Disusun Oleh :
Nama : Ghina Fitriyah, S. Kep
Nim : 1810106019
BAB I: PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Peneliti
LATAR BELAKANG
Jumlah lansia di berbagai negara mengalami peningkatan, saat ini diperkirakan jumlah lansia di
seluruh dunia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun (Padila, 2017). Berdasarkan
sensus penduduk pada tahun 2014 jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa dan
diperkirakan pada tahun 2025 jumlah lansia di Indonesia mencapai 36 juta jiwa (Kemenkes RI, 2015).
Sumatera Barat termasuk dalam 10 besar provinsi dengan jumlah lansia terbanyak, jumlah lansia pada
tahun 2013 mencapai 5,1 juta jiwa (8,09%) dengan jumlah lansia di kota Padang sebanyak 82 ribu lansia
setara dengan 1,6% dari seluruh lansia di Sumatera Barat (BPS Sumatera Barat, 2014).
Permasalahan yang dialami lansia berkaitan dengan proses menjadi tua yang berakibat timbulnya
perubahan fisik, kognitif, perasaan, sosial, dan rentan terhadap berbagai penyakit seperti penyakit
jantung, stroke, diabetes melitus, asam urat, rematik dan hipertensi (Fatmah, 2010).
Kejadian hipertensi pada lansia meningkat setiap tahunnya seiring bertambah usia, Center For
Disease Control and Prevention (2015) menyatakan negara Amerika Serikat pada usia 65-74 tahun
presentasi lansia hipertensi sebesar (64%) pada laki-laki dan (69,3%) pada perempuan, presentase ini
meningkat pada usia ≥75 tahun (66,7%) pada laki-laki dan (78,5%) pada perempuan.
• Secara Nasional Basic Health pada tahun 2018 sebanyak 25,8% penduduk Indonesia
menderita hipertensi, prevelensi kejadian hipertensi pada usia 55 - 64 tahun
sebanyak (45,9%) usia 65 - 74 tahun (57,6%), dan usia >75 tahun (63,8%) (Kemenkes,
2014). Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2015 menunjukkan di Sumatera Barat
terdapat 8.520 kasus hipertensi yang terdeteksi melalui pengukuran tekanan darah.
Sedangkan di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang khususnya pada Kelurahan
Rawang RW 02 dengan jumlah penduduk 1177 jumlah lansia sebanyak 127 orang
yang menderita hipertensi sebanyak 48,1%.
• Pengendalian hipertensi tidak bisa hanya diberikan dengan tindakan farmakologis
tanpa melibatkan intervensi non farmakologis dengan pengaturan pola makan yang
sehat dan seimbang. Bila dilihat dari masalah nutrisi, faktor yang turut berperan
dalam meningkatnya prevelensi penyakit hipertensi adalah konsumsi kalium yang
kurang adekuat atau tidak sesuai dengan rekomendasi jumlah kalium yang harus
dikonsumsi setiap hari.
• Sejalan dengan hasil penelitian yang didapatkan oleh Nurul Utami dkk (2017) hasil
penelitian menunjukkan ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah
dilakukan konsumsi pisang ambon pada pasien hipertensi yang dilihat dari hasil
analisis uji paired sample T-test didapatkan p-value sebesar 0,0001 < 0,05.
Tujuan Penelitian
Mampu mengaplikasikan ilmu dalam
memberikan asuhan Keperawatan Pada Ny. S
Dengan Hipertensi Dalam Pemberian Terapi
Pisang Ambon Sebagai Terapi Non Farmakologis
Untuk Menurunkan Tekanan Darah pada Lansia
Di RW 02 Rawang Timur Kelurahan Rawang
Kecamatan Padang Selatan Tahun 2019.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Keluarga
Keluarga adalah sebuah kelompok yang mengidentifikasikan diri dan terdiri
atas dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait
dengan hubungan darah atau hukum atau juga tidak, namun berfungsi
sedemikian rupa sehingga menggangap dirinya sebagai keluarga (Friedman,
2010).
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2009).
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-
anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua
mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar (Slameto, 2010).
Tipe-Tipe Keluarga
• Tradisional
• The Nuclear family (Keluarga Inti)
• The dyad family
• Keluarga usila
• The childless family
• The extended family
• The single parent family
• Commuter family
• Multi generational family
• Kin-network family
• Blended family
• The single adult living alone/single adult family
• Non Tradisional
• The unmarried teenage mother
• The stepparent family
• Commune family
• The nonmarital heterosexsual cohabiting family
• Gay and lesbian families
• Cohabitating couple
• Group-marriage family
• Group network family
• Gang
Stuktur Keluarga
• Berdasarkan garis keturunan
• Patrilinear
• Matriliniar
• Berdasarkan Jenis perkawinan
• Monogami
• Poligami
• Berdasarkan Pemukiman
• Patrilokal
• Matrilokal
• Neolokal
• Berdasarkan Kekuasaan
• Keluarga kabapakan
• Keluarga keibuan
• Keluarga setara
Peran Keluarga
• Peranan Ayah
• Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya.
• Peranan Ibu
• Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah
tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
• Peranan Anak
• Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik
fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Fungsi Keluarga
• Fungsi Afektif
• Fungsi Sosialisasi
• Fungsi Reproduksi
• Fungsi Ekonomi
• Fungsi Perawatan Kesehatan.
Tugas Kesehatan Keluarga
• Stroke
• Penyakit Jantung
• Penyakit arteri koronaria
• Aneurisme
Penatalaksaan Hipertensi
Penatalaksanaan Farmakologi : Penatalaksanaan nonfarmakologi :
• Diuretic • Berhenti merokok
• Penghambat adrenergik • Diet
• Vasodilator • Olahraga teratur
• Penghambat enzim • Penanganan stress
• Antagonis kalsium
WOC
Konsep Pisang Ambon
• Pisang Ambon yang memiliki kandungan gizi yang baik,
menyediakan energi yang cukup tinggi dari pada buah-
buahan lainnya. Buah pisang ambon juga dapat membantu
menurunkan tekanan darah tinggi dan stroke. Hal ini tidak
lain karena kandungan kalium yang terdapat didalamnya
cukup tinggi. Sebuah pisang ambon mengandung sekitar
487mg kalium atau menyediakan 14% kebutuhan sehari.
Kalium adalah senyawa kimia yang berperan dalam
memelihara fungsi normal otot, jantung, dan sistem saraf,
kalium merupakan regulator utama tekanan darah.Terlalu
banyak natrium dalam tubuh merupakan sinyal bagi ginjal
untuk meningkatkan tekanan darah. Terlalu sedikit kalium
memberikan efek serupa. Ini merupakan keseimbangan yin
dan yang dalam tubuh (Kowalski, 2010).
• Menurut badan kesehatan sedunia (WHO) dan badan pangan sedunia (FTO),
konsumsi pisang ambon yang ideal perhari adalah 2-3 buah, pilih buah pisang
ambon yang memiliki kulit buah berwarna hijau walau sudah matang. Makan
buah pisang ambon setiap hari 1 jam sebelum makan/saat perut kosong agar
lebih bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah, berbeda jika makan
setelah makan utama dalam kondisi perut sudah kenyang dan akhirnya hanya
akan terisi pisang ambon sedikit.
• Volume dan tekanan osmosis darah dan cairan sangat berkaitan dengan
konsentrasi ion natrium dan kalium, yang sangat dikendalikan oleh
mekanisme pengaturan tubuh yang mengatur jumlah dikeluarkan melalui urin
dan keringat, khususnya oleh hormon aldosterone. Mekanisme bagaimana
kalium dapat menurunkan tekanan darah adalah sebagai berikut. Kalium
dapat mengatur saraf perifer dan sentral yang memengaruhi tekanan darah.
Berbeda dengan natrium, kalium merupakan ion utama di dalam cairan
intraseluler. Konsumsi banyak kalium akan meningkatkan konsentrasinya di
dalam cairan intraseluler sehingga cenderung menarik cairan dari bagian
ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah (Hardinsyah, 2017).
BAB III : TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
• Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. N
• Umur KK : 68 Tahun
• Pekerjaan KK : Wiraswasta
• Pendidikan KK : SMA
• Agama : Islam
• Alam : RW 02 Kelurahan Rawang
Keterangan Genogram
• Didalam rumah terdiri dari kepala keluarga, istri, 2 anak
dan 2 orang cucu. Pengambilan keputusan diambil oleh
kepala keluarga tetapi sebelumnya dilakukan
musyawarah untuk mengambil keputusan. Jika terjadi
masalah dalam keluarga, keluarga memutuskan untuk
berdiskusi untuk menyelesaikan masalah. Didalam
keluarga yang menderita sakit hanya Ny. S saja yaitu
hipertensi, sedangkan anak dan menantunya tidak
sakit.
Tipe Keluarga
• Tipe keluarga yaitu keluarga inti yang terdiri dari
ayah (“Tn. N”), ibu (“Ny. S”), satu orang anak “Ny.
N” dan menantu Tn.N yaitu “Tn.N”, dan 2 anak dari
Ny.N dan Tn.N yaitu “Nn.A” dan “Nn.N” Keluarga ini
terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam
satu rumah.
Suku Bangsa / Latar Belakang Budaya
• Ny. S bersuku minang yang sudah lama tinggal di RW 02 Kelurahan Rawang Timur
Kecamatan Padang Selatan dan bahasa yang digunakan sehari-hari bahasa
minang. Ny. S menjalin hubungan yang baik dengan tetangganya. Lingkungan
tempat tinggal Ny. S sebagian penduduk asli Rawang sebagian lagi pendatang.
Keluarga Ny. S beragama islam dan menjalankan sholat 5 waktu sehari semalam.
Ny. S menggunakan pakaian sehari-hari model pakaian rumah biasa. Dalam
keluarga Ny. S untuk kegiatan rekreasi tidak rutin seperti ke pantai, serta
menonton TV. Ny. S suka dengan masakan bersantan banyak atau pekat dan suka
makan daging. Ny. S juga tidak memiliki pantangan makanan, dalam keluarga
juga suka makan yang diberi garam banyak hingga terasa garamnya, karena kalau
tidak terasa garamnya makanan tidak enak untuk dimakan. Keluarga Ny. S
memeriksakan kesehatannya hanya ke klinik terdekat saja.
• Agama
• Keluarga menganut agama islam, taat dalam melakukan sholat lima waktu.
Ny. S rajin melaksanakan ibadah ke mesjid terutama pada waktu Magrib, Isya,
dan Subuh. Jarak mesjid dari rumah cukup dekat dapat dilakukan dengan
berjalan kaki saja ±5 m. Sedangkan Tn. N dengan istri dan anak-anaknya
melakukan kegiatan dirumah saja.
• Fungsi Ekonomi
• Keluarga Tn. N mampu memenuhi kebutuhan sandang, papan, dan pangan
sesuai dengan penghasilan yang didapatkan. Tn. N bekerja sebagai wiraswasta
serta Ny. S juga mendapat kiriman uang dari anaknya untuk tambahan belanja
untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya.
Stress dan Koping Keluarga
• Stres jangka panjang
• Ny. S mengatakan cemas jika tensinya nantinya meningkat dan terjadi/menimbulkan
penyakit lainnya yang lebih serius. Ny. S merasa bingung bagaimana mengatasinya
karna Ny. S mengatakan masih belum mamahami tentang penyakit yang
dideritanya.
• Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stresor
• Ny. S mengatakan tidak tahu bagaimana cara mengatasi tensi naiknya, tetapi ada
orang yang menyarankan untuk meminum rebusan daun sirsak dan kadang Ny. S
meminumnya tapi tidak teratur.
• Strategi adaptasi disfungsional
• Dari hasil pengkajian didalam keluarga Ny. S tidak didapatkan adanya cara-cara
menghadapi masalah secara maladaptif.
ANALISA DATA
NO SYMPTOM PROBLEM
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh mahasiswa selama 7 kali kunjungan kerumah Ny.
S, diperoleh data utama merujuk pada masalah hipertensi yang dialami Ny. S yaitu ibu dari Ny.N. Menurut
hasil pengkajian didapatkan Ny. S sudah menderita hipertensi selama ± 3 tahun yang lalu dan masih belum
memahami tentang penyakitnya serta pengobatan dan pencegahannya. Ny. S mengatakan jika ia sakit dia
kadang-kadang memeriksakan kesehatnnya ke klinik terdekat walau tidak rutin, lalu beristirahat di rumah.
Ny. S mengatakan suka semua jenis makanan terutama yang bersantan, Ny. S juga tidak mengetahui
makanan apa saja yang dapat meningkatkan tekanan darahnya. Berdasarkan pemeriksaan didapatkan TD:
160/80 mmHg, RR: 22x/i, N: 89x/i, S: 36,6ºC, Ny. S tampak tidak mengetahui tentang penyakitnya dan
bingung saat ditanyai tentang penyakit yang dideritanya.
• Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan kalau klien tidak mengenal
masalah penyakit yang dialaminya, klien belum mampu memutuskan
bagaimana cara perawatan yang dilakukan untuk penyakitnya, klien
belum mengetahui bagaimana cara perawatan penyakitnya, klien
belum mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan secara maksimal.
DIAGNOSA
Data yang didapatkan saat pengkajian kemudian dianalisis untuk menegakkan masalah keperawatan
yang tepat untuk dilakukan intervensi agar masalah yang timbul tersebut dapat teratasi, dimana
masalah yang muncul yaitu ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
Menurut analisa penulis, data yang didapatkan dr Ny. S mengatakan tidak mengetahui tentang
penyakitnya, Ny. S mengatakan tidak mengetahui bagaimana cara perawatan penyakitnya, Ny. S
mengatakan masih belum memanfaatkan fasilitas kesehatan secara maksimal, Ny. S mengatakan tidak
tahu pengobatan yang dapat menurunkan tekanan darahnya.
INTERVENSI
Intervensi yang dilakukan adalah keluarga mampu mengenal
masalah kesehatan dengan melakukan pendidikan kesehatan
tentang proses penyakit dan diet serta pengobatan yang
diperlukan, keluarga mampu memutuskan untuk membantu diri
sendiri membangun kekuatan untuk membuat keputusan yang
membangun harapan untuk kesembuhan dari penyakit yang
diderita, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
dan memberikan dukungan terhadap diet dan perawatan serta
pemeliharaan kesehatan dimana dukungan keluarga juga
berperan penting, keluarga juga mampu memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kesehatan.
IMPLEMENTASI
Dalam tahap pelaksanaan, tindakan
keperawatan dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah dibuat dan semua
tindakan yang dilakukan pada klien
didokumentasikan ke dalam catatan
keperawatan. Pelaksanaan tindakan
dilakukan mulai tanggal 26 Juli 2019
sampai dengan tanggal 4 Agustus 2019.
Implementasi yang dilakukan memantau
tekanan darah pada Ny. S sebelum dan
sesudah memakan pisang ambon
EVALUASI
Selama kunjungan yang dilakukan mahasiswa ke rumah keluarga, penulis dapat membina
hubungan saling percaya satu sama lain, sehingga mahasiswa dapat bekerja sama dengan
keluarga untuk melakukan implementasinya. Selama 7 kali kunjungan yang dilakukan
mahasiswa tentang perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikannya terapi
pisang ambon, didapatkan hasil bahwa tekanan darah ny. S mengalami penurunan yaitu dari
160/80 mmHg menjadi 130/80 mmHg, walaupun pengaruh dari terapi Pisang Ambon tidak
menjamin kestabilan dari tekanan darah Ny. S.
Dapat dilihat bahwa hasil yang didapatkan penulis sesuai dengan penelitian Eny Sutri dkk
(2017) dengan hasil uji Wilcoxon menunjukkan data bahwa ρ = 0,000 dan α = 0,05 sehingga ρ <
α maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga ada pengaruh pemberian pisang ambon terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Dusun Mojogeneng Desa
Mojokarang Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto.
BAB VI : PENUTUP
KESIMPULAN
Perencanaan keperawatan yang akan dilakukan untuk mengatasi
masalah hipertensi yaitu sesuai dengan lima tugas kesehatan keluarga
yang meliputi mampu mengenal masalah yang dialami keluarga,
mampu memutuskan untuk merawat anggota keluarga, mampu
merawat anggota keluarga yang mengalami hipertensi, mampu
memodifikasi lingkungan serta memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan. Selain itu mahasiswa juga menjelaskan bahwa selain dari
pengobatan farmakologis, ada juga pengobatan non farmakologis yang
dapat menurunkan tekanan darah yaitu dengan cara terapi pisang
ambon. Karena pisang ambon merupakan buah yang mempunyai
kandungan kalium yang tinggi, dengan kandungan kalium yang tinggi
didalam pisang ambon maka pisang ambon mampu menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi. Terapi pisang ambon dapat
dijadikan sebagai upaya penyembuhan bagi penderita hipertensi,
karena mampu menurunkan tekanan darah walaupun tidak langsung
turun secara signifikan namun mampu menurunkan tekanan darah
secara perlahan dan menurunkan gejala – gejala yang dirasakan oleh
penderita.
SARAN
1.Bagi Mahasiswa
Diharapakan hasil karya tulis ilmiah Ners ini dapat menambah wawasan
mahasiswa serta mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang asuhan
keperawatan keluarga khususnya tentang pemberian terapi pisang
ambon pada penderita hipertensi.
3. Bagi Klien
Sebagai media informasi tentang penyakit yang diderita klien dan
bagaimana penanganan bagi klien dan keluarga untuk perawatan di
rumah, terutama dalam melakukan terapi pisang ambon untuk
mengurangi tekanan darah.
DOKUMENTASI