye dan
defek epitel kornea persisten.
Serum Autologous
Komplikasi
• Endoftalmitis
• Prolaps iris
• Sikatrik kornea
• Perforasi kornea
Prognosis
• Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya pengobatan
serta timbulnya komplikasi, maka prognosis menjadi lebih
buruk
Pencegahan
• Meningkatkan kesadaran tentang perawatan mata
• Menggunakan pelindung mata selama perjalanan atau bekerja
• Mengedukasi pasien tentang perawatan dan pemeliharaan
lensa kontak
Laporan Kasus
Identitas Pasien
• Nama : Tn. S
• Umur : 44 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Pendidikan : SMA
• Pekerjaan : Petugas listrik
• Alamat : Sei Pakning, Bengkalis
• Tanggal Pemeriksaan : 17 Juli 2020

Keluhan Utama
• Mata kanan merah dan kabur sejak 2 bulan
Riwayat penyakit sekarang
• Mata kanan kemasukan binatang 2 bulan yang lalu. Pasien
mengucek mata dan berusaha untuk mengeluarkan binatang
tersebut. Mata menjadi merah, nyeri dan berair. Pasien memberikan
obat tetes mata Reco pada mata kanannya yang dibeli di apotek.
Keluhan dirasakan berkurang saat istirahat, namun jika kembali
beraktivitas keluhan kembali memberat, pasien datang ke klinik
dokter 5 hari setelah kejadian. Pasien diberikan obat tetes mata dan
obat makan.
• 1 minggu setelahnya pasien mengeluhkan pandangan mata kanan
menjadi kabur, silau, timbul bercak putih, mata berdenyut kuat dan
nyeri kepala sehingga pasien tidak bisa tidur. Pasien kembali
berobat di RSUD Bengkalis, diberikan obat tetes mata dan anti
nyeri. Keluhan sempat berkurang namun timbul kembali.
Riwayat penyakit sekarang

• Pada tanggal 3 Juni 2020 pasien kembali mengeluhkan mata kanan


berdenyut kuat, bercak putih semakin melebar, pasien dirawat inap
di RSUD Bengkalis selama 4 hari. Karena keluhan tidak berkurang,
pasien dirujuk ke PBEC Pekanbaru dan dirawat selama 1 minggu.
Pasien telah dilakukan penempelan membran amnion. Setiap 1
minggu sekali pasien kontrol ulang, namun penempelan membran
amnion tidak berhasil. Pasien dirujuk ke RSUD Arifin Ahmad untuk
dilakukan pembuatan serum autolog.
Riwayat penyakit dahulu

• Tidak ada keluhan yang sama sebelumnya


• Riwayat diabetes mellitus (-)
• Riwayat tekanan darah tinggi (-)
Riwayat pengobatan

• Obat tetes mata Reco (Kloramfenikol) yang dibeli di apotek


• RSUD Bengkalis mendapat terapi obat tetes dan anti nyeri
• PBEC Pekanbaru 2 minggu yang lalu dan mendapat terapi
Natamycin eye drop 5%, Levofloxacin eye drop, Lytrees eye drop,
Sulfas atropin eye drop, Ketoprofen caps dan transplantasi membran
amnion.
Pemeriksaan Fisik

• Keadaan Umum : Baik


• Kesadaran : Komposmentis kooperatif
• Vital sign : TD : 120/80 mmHg
• Nadi : 92x/menit
• Nafas : 18x/menit
• Suhu : 36,70C
Status Ophtalmologi
OD   OS
20/60 Visus tanpa koreksi 20/20
Tidak terkoreksi Visus dengan koreksi Tidak dikoreksi
  Posisi bola mata  
Orthophoria

Bebas, ke segala arah Gerakan bola mata Bebas, ke segala arah


Normal (palpasi) Tekanan bola mata Normal (palpasi)
Spasme Palpebra Tenang

Injeksi konjungtiva (+), Konjungtiva Normal


injeksi perikornea (+)

Defek epitel (+), letak Kornea Jernih


sentral, uk 3 x 4 mm,
kedalaman sampai ke
stroma, batas tegas,
infiltrat (+), jaringan
nekrotik (+)

Injeksi siliar (+) Sklera Tenang


Abses subkonjungtiva (+)
Status Ophtalmologi
OD   OS

Dalam, hipopion (+) COA Dalam, hipopion (-)

Bulat, sentral, Ø 2 mm, Iris/pupil Bulat, sentral, Ø 2


refleks cahaya mm,
langsung dan tidak refleks cahaya
langsung +/+ langsung dan tidak
langsung +/+

Jernih Lensa Jernih

Tidak dievaluasi Funduskopi Tidak dievaluasi


     
Status Ophtalmologi
OD   OS
Gambar  
Resume

• RESUME :
• Tn S, 44 tahun, mata kanan merah dan kabur setelah kemasukan
binatang sejak 2 bulan yang lalu. Mata nyeri (+), bercak putih (+) dan
silau (+). Pemeriksaan opthalmologi pada mata kanan didapatkan
visus 20/60, injeksi konjungtiva (+), abses subkonjungtiva (+).
Terdapat defek epitel letak sentral, uk. 3 x 4 mm, batas tegas, infiltrat
(+), dan jaringan nekrotik (+), hipopion (+).
•  
Diagnosis Kerja

• Ulkus kornea OD ec susp. jamur


•  
Pemeriksaan anjuran

• Pewarnaan Gram dan KOH 10%


• Kultur dan tes sensitivitas
•  
Tatalaksana
• Farmakologi:
• Doxycycline hyclate caps 2 x 100 mg
• Itraconazole caps 2 x 100 mg
• Ketoprofen tab 3 x 100 mg
• Levofloxacin eye drop 1 tetes/3 jam OD
• Natamycin eye drop 1 tetes/3 jam OD
• Sulfas atropin 1 % eye drop 4 x 1 OD
• Lyteers eye drop 1 tetes/3 jam OD
• Serum autolog eye drop (2ml serum + 3 ml lytrees) 1 tetes/2
jam OD
Tatalaksana
• Nonfarmakologi:
• 1. Bed rest
• 2. Memakai pelindung/kacamata di luar ruangan
• 3. Memakai helm dengan pelindung wajah
Prognosis
• Quo ad vitam : bonam
• Quo ad functionam : dubia
• Quo ad kosmetikum : dubia
•  
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai