Anda di halaman 1dari 85

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S DENGAN HIPERTENSI DALAMPEMBERIAN


TERAPI KONSUMSI PISANG AMBON SEBAGAI TERAPI NON FARMAKOLOGIS UNTUK
MENURUNKAN TEKANAN DARAH DI RW 02 RAWANG TIMUR
KECAMATAN PADANG SELATAN TAHUN 2019

Disusun Oleh :
Nama : Ghina Fitriyah, S. Kep
Nim : 1810106019
BAB I: PENDAHULUAN
Latar Belakang

Tujuan Peneliti
LATAR BELAKANG
Jumlah lansia di berbagai negara mengalami peningkatan, saat ini diperkirakan jumlah lansia di
seluruh dunia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun (Padila, 2017). Berdasarkan
sensus penduduk pada tahun 2014 jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa dan
diperkirakan pada tahun 2025 jumlah lansia di Indonesia mencapai 36 juta jiwa (Kemenkes RI, 2015).
Sumatera Barat termasuk dalam 10 besar provinsi dengan jumlah lansia terbanyak, jumlah lansia pada
tahun 2013 mencapai 5,1 juta jiwa (8,09%) dengan jumlah lansia di kota Padang sebanyak 82 ribu lansia
setara dengan 1,6% dari seluruh lansia di Sumatera Barat (BPS Sumatera Barat, 2014).

Permasalahan yang dialami lansia berkaitan dengan proses menjadi tua yang berakibat timbulnya
perubahan fisik, kognitif, perasaan, sosial, dan rentan terhadap berbagai penyakit seperti penyakit
jantung, stroke, diabetes melitus, asam urat, rematik dan hipertensi (Fatmah, 2010).

Kejadian hipertensi pada lansia meningkat setiap tahunnya seiring bertambah usia, Center For
Disease Control and Prevention (2015) menyatakan negara Amerika Serikat pada usia 65-74 tahun
presentasi lansia hipertensi sebesar (64%) pada laki-laki dan (69,3%) pada perempuan, presentase ini
meningkat pada usia ≥75 tahun (66,7%) pada laki-laki dan (78,5%) pada perempuan.
• Secara Nasional Basic Health pada tahun 2018 sebanyak 25,8% penduduk Indonesia
menderita hipertensi, prevelensi kejadian hipertensi pada usia 55 - 64 tahun
sebanyak (45,9%) usia 65 - 74 tahun (57,6%), dan usia >75 tahun (63,8%) (Kemenkes,
2014). Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2015 menunjukkan di Sumatera Barat
terdapat 8.520 kasus hipertensi yang terdeteksi melalui pengukuran tekanan darah.
Sedangkan di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang khususnya pada Kelurahan
Rawang RW 02 dengan jumlah penduduk 1177 jumlah lansia sebanyak 127 orang
yang menderita hipertensi sebanyak 48,1%.
• Pengendalian hipertensi tidak bisa hanya diberikan dengan tindakan farmakologis
tanpa melibatkan intervensi non farmakologis dengan pengaturan pola makan yang
sehat dan seimbang. Bila dilihat dari masalah nutrisi, faktor yang turut berperan
dalam meningkatnya prevelensi penyakit hipertensi adalah konsumsi kalium yang
kurang adekuat atau tidak sesuai dengan rekomendasi jumlah kalium yang harus
dikonsumsi setiap hari.
• Sejalan dengan hasil penelitian yang didapatkan oleh Nurul Utami dkk (2017) hasil
penelitian menunjukkan ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah
dilakukan konsumsi pisang ambon pada pasien hipertensi yang dilihat dari hasil
analisis uji paired sample T-test didapatkan p-value sebesar 0,0001 < 0,05.
Tujuan Penelitian
Mampu mengaplikasikan ilmu dalam
memberikan asuhan Keperawatan Pada Ny. S
Dengan Hipertensi Dalam Pemberian Terapi
Pisang Ambon Sebagai Terapi Non Farmakologis
Untuk Menurunkan Tekanan Darah pada Lansia
Di RW 02 Rawang Timur Kelurahan Rawang
Kecamatan Padang Selatan Tahun 2019.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Keluarga
Keluarga adalah sebuah kelompok yang mengidentifikasikan diri dan terdiri
atas dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait
dengan hubungan darah atau hukum atau juga tidak, namun berfungsi
sedemikian rupa sehingga menggangap dirinya sebagai keluarga (Friedman,
2010).

Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2009).

Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-
anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua
mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar (Slameto, 2010).
Tipe-Tipe Keluarga
• Tradisional
• The Nuclear family (Keluarga Inti)
• The dyad family
• Keluarga usila
• The childless family
• The extended family
• The single parent family
• Commuter family
• Multi generational family
• Kin-network family
• Blended family
• The single adult living alone/single adult family
• Non Tradisional
• The unmarried teenage mother
• The stepparent family
• Commune family
• The nonmarital heterosexsual cohabiting family
• Gay and lesbian families
• Cohabitating couple
• Group-marriage family
• Group network family
• Gang
Stuktur Keluarga
• Berdasarkan garis keturunan
• Patrilinear
• Matriliniar
• Berdasarkan Jenis perkawinan
• Monogami
• Poligami
• Berdasarkan Pemukiman
• Patrilokal
• Matrilokal
• Neolokal
• Berdasarkan Kekuasaan
• Keluarga kabapakan
• Keluarga keibuan
• Keluarga setara
Peran Keluarga
• Peranan Ayah
• Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya. 
• Peranan Ibu
• Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah
tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
• Peranan Anak
• Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik
fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Fungsi Keluarga

• Fungsi Afektif
• Fungsi Sosialisasi
• Fungsi Reproduksi
• Fungsi Ekonomi
• Fungsi Perawatan Kesehatan.
Tugas Kesehatan Keluarga

• Tugas kesehatan keluaraga adalah sebagai berikut : (Friedmann 1998)


• Mengenal masalah kesehatan.
• Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
• Memberikan perawatan pada anggota yang sakit.
• Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
• Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan.
Lanjut Usia
• Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4
golongan yaitu usia pertengahan (middle age) adalah 45 – 59 tahun,
lanjut usia lanjut usia (elderly) adalah 60 – 74 tahun, lanjut usia tua
(old) adalah 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90
tahun (Nugroho, 2008).. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4),
UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut
adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun
(Maryam dkk, 2008).
• Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria
maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun
mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga
bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya (Dermawan,
2008).
Tipe Lanjut Usia
• Tipe arif bijaksana
• Lansia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana dan dermawan.
• Tipe mandiri
• Lansia yang senang dengan mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru, selektif
dalam mencari pekerjaan dan teman dalam pergaulan
• Tipe tidak puas
• Lansia yang selalu mempunyai konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang
menyebabkan kehilangan kecantikan, daya tarik jasmani, kekuasaan, status dan teman
yang disayangi
• Tipe pasrah
• Lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,pekerjaan apa saja dilakukan.
• Tipe bingung
• Lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,merasa minder dan acuh tak acuh.
Teori Penuaan
• Teori Biologis
• Teori Genetik dan Mutasi.
• Imunologis.
• Teori Stres.
• Teori Radikal Bebas.
• Teori Rantai Silang.
• Teori Psikososial
• Teori Penarikan Diri / Pelepasan.
• Teori Aktivitas.
• Teori Interaksi Sosial.
• Teori Kepribadian Berlanjut.
• Teori perkembangan.
Perubahan Pada Lansia
• Perubahan Fisik
• Sistem Indera
• Sistem Muskuloskeletal
• Sistem Kardiovaskuler dan respirasi
• Sistem Perkemihan
• Sistem reproduksi
• Perubahan Kognitif
• Memori (daya ingat dan ingatan)
• Intelegentia quocient (IQ)
• Perubahan Psikososial
• Perubahan psikososial menurut Azizah (2011) meliputi:
• Pensiun
• Perubahan aspek kepribadian
• Perubahan dalam peran sosial di masyarakat
• Perubahan minat dan penurunan fungsi serta potensi seksual
Tugas Perkembangan Lansia

• Menurut Azizah (2011), ada tujuh kategori utama tugas


perkembangan lansia meliputi :
• Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
• Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
• Menerima diri sendiri sebagai individu lansia
• Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
• Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
• Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
Hipertensi

• Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronik


akibat desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada
pembuluh arteri, berkaitan dengan meningkatkan tekanan pada
arterial sistematik, baik diastolik maupun sistolik, atau bahkan
keduanya secara terus-menerus (Sutanto, 2010).
Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Sistolik ( mmHg ) Diastolik ( mmHg )
Normal 90 – 119 60 – 79

Prehipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi Tahap I (ringan) 140 – 159 90 – 99

Hipertensi Tahap II (sedang) ≥ 160 ≥ 100

Isolated Systolic Hypertension (butuh ≥ 140 < 90


perawatan medis)
Penyebab Hipertensi
Hipertensi Primer Hipertensi Sekunder
 Riwayat Keluarga  GGK
 Stres  Glomerulus Nefritis Akut
 Makan garam berlebihan  Kelainan Endokrin
 Obesitas  Obat - Obatan
 peningkatan Reaktivitas Vascular
Gejala Hipertensi
• Sakit kepala bagian belakang
• Kaku kuduk
• Sulit tidur dan gelisah atau cemas dan kepala pusing
• Dada berdebar – debar dan lemas ,
• Sesak nafas ,
• Berkeringat .
Patofisiologi Hipertensi
Patofisiologi hipertensi masih belum jelas , banyak faktor yang saling
berhubungan terlibat dalam peningkatan tekanan darah pada paisen
hipertensi esensial. Namun , pada sejumlah kecil pasien penyakit ginjal atau
korteks adrenal ( 2% dan 5% ) merupakan penyebab utama peningkatan
tekanan darah ( hipertensi sekunder ) namun selebihnya tidak terdapat
penyebab yang jelas pad pasien penderita hipertensi esensial. Beberapa
mekanisme fisiologi turut berperan aktif pada tekanan darah normal dan yang
terganggu. Hal ini mungkin berperan penting pada perkembangan penyakit
hipertensi esensial. Terdapat banyak faktor yang saling berhubungan terlibat
dalam peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi ( Crea, 2008 ).
Komplikasi Hipertensi

• Stroke
• Penyakit Jantung
• Penyakit arteri koronaria
• Aneurisme
Penatalaksaan Hipertensi
Penatalaksanaan Farmakologi : Penatalaksanaan nonfarmakologi :
• Diuretic • Berhenti merokok
• Penghambat adrenergik • Diet
• Vasodilator • Olahraga teratur
• Penghambat enzim • Penanganan stress
• Antagonis kalsium
WOC
Konsep Pisang Ambon
• Pisang Ambon yang memiliki kandungan gizi yang baik,
menyediakan energi yang cukup tinggi dari pada buah-
buahan lainnya. Buah pisang ambon juga dapat membantu
menurunkan tekanan darah tinggi dan stroke. Hal ini tidak
lain karena kandungan kalium yang terdapat didalamnya
cukup tinggi. Sebuah pisang ambon mengandung sekitar
487mg kalium atau menyediakan 14% kebutuhan sehari.
Kalium adalah senyawa kimia yang berperan dalam
memelihara fungsi normal otot, jantung, dan sistem saraf,
kalium merupakan regulator utama tekanan darah.Terlalu
banyak natrium dalam tubuh merupakan sinyal bagi ginjal
untuk meningkatkan tekanan darah. Terlalu sedikit kalium
memberikan efek serupa. Ini merupakan keseimbangan yin
dan yang dalam tubuh (Kowalski, 2010).
• Menurut badan kesehatan sedunia (WHO) dan badan pangan sedunia (FTO),
konsumsi pisang ambon yang ideal perhari adalah 2-3 buah, pilih buah pisang
ambon yang memiliki kulit buah berwarna hijau walau sudah matang. Makan
buah pisang ambon setiap hari 1 jam sebelum makan/saat perut kosong agar
lebih bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah, berbeda jika makan
setelah makan utama dalam kondisi perut sudah kenyang dan akhirnya hanya
akan terisi pisang ambon sedikit.
• Volume dan tekanan osmosis darah dan cairan sangat berkaitan dengan
konsentrasi ion natrium dan kalium, yang sangat dikendalikan oleh
mekanisme pengaturan tubuh yang mengatur jumlah dikeluarkan melalui urin
dan keringat, khususnya oleh hormon aldosterone. Mekanisme bagaimana
kalium dapat menurunkan tekanan darah adalah sebagai berikut. Kalium
dapat mengatur saraf perifer dan sentral yang memengaruhi tekanan darah.
Berbeda dengan natrium, kalium merupakan ion utama di dalam cairan
intraseluler. Konsumsi banyak kalium akan meningkatkan konsentrasinya di
dalam cairan intraseluler sehingga cenderung menarik cairan dari bagian
ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah (Hardinsyah, 2017).
BAB III : TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
• Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. N
• Umur KK : 68 Tahun
• Pekerjaan KK : Wiraswasta
• Pendidikan KK : SMA
• Agama : Islam
• Alam : RW 02 Kelurahan Rawang
Keterangan Genogram
• Didalam rumah terdiri dari kepala keluarga, istri, 2 anak
dan 2 orang cucu. Pengambilan keputusan diambil oleh
kepala keluarga tetapi sebelumnya dilakukan
musyawarah untuk mengambil keputusan. Jika terjadi
masalah dalam keluarga, keluarga memutuskan untuk
berdiskusi untuk menyelesaikan masalah. Didalam
keluarga yang menderita sakit hanya Ny. S saja yaitu
hipertensi, sedangkan anak dan menantunya tidak
sakit.
Tipe Keluarga
• Tipe keluarga yaitu keluarga inti yang terdiri dari
ayah (“Tn. N”), ibu (“Ny. S”), satu orang anak “Ny.
N” dan menantu Tn.N yaitu “Tn.N”, dan 2 anak dari
Ny.N dan Tn.N yaitu “Nn.A” dan “Nn.N” Keluarga ini
terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam
satu rumah.
Suku Bangsa / Latar Belakang Budaya
• Ny. S bersuku minang yang sudah lama tinggal di RW 02 Kelurahan Rawang Timur
Kecamatan Padang Selatan dan bahasa yang digunakan sehari-hari bahasa
minang. Ny. S menjalin hubungan yang baik dengan tetangganya. Lingkungan
tempat tinggal Ny. S sebagian penduduk asli Rawang sebagian lagi pendatang.
Keluarga Ny. S beragama islam dan menjalankan sholat 5 waktu sehari semalam.
Ny. S menggunakan pakaian sehari-hari model pakaian rumah biasa. Dalam
keluarga Ny. S untuk kegiatan rekreasi tidak rutin seperti ke pantai, serta
menonton TV. Ny. S suka dengan masakan bersantan banyak atau pekat dan suka
makan daging. Ny. S juga tidak memiliki pantangan makanan, dalam keluarga
juga suka makan yang diberi garam banyak hingga terasa garamnya, karena kalau
tidak terasa garamnya makanan tidak enak untuk dimakan. Keluarga Ny. S
memeriksakan kesehatannya hanya ke klinik terdekat saja.
• Agama
• Keluarga menganut agama islam, taat dalam melakukan sholat lima waktu.
Ny. S rajin melaksanakan ibadah ke mesjid terutama pada waktu Magrib, Isya,
dan Subuh. Jarak mesjid dari rumah cukup dekat dapat dilakukan dengan
berjalan kaki saja ±5 m. Sedangkan Tn. N dengan istri dan anak-anaknya
melakukan kegiatan dirumah saja.

• Status Sosial Ekonomi


• Tn. N sebagai KK serta tulang punggung keluarga bekerja sebagai wiraswasta
dengan penghasilan tiap bulan ± 2.000.000. selain itu Ny. S mendapatkan
uang dari kiriman anak-anaknya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ±
1,000.000. Ny. S mengatakan penghasilannya cukup untuk memenuhi
kebutuhannya sehari-hari.
• Aktifitas Rekreasi Keluarga
• Keluarga ada melakukan rekreasi sesekali seperti pergi ke pantai yang
jaraknya dekat dari rumah. Dirumah juga terdapat hiburan seperti menonton
Tv secara bersama-sama.
Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
• Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
• Tahap perkembangan keluarga yaitu keluarga dengan anak dewasa karena anak
Tn. N berusia 27 tahun.
• Tugas perkembangan keluarga yang harus dipenuhi pada saat ini adalah:
• Landasan hidup religius, adanya pengembangan pemahaman, pengalaman serta
pemantapan diri terhadap ajaran agama yang dianutnya.
• Adanya tanggung jawab dalam tindakan baik dalam aspek pribadi, sosial,
maupun karir
• Adanya kematangan prilaku etis dan emosi
• Kesadaran gender
• Adanya penerimaan diri dan pengembangannya
• Adanya kemantapan dalam perilaku kewirausahaan atau perilaku ekonomis
• Pencapaian kemantapan dan kemampuan serta mempertahankan prestasi yang
memuaskan dalam aspek karir
• Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
• Ny. S mengatakan belum bisa jadi ibu yang dekat dengan anaknya, sehingga
anaknya tidak terbuka pada dirinya jika ada masalah, anaknya biasa memilih
diam jika terjadi masalah dan jarang bercerita dengannya.

• Riwayat Keluarga Inti


• Tn. N menikah atas dasar cinta dan tidak ada paksaan. Sejak menikah Tn. N dan
Ny. S tinggal bersama sampai sekarang, mereka merasa senang dan harmonis.
• Kondisi Tn. N sekarang ini dalam keadaan sehat-sehat saja tidak ada mengalami
gangguan kesehatan. Kondisi Ny. N dan Tn. N dan 2 orang cucu Ny. S juga dalam
keadaan sehat. Sedangkan Ny. S mengalami susah tidur dan sakit kepala, Ny. S
menderita hipertensi ± 3 tahun yang lalu.
• Ny. S mengatakan jika sakit dia kadang-kadang berobat ke klinik untuk
mengetahui keadaan kesehatannya, klien juga mengatakan dirinya kadang
merasa cemas atas keadaan kesehatannya, karena Ny. S tidak terlalu
mengetahui tentang penyakit yang dideritanya, Ny. S juga tidak mengetahui
bagaimana cara pengobatan untuk menurunkan tekanan darahnya.
• Riwayat Keluarga Sebelumnya
• Dalam keluarga Ny. S tidak memiliki penyakit keturunan. Ny. S menderita
hipertensi sejak ± 3 tahun yang lalu, dan tekanan darahnya tidak stabil,
kadang normal, kadang tinggi. Jika terjadi masalah atau stress Ny. S
mengatakan tekanan darahnya menjadi naik mencapai 180/90 Mmhg.
Pengkajian Lingkungan
• Karakteristik Rumah
• Rumah Tn. N adalah rumah milik orang tuanya yaitu Ny. S dengan ukuran ± 10 x 6
m. Rumah permanen yang terdiri dari 3 kamar, ruang tamu, dan satu kamar mandi,
1 dapur, sebagian berlantai keramik, sebagian berlantai semen, dinding rumah
adalah dinging secara keseluruhan. Ventilasi rumah baik, cahaya masuk kedalam
rumah dan jendela ± 10 jendela. Perabot rumah tangga tersusun rapi. Setiap
harinya memasak dengan kompor gas. Sumber air minum dari galon, WC terletak
didalam rumah dan jarak septik tank dengan sumber air minum >10 m.
• Kondisi air minum/ sumber air minum cukup baik, tidak berbau, tidak berwarna
dan tidak berasa. Pembuangan limbah disalurkan dari kamar mandi dengan pipa ke
got samping rumah. Sedangkan pencahayaan berasal dari PLN yang dipakai pada
malam hari.
• Setiap kamar tidur memiliki pintu dan gorden sehingga privasi yang ada di kamar
dapat terjaga.
• Pembuangan sampah dilakukan dengan cara mengumpulkannya di halaman rumah
dan diambil kemudian oleh petugas kebersihan
• Karakteristik Tetangga dan Komunitas yang lebih besar
• Kebanyakan penduduk adalah penduduk asli dari rawang dan sebagiannya
pendatang. Pekerjaan penduduk asli diwilayah ini mayoritas sebagai
wiraswasta, buruh, Swasta dan IRT. Jarak rumah dengan tetangga berdekatan,
kebiasaan keluarga duduk-duduk didepan rumah, dan kadang berkumpul
dengan tetanggga untuk sekedar mengobrol. Hubungan dengan tetangga
cukup akrab. Fasilitas yang ada didekat rumah antara lain, mushola, klinik,
pustu, sedangkan puskesmas terletak agak jauh dari rumah. Belakang rumah
berbatas dengan rumah tetangga, pekerjaan tetangga umumnya wiraswasta,
pegawai negri, buruh, dan ibu rumah tangga.
• Jarak sekolah dari rumah juga dekat, berkisar jarak ±1 km. Serta fasilitas
rekreasi yang ada didekat rumah yaitu pantai.
• Pengelolaan sampah diwilayah ini kebanyakan dikumpul disamping atau
didepan rumah kemudian akan diambil oleh petugas kebersihan. Disekitar
lingkungan tidak ada kebisingan ataupun polusi yang berarti karena hanya ada
hunian warga yang tidak ada pabrik
• Mobilisasi Geografis Keluarga
• Tn. N dan Ny. S orang asli Sumatera Barat. Sejak Tn. N dan Ny. S menikah
mereka tinggal bersama di rumah tersebut dan tidak pernah pindah ataupun
berpisah sampai sekarang (±30 tahun).

• Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


• Keluarga Tn. N sering berinteraksi dengan keluarga lain serta dengan tetangga.
Lainnya. Ny. S juga ada berkumpul jika ada kegiatan disekitar rumah. Ny. S
juga sering pergi ke Mesjid untuk beribadah dan berkumpul dengan tetangga
lainnya.
Stuktur Keluarga
• Pola Komunikasi
• Komunikasi antar anggota keluarga baik, bahasa yang digunakan sehari-hari
bahasa minang. Ny. S sangat terbuka untuk anak-anaknya jika terjadi masalah,
tetapi anaknya kadang jarang bercerita pada dirinya. Biasanya keluarga
menyempatkan bercengkrama bersama setiap harinya, seperti selesai sholat
magrib keluarga bercengkrama di ruang keluarga sambil menonton TV. Ny. N
mengatakan komunikasi keluarga saling terbuka satu sama lain, dan
mengambil keputusan dengan cara musyawarah.
• Struktur Kekuasaan
• Apabila ada masalah yang terjadi dalam keluarga, Tn. N dan keluarga
berdiskusi untuk menentukan jalan keluarnya, setelah ditemukan solusi maka
Tn. N yang memegang peranan. Jika masalah suami istri Tn. N dan Ny. N
mereka menyelesaikannya berdua.
• Struktur Peran
• Tn. N sebagai kepala keluarga yang bekerja sebagai pencari nafkah
utama dalam keluarganya. Bertanggung jawab terhadap semua
kebutuhan keluarganya, jika Tn. N tidak bekerja. Tn. N menghabiskan
waktunya bercengkrama dengan anaknya dan keluarga, serta
membersihkan halaman rumah.
• Ny. S adalah istri dari Tn. N yang bekerja sebagai ibu rumah tangga
dan berperan sebagai ibu yang mengasuh anak – anaknya serta
melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, dan
membersihkan rumah.
• Ny. S adalah ibu dari Ny. N yang bekerja sebagai ibu rumah tangga
yang berperan sebagai ibu dan nenek dalam keluarga. Ny. S
melakukan kegiatan rumah membantu menantunya untuk mengisi
kegiatan sehari-hari.
• Nilai atau norma Keluarga
• Nilai yang dianut keluarga Tn. N sesuai dengan nilai/norma masyarakat pada
umumnya. Tn. N dan Ny. S sudah menanamkan nilai/norma agama kepada
anak-anaknya seperti mengajarkan agama.
Fungsi Keluarga
• Fungsi Afektif
• Semua anggota keluarga saling menyayangi, menghargai dan menghormati seperti antara
suami dengan istri, istri dengan anaknya, ibu dan anak, antara ibu dan menantu,
walaupun dalam keluarga ada perdebatan tetapi itu akan lebih mendekatkan antara
keluarga.
• Fungsi Sosialisasi
• Semua anggota keluarag dapat bersosialisasi dengan baik. Tn. N dengan anggota keluarga
juga bersosialisasi dengan orang disekitar rumah.
• Ny. S sering berinteraksi dengan tetangganya.
• Tn. N dan Ny. N menghabiskan waktu keseharian dengan bekerja dikantor masing –
masing.
• Nn. A dan Nn.N ada bersosialisasi dengan temannya disekolah, dan temen sekitar
rumahnya, karena didekat rumah anak yang sama usia dengan dirinya banyak
• Ny. S sering berkumpul di Mushola untuk beribadah serta bertemu dengan warga lainnya.
• Fungsi Perawatan Kesehatan
• Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. N tidak ada mengalami gangguan
kesehatan dan kondisi kesehatan sekarang baik-baik saja.
• Ny. N dan Tn.N saat dilakukan pengkajian kondisi kesehatannya sekarang
dalam keadaan sehat.
• Nn.A dan Nn.N juga mengatakan jarang sakit. Jika sakit biasanya hanya
demam dan flu biasa.
• Ny. S saat dilakukan pengkajian kondisi kurang sehat karena mengeluh pusing,
susah tidur, dan sering merasa cemas dengan keadaannya yang sudah
semakin tua sedang kondisi yang kadang sakit. Dan jika terjadi stress atau
masalah maka tekanan darahnya akan meningkat.Ny. S mengatakan jika
terjadi sakit maka kadang-kadang dia pergi berobat ke Bidan terdekat, Ny. S
mengatakan tidak tahu bagaimana cara perawatan dan pengobatan untuk
menurunkan tekanan darahnya.
• Fungsi Reproduksi
• Ny. S mempunyai 5 orang anak yang sudah menikah dan tinggal dirumahnya
masing-masing kecuali Ny.N dan menantu Ny. S yaitu Tn. N yang tinggal
bersama Ny.S dan Nn.A dan Nn. N yang merupakan anak bungsu Ny.S dan
cucu dari Ny.S. Saat ini Ny. S tidak lagi memakai KB dikarenakan Ny.S sudah
monopause.

• Fungsi Ekonomi
• Keluarga Tn. N mampu memenuhi kebutuhan sandang, papan, dan pangan
sesuai dengan penghasilan yang didapatkan. Tn. N bekerja sebagai wiraswasta
serta Ny. S juga mendapat kiriman uang dari anaknya untuk tambahan belanja
untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya.
Stress dan Koping Keluarga
• Stres jangka panjang
• Ny. S mengatakan cemas jika tensinya nantinya meningkat dan terjadi/menimbulkan
penyakit lainnya yang lebih serius. Ny. S merasa bingung bagaimana mengatasinya
karna Ny. S mengatakan masih belum mamahami tentang penyakit yang
dideritanya. 
• Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stresor
• Ny. S mengatakan tidak tahu bagaimana cara mengatasi tensi naiknya, tetapi ada
orang yang menyarankan untuk meminum rebusan daun sirsak dan kadang Ny. S
meminumnya tapi tidak teratur.
• Strategi adaptasi disfungsional
• Dari hasil pengkajian didalam keluarga Ny. S tidak didapatkan adanya cara-cara
menghadapi masalah secara maladaptif.
ANALISA DATA
NO SYMPTOM PROBLEM

1 DS: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan


Ny. S mengatakan sudah menderita hipertensi ±3 th yang lalu.
Ny. S mengatakan sering merasakan sakit kepala dan pusing.
Ny. S mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya.
Ny. S mengatakan tidak tahu makanan apa yang menyebabkan
tekanan darahnya meningkat.
Ny. S mengatakan suka semua jenis makanan terutama yang
bersantan dan bergaram tinggi seperti ikan asin.
Ny. S merasa pusing, hanya butuh istirahat saja
Ny. S mengatakan tidak tahu cara pencegahan dan pengobatan untuk
mengurangi tekanan darahnya.
Ny. S mengatakan jika sakit, kadang-kadang ia memeriksakan
kesehatannya ke bidan terdekat.
DO:
-TD: 160/80 mmhg
-N : 89x/i
- RR: 22x/i
- S: 36,6ºC
-Ny. S tampak tidak mengetahui tentang penyakit hipertensi.
-Ny. S tampak bingung saat ditanyai tentang hipertensi.
2, DS: Kurang efektifnya pengelolaan
Keluarga mengatakan tidak tahu bagaimana cara perawatan kesehatan dalam keluarga.
hipertensi
Keluarga tidak mengetahui obat-obatan apa saja yang dapat
menurunkan tekanan darah
Ny. S mengatakan tidak tahu bagaimana cara pencegahan terhadap
penyakit hipertensi.
 
DO:
Keluarga tampak tidak mengetahui cara perawatan dan pencegahan
terhadap penyakit hipertensi
TD: 180/60 mmhg
N : 89x/i
RR: 22x/i
S: 36,6ºC
Diagnosa Keperawatan
• Diagnosa yang diangkat dari pengkajian yang telah dilakukan yaitu :
• Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
• Kurang efektifnya pengelolaan kesehatan dalam keluarga
INTERVENSI KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN
BAB IV : TELAAH JURNAL
Pembahasan
• Hipertensi adalah tekanan darah persistem dimana tekanan sistolik
diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Smeltzer &
Bare, 2001). Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung,
stroke, gagal ginjal. Hipertensi disebut sebagai pembunuh diam-diam
karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala.
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih daro 90%
diantara mereka menderita hipertensi primer (esensial) dimana tidak
ditentukan penyebab medisnya (Smeltzer & Bare, 2001).
• Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan
sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada
mata berupa perdarahan retina, gangguan
penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung
merupakan kelainan yang sering ditemukan pada
hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard.
Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan
oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat
mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat
terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan
iskemia otak sementara (Transient Ischemic
Attack/TIA).
• Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah target tekanan darah
<140/90 mmHg sedangkan untuk individu berisiko tinggi seperti
diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah <130/80
mmHg. Selain itu tujuan lainnya ialah penurunan morbiditas dan
mortalitas kardiovaskuler serta menghambat laju penyakit ginjal.
• Terapi dari hipertensi terdiri dari terapi farmakologis dan non
farmakologis. Terapi farmakologis obat antihipertensi yang dianjurkan
oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau
aldosteron antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker atau
calcium antagonist, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI),
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/ blocker
(ARB).
• Terapi Non Farmakologis ialah dengan manajemen berat badan yang
sangat penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi. Selain
manajemen berat badan, mengurangi asupan natrium bagi penderita
hipertensi juga sangat dianjurkan. Apabila diet natrium tidak
membantu dalam 6 bulan, maka diperlukan pemberian obat anti
hipertensi oleh dokter. Cara lain yang dianjurkan juga adalah dengan
meningkatkan aktivitas yang diperkirakan berpengaruh membantu
pencegahan dari hipertensi. Oleh karena itu dianjurkan untuk
melakukan aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari. Selain
itu mengubah gaya hidup dengan menurunkan konsumsi alkohol juga
diperlukan untuk mencegah risiko hipertensi.
• Terapi Non Farmakologis lainnya adalah dengan mengonsumsi pisang.
Makanan kaya kalium seperti pisang dapat menurunkan tekanan darah.18
Pisang ambon (Musa acuminata Colla) adalah salah satu tumbuhan yang
paling banyak tumbuh di daerah tropis seperti di Indonesia. Selain mudah di
dapat, pisang juga banyak manfaatnya. Daging buah, kulit buah, daun,
pelepah, jantung, bahkan air pada batang pohon pisang dapat dimanfaatkan.
• Buah pisang juga mengandung tinggi kalium. Kalium merupakan ion
terbanyak di intraselular. Bersama natrium, kalium memegang peranan
penting dalam pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta
keseimbangan asam basa. Bersama kalsium, kalium berperan dalam
transmisi saraf dan relaksasi otot.
• Peran ion kalium terhadap penurunan tekanan darah antara lain sebagai
vasodilator, karena kemampuannya menghambat kontraksi otot polos
pembuluh darah. Efek antihipertensi kalium juga berhubungan dengan
pengaruhnya dalam menghambat reabsorpsi natrium di tubulus
ginjal.Hilangnya natrium dari tubuh terutama menurunkan volume cairan
ekstraselular, sehingga tekanan arteri juga menurun.
• Dalam penelitian jurnal menjelaskan pengaruh terapi makanan dalam
menurunkan tekanan darah memang bisa dicapai tetapi tingkat
penurunannya belum mencapai ke taraf tekanan darah normal. Hal ini
dimungkinkan karena berbagai faktor penyebab diantaranya
metabolisme dalam tubuh, kondisi kematangan pisang ambon,
banyaknya jumlah mg yang dikonsumsi perhari dan waktu yang tepat
mengkonsumsi pisang ambon. Manfaat pisang ambon dalam
membantu pengobatan kelihatannya lebih cepat menurunkan
tekanan darah dan dapat mengendalikan aspek-aspek psikologis yang
menyertai pasien hipertensi sehingga pasien lebih nyaman hidupnya
karena pisang ambon yang bermanfaat mengurangi keluhan yang
dirasakan oleh penderita hipertensi.
Hasil
• Tekanan darah sebelum dan sesudah pisang ambon
• Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan terapi pisang
ambon rata-rata tekanan darah sistolik 170,79 mmHg dan tekanan
diastolik 98,3 mmhg dengan standar deviasi (SD) tekanan sistolik 22,2
mmhg dan tekanan diastolik 13,9 mmHg. Hasil sesudah diberikan
terapi pisang ambon rata-rata tekanan darah dengan sistolik 161,77
mmHg dan tekanan diastolik 95,93 mmHg. Standar deviasi (SD)
dengan tekanan sistolik 22,1 mmHg dan tekanan diastolik 13,1
mmHg. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan tekanan darah pada
pasien hipertensi setelah dilakukan terapi pisang ambon dengan
selisih rata-rata tekanan sistolik 9,02 mmHg dan tekanan darah
diastolik 2,37 mmHg dari rata-rata tekanan darah sebelumnya.
• Perbedaan Tekanan darah Sebelum dan Sesudah terapi Pisang
Ambon
• Hasil analisis didapatkan nilai probabilitas pada data tersebut terlihat p-
value> taraf signifikan 5% atau 0,05 sehingga tergolong data berdistribusi
normal. Karena data tersebut berdistribusi normal selanjutnya peneliti
melakukan analisis dengan menggunakan uji beda Paired sample T-test.
• Hasil analisis data tersebut dilihat dari nilai probabilitas relaksasi Benson
dengan tekanan darah diperoleh p-value sebesar 0,0001 lebih kecil
dibandingkan dengan taraf signifikansi 5% atau 0,05 sehingga dapat
disimpulkan “terdapat perbedaan yang signifikan antara tekanan darah
sebelum dan sesudah pemberian pisang ambon pada pasien hipertensi”.
• Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurul & Ayu yang
mengatakan bahwa terapi pisang ambon yang dilakukan pada pasien
hipertensi essensial dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan siastolik
sebesar 26,1/15 mmhg.
• Menurut analisa penulis dengan dilakukannya pemberian pisang
ambon akan meningkatkan kadar kalium dalam darah pasien sehingga
tekanan darah seseorang tersebut akan menjadi stabil karena
kebutuhan kalium dalam tubuh tercukupi dengan baik.
Kesimpulan
• Berdasarkan hasil penelitian responden yang berumur 46-
60 tahun sebanyak 54 orang (76,05%). Dan terjadi
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi setelah
diberikan terapi pemberian pisang Ambon dengan selisih
rata-rata tekanan darah sistolik 9,02 mmHg dan tekanan
darah diastolik 2,37 dari rata-rata tekanan darah
sebelumnya. Sehingga perbedaan tekanan darah sebelum
dan sesudah diberikan terapi pemberian pisang ambon
menunjukkan perbedaan yang signifikan yaitu p=0,0001
(>0,05).
• Berdasarkan analisa penulis tekanan darah dapat diturunkan
atau distabilkan dengan memberikan terapi pemberian
pisang ambon. Karena pisang ambon mempunyai kandungan
kalium yang terdapat didalamnya cukup tinggi. Sebuah
pisang ambon mengandung sekitar 487mg kalium atau
menyediakan 14% kebutuhan sehari. Kalium adalah senyawa
kimia yang berperan dalam memelihara fungsi normal otot,
jantung, dan sistem saraf, kalium merupakan regulator
utama tekanan darah.Terlalu banyak natrium dalam tubuh
merupakan sinyal bagi ginjal untuk meningkatkan tekanan
darah. Terlalu sedikit kalium memberikan efek serupa. Ini
merupakan keseimbangan yin dan yang dalam tubuh.
Perbandingan Jurnal Terkait
Judul Hasil Keterangan
Konsumsi Pisang Ambon sebagai terapi Non Farmakologis Hasil analisis didapatkan nilai probabilitas pada data tersebut terlihat p-value> Terjadi perubahan yang signifikan
Hipertensi Tahun 2017 taraf signifikan 5% atau 0,05 sehingga tergolong data berdistribusi normal.
Karena data tersebut berdistribusi normal selanjutnya peneliti melakukan
analisis dengan menggunakan uji beda Paired sample T-test.
Pengaruh Konsumsi Pisang Ambon Terhadap Penurunan Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test pada tekanan darah pre dan post test Terjadi perubahan yang signifikan
Tekanan Darah Pra Lansia Hipertensi tahun 2017 (sistol) pada kelompok intervensi didapatkan p-value 0.018 atau p<0.05 berarti
ada pengaruh variabel kelompok intervensi (sistol) terhadap
penurunan tekanan darah.
Pengaruh pemberian pisang ambon terhadap tekanan darah Hasil uji Wilcoxon menunjukkan data bahwa ρ = 0,000 dan α = 0,05 sehingga ρ Terjadi perubahan yang signifikan
pada lansia penderita hipertensi tahun 2018 < α maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga ada pengaruh pemberian
pisang ambon terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita
hipertensi di Dusun Mojogeneng Desa Mojokarang Kecamatan Dlanggu
Kabupaten Mojokerto
Pengaruh pemberian pisang ambon (Musa Paradisiaca S) Berdasarkan hasil uji Wilcoxon signed test diperoleh bahwa ada pengaruh Terjadi perubahan yang signifikan
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita pemberian pisang ambon terhadap penurunan tekanan darah pada
Hipertensi tahun 2017 lansia penderita hipertensi di Panti Sosial Tresna Werda Yayasan Al Kautsar
Palu. Hasil penelitian yang dilakukan kepada 6 reponden dengan
pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik sebelum pemberian
pisang ambon adalah 158.33 mmHg dan rata-rata tekanan darah sistolik
sesudah pemberian pisang ambon adalah 133.33 mmHg (penurunan rata-rata
tekanan darah sistolik sebesar 25 mmHg). Hal ini juga terjadi pada rata-rata
tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah pemberian pisang ambon
adalah 96.67 mmHg dan 83.33 mmHg (penurunan tekanan darah diastolik
sebesar 13,34 mmHg).
BAB V : PEMBAHASAN
PENGKAJIAN
Tipe keluarga Ny. S adalah keluarga inti. Didalam rumahnya Ny. S tinggal dengan anak, cucu dan
menantunya, yaitu Tn. N sebagai kepala keluarga, Tn. Nn sebagai menantu, dan Ny. N sebagai anak dan
Nn. A dan Nn.Nn sebagai cucu . Anak yang lain sudah menikah dan tinggal di tempatnya masing-masing.

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh mahasiswa selama 7 kali kunjungan kerumah Ny.
S, diperoleh data utama merujuk pada masalah hipertensi yang dialami Ny. S yaitu ibu dari Ny.N. Menurut
hasil pengkajian didapatkan Ny. S sudah menderita hipertensi selama ± 3 tahun yang lalu dan masih belum
memahami tentang penyakitnya serta pengobatan dan pencegahannya. Ny. S mengatakan jika ia sakit dia
kadang-kadang memeriksakan kesehatnnya ke klinik terdekat walau tidak rutin, lalu beristirahat di rumah.
Ny. S mengatakan suka semua jenis makanan terutama yang bersantan, Ny. S juga tidak mengetahui
makanan apa saja yang dapat meningkatkan tekanan darahnya. Berdasarkan pemeriksaan didapatkan TD:
160/80 mmHg, RR: 22x/i, N: 89x/i, S: 36,6ºC, Ny. S tampak tidak mengetahui tentang penyakitnya dan
bingung saat ditanyai tentang penyakit yang dideritanya.
• Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan kalau klien tidak mengenal
masalah penyakit yang dialaminya, klien belum mampu memutuskan
bagaimana cara perawatan yang dilakukan untuk penyakitnya, klien
belum mengetahui bagaimana cara perawatan penyakitnya, klien
belum mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan secara maksimal.
DIAGNOSA
Data yang didapatkan saat pengkajian kemudian dianalisis untuk menegakkan masalah keperawatan
yang tepat untuk dilakukan intervensi agar masalah yang timbul tersebut dapat teratasi, dimana
masalah yang muncul yaitu ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.

Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan menurut NANDA (2015-2017) yaitu ketidakmampuan


mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk mempertahankan kesehatan. Dimana
faktor yang berhubungan dari diagnosa tersebut yaitu hambatan pengambilan keputusan, sumber
daya tidak cukup (pengetahuan, sosial, finansial), tugas perkembangan tidak tercapai.

Menurut analisa penulis, data yang didapatkan dr Ny. S mengatakan tidak mengetahui tentang
penyakitnya, Ny. S mengatakan tidak mengetahui bagaimana cara perawatan penyakitnya, Ny. S
mengatakan masih belum memanfaatkan fasilitas kesehatan secara maksimal, Ny. S mengatakan tidak
tahu pengobatan yang dapat menurunkan tekanan darahnya.
INTERVENSI
Intervensi yang dilakukan adalah keluarga mampu mengenal
masalah kesehatan dengan melakukan pendidikan kesehatan
tentang proses penyakit dan diet serta pengobatan yang
diperlukan, keluarga mampu memutuskan untuk membantu diri
sendiri membangun kekuatan untuk membuat keputusan yang
membangun harapan untuk kesembuhan dari penyakit yang
diderita, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
dan memberikan dukungan terhadap diet dan perawatan serta
pemeliharaan kesehatan dimana dukungan keluarga juga
berperan penting, keluarga juga mampu memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kesehatan.
IMPLEMENTASI
Dalam tahap pelaksanaan, tindakan
keperawatan dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah dibuat dan semua
tindakan yang dilakukan pada klien
didokumentasikan ke dalam catatan
keperawatan. Pelaksanaan tindakan
dilakukan mulai tanggal 26 Juli 2019
sampai dengan tanggal 4 Agustus 2019.
Implementasi yang dilakukan memantau
tekanan darah pada Ny. S sebelum dan
sesudah memakan pisang ambon
EVALUASI
Selama kunjungan yang dilakukan mahasiswa ke rumah keluarga, penulis dapat membina
hubungan saling percaya satu sama lain, sehingga mahasiswa dapat bekerja sama dengan
keluarga untuk melakukan implementasinya. Selama 7 kali kunjungan yang dilakukan
mahasiswa tentang perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikannya terapi
pisang ambon, didapatkan hasil bahwa tekanan darah ny. S mengalami penurunan yaitu dari
160/80 mmHg menjadi 130/80 mmHg, walaupun pengaruh dari terapi Pisang Ambon tidak
menjamin kestabilan dari tekanan darah Ny. S.

Dapat dilihat bahwa hasil yang didapatkan penulis sesuai dengan penelitian Eny Sutri dkk
(2017) dengan hasil uji Wilcoxon menunjukkan data bahwa ρ = 0,000 dan α = 0,05 sehingga ρ <
α maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga ada pengaruh pemberian pisang ambon terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Dusun Mojogeneng Desa
Mojokarang Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto.
BAB VI : PENUTUP
KESIMPULAN
Perencanaan keperawatan yang akan dilakukan untuk mengatasi
masalah hipertensi yaitu sesuai dengan lima tugas kesehatan keluarga
yang meliputi mampu mengenal masalah yang dialami keluarga,
mampu memutuskan untuk merawat anggota keluarga, mampu
merawat anggota keluarga yang mengalami hipertensi, mampu
memodifikasi lingkungan serta memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan. Selain itu mahasiswa juga menjelaskan bahwa selain dari
pengobatan farmakologis, ada juga pengobatan non farmakologis yang
dapat menurunkan tekanan darah yaitu dengan cara terapi pisang
ambon. Karena pisang ambon merupakan buah yang mempunyai
kandungan kalium yang tinggi, dengan kandungan kalium yang tinggi
didalam pisang ambon maka pisang ambon mampu menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi. Terapi pisang ambon dapat
dijadikan sebagai upaya penyembuhan bagi penderita hipertensi,
karena mampu menurunkan tekanan darah walaupun tidak langsung
turun secara signifikan namun mampu menurunkan tekanan darah
secara perlahan dan menurunkan gejala – gejala yang dirasakan oleh
penderita.
SARAN
1.Bagi Mahasiswa
Diharapakan hasil karya tulis ilmiah Ners ini dapat menambah wawasan
mahasiswa serta mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang asuhan
keperawatan keluarga khususnya tentang pemberian terapi pisang
ambon pada penderita hipertensi.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Dapat dijadikan bahan untuk pelaksanaan pendidikan serta masukan
dan perbandingan untuk penelitian lebih lanjut dalam asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi.

3. Bagi Klien
Sebagai media informasi tentang penyakit yang diderita klien dan
bagaimana penanganan bagi klien dan keluarga untuk perawatan di
rumah, terutama dalam melakukan terapi pisang ambon untuk
mengurangi tekanan darah.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai