Anda di halaman 1dari 37

SKENARIO 3 PENDAKI GUNUNG SUMBING

KELOMPOK A-9
Ketua : Maygel Nahren (1102019121)
Sekretaris : Fetricia Catherina (1102019079)
Anggota : 1. Alaric Casta Rafi (1102019009)
2. Annisa Amelia (1102019129)
3. Avia Nurul Azzahra(1102019037)
4. Dafa Zenobia (1102019051)
5. Dwi Wisnu Prasetyo (1102019065)
4. Fetricia Catherina (1102019079)
6. Hasyajogi Tiara Harahap (1102019093)
7. Khaura Tsabitha Baraba (1102019107)
Pendaki Gunung Sumbing
Dua pendaki Gunung Sumbing terpaksa dievakuasi oleh tim SAR
Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Mereka dilaporkan
mengalami hipoksia akut dan hipotermia. Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah
melaporkan peristiwa hipotermia terjadi karena kurangnya
SKENARIO persiapan saat mendaki. Menurut keterangan dokter yang
merawat dua pendaki tersebut, jika keadaan hipotermia tidak
segera ditangani dapat menyebabkan kegagalan fungsi tubuh
yang lebih dikenal sebagai Mountain Sickness Acute.
 Hipoksia:
Penurunan asupan oksigen ke jaringan di bawah kadar fisiologis sekalipun
perfusi darah ke jaringan memadai

 Hipotermia:
Kondisi dimana mekanisme tubuh dalam pengaturan suhu mengalami
kesulitan mengatasi suhu dingin

KATA SULIT  Mountain Sickness Acute :


Kondisi tidak normal yang terjadi pada tubuh disaat berada pada
ketinggian

 Evakuasi:
Suatu tindakan memindahkan seseorang ke tempat yang lebih aman agar
menjauh dari ancaman atau kejadian yang berbahaya
1. Apa penyebab hipoksia akut ?
2. Bagaimana hipotermia bisa terjadi ?
3. Bagaimana hipoksia bisa terjadi ?
4. Apakah faktor usia mempengaruhi terkenanya hipotermia ?
5. Bagaimana pertolongan pertama pada hipoksia dan
BRAIN hipotermia ?
STORMING 6. Gejala apa saja yang ditimbulkan oleh hipoksia dan hipotermia
?
7. Bagaimana persiapan sebelum mendaki ?
8. Pada ketingggian berapa seseorang bias terkena hipoksia ?
9. Bagaimana respon tubuh saat mengalami hipotermia ?
10. Upaya yang dapat dilakukan guna mencegah hipoksia ?
11. Komplikasi penyakit apa saja yang dapat ditimbulkan oleh
hipoksia dan hipotermia ?
BRAIN
STORMING 12. Bagaimana diagnosa jika seseorang terkena hipoksia ?
13. Upaya penanganan hipoksia dan hipotermia ?
14. Pada suhu berapa seseorang bisa terkena hipotermia ?
15. Hubungan antara hipoksia dan hipotermia ?
1. Hipoksia akut disebabkan oleh melakukan aktivitas berat, dalam
situasi kebakaran atau dalam ruang sempit atau sedang berada di
tempat yang tinggi.
2. Saat merasa kedinginan tubuh akan membentuk mekanisme
pengaturan kestabilan suhu dengan cara melebarkan pembuluh
darah. Jika suhu tubuh menurun drastis dan dibawah batas normal
JAWABAN maka panas yang dihasilkan tubuh tidak sebanyak yang hilang
maka saat itulah terjadi hipotermia.
3. Ketika suhu tubuh menurun pada saat itu kebutuhan oksigen
meningkat, jika hemoglokbin pada darah tidak mengikat oksigen
maka akan menyebabkan keadaan hipoksia.
3. Ya, karena saat itu fungsi tubuh semakin melemah dan
mengakibatkan sistem metabolisme menurun dan dapat menyebabkan
risiko terjadinya hipotermia lebih tinggi.
4. Pada hipoksia diberikan supply oksigen dan pada hipotermia
diberikan pakaian yang menghangatkan atau lebih tebal dan
mengonsumsi yang dapat menghangatkan tubuh.
5. Pada hipoksia gejala yang ditimbulkan ialah bernafas pendek,
lemas, dan konsentrasi menurun. Sedangkan pada hipotermia
JAWABAN menggigil dan sulit bergerak atau kaku.
6. -memakai dan membawa pakaian hangat dan nyaman
-membawa supply oksigen
-membawa obat-obatan pribadi
-membawa asupan yang cukup
-membawa alas tidur seperti matras atau sleeping bag
8. Pada ketinggian >2000mdpl
9. Saat suhu lingkungan menurun maka metabolisme tubuh akan
naik dan mengeluarkan panas untuk mempertahankan suhu tubuh.
10. -istirahat yang cukup
-asupan pokok tercukupi
-tidak merokok

JAWABAN -latihan fisik sebelum mendaki


11. -vertigo
-kejang
-katarak
-pneumonia
-perubahan perilaku
-kematian pada jaringan organ
12. -melakukan pemeriksaan darah
-memasangkan alat pulse oksimentry
13. Pada keadaan hipoksia diberi alat bantu pernafasan dan
melakukan terapi oksigen hiperbarik, sedangkan pada hipotermia
dimasukkan dalam ruangan yang hangat.

JAWABAN   
14. ≤ 35 (suhu tubuh)
15. Saat kadar oksigen yang masuk dalam tubuh menurun
(hipoksia) maka metabolisme dalam tubuh terganggu sehingga
tidak dapat beradaptasi dengan suhu lingkungan sekitarnya
(hipotermia).
 Bila oksigen yang tersedia banyak maka mitokondria akan
memproduksi ATP. Tanpa oksigen, mitokondria tidak akan
membuat ATP. Jika oksigen dalam jumlah yang sedikit, tubuh
LO 1. Memahami akan tetap menghasilkan ATP pada sitosol melalui proses
glikolisis dan merupakan reaksi anaerob. Tapi jumlah yang
dan Menjelaskan dihasilkan tidak sebanyak yang dihasilkan mitokondria. Oleh
Peran Oksigen karena itu, jika tubuh terus menerus dalam keadaan tanpa

Dalam Tubuh oksigen maka sel akan kehilangan fungsinya. 


 Terdiri dari dua tahap, yaitu:
Pernapasan Luar 
Merupakan pertukaran gas di dalam paru-paru. Oleh karena itu,
berlangsung difusi gas dari luar masuk ke dalam aliran darah.
Dengan kata lain, pernapasan luar merupakan pertukaran gas ( O2
dan CO2 ) antara udara dan darah
Pernapasan dalam

Pada pernapasan dalam (pertukaran gas di dalam jaringan tubuh)


darah masuk ke dalam jaringan tubuh, oksigen meninggalkan
hemoglobin dan berdifusi masuk ke dalam cairan jaringan tubuh
Pada pernapasan luar, darah akan masuk ke dalam kapiler paru-
paru yang mengangkut sebagian besar karbon dioksida sebagai ion
bikarbonat (HCO3–) dengan persamaan reaksi seperti berikut. 

(H+) + (HCO3–) ⇒ H2CO3 

Sisa karbon dioksida berdifusi keluar dari dalam darah dan


melakukan reaksi sebagai berikut. 

H2CO3 ⇒ H2O+CO2 

Enzim karbonat anhidrase yang terdapat dalam sel-sel darah merah


dapat mempercepat reaksi. Ketika reaksi berlangsung, hemoglobin
melepaskan ion- ion hidrogen yang telah diangkut; HHb menjadi
Hb. Hb merupakan singkatan dari haemoglobin, yaitu jenis protein
dalam sel darah merah. Selanjutnya, hemoglobin mengikat oksigen
dan menjadi oksihemoglobin (HbO2). 
Hb+O2⇒HbO2 

 Selama pernapasan luar, di dalam paru-paru akan terjadi


pertukaran gas yaitu CO2 meninggalkan darah dan oksigen
masuk ke dalam darah secara difusi. Terjadinya difusi O2 dan
CO2 ini karena adanya perbedaan tekanan parsial. Tekanan udara
luar sebesar 1 atm (760 mmHg), sedangkan tekanan parsial O2 di
paru-paru sebesar ± 160 mmHg. Tekanan parsial pada kapiler
darah arteri ± 100 mmHg, dan di vena ± 40 mmHg. Hal ini
menyebabkan O2 dari udara berdifusi ke dalam darah. 

 Sementara itu, tekanan parsial CO2 dalam vena ± 47 mmHg,


tekanan parsial CO2 dalam arteri ± 41 mmHg, dan tekanan parsial
CO2 dalam alveolus ± 40 mmHg. Adanya perbedaan tekanan
parsial tersebut menyebabkan CO2 dapat berdifusi dari darah ke
alveolus. 
HbO2⇒Hb+O2 

 Difusi oksigen keluar dari darah dan masuk ke dalam cairan jaringan dapat
terjadi, karena tekanan oksigen di dalam cairan jaringan lebih rendah
dibandingkan di dalam darah. Hal ini disebabkan karena sel-sel secara terus
menerus menggunakan oksigen dalam respirasi selular. 
 Dari proses pernapasan yang terjadi di dalam jaringan menyebabkan
terjadinya perbedaan komposisi udara yang masuk dan yang keluar paru-
paru. 

 Perlu diketahui bahwa tekanan parsial O2 pada kapiler darah nadi ± 100
mmHg dan tekanan parsial O2 dalam jaringan tubuh kurang dari 40 mmHg. 

 Sebaliknya tekanan karbon dioksida tinggi, karena karbon dioksida secara


terus menerus dihasilkan oleh sel-sel tubuh. Tekanan parsial CO2 dalam
jaringan ± 60 mmHg dan dalam kapiler darah ± 41 mmHg. Hal inilah yang
menyebabkan O2 dapat berdifusi ke dalam jaringan dan CO2 berdifusi ke
luar jaringan. 
 Dalam keadaan biasa, tubuh kita menghasilkan 200 ml karbon
dioksida per hari. Pengangkutan CO2 di dalam darah dapat
dilakukan dengan tiga cara berikut. 

1. Sekitar 60–70% CO2 diangkut dalam bentuk ion bikarbonat


(HCO3–) oleh plasma darah, setelah asam karbonat yang
terbentuk dalam darah terurai menjadi ion hidrogen (H +) dan ion
bikarbonat (HCO3–). Ion H+ bersifat racun, oleh sebab itu ion ini
segera diikat Hb, sedangkan ion HCO3– meninggalkan eritrosit
masuk ke plasma darah. Kedudukan ion HCO3– dalam eritrosit
diganti oleh ion klorit. Persamaan reaksinya sebagai berikut. 

H2O + CO2 ⇒ H2CO3 ⇒ (H+) + (HCO3–) 


2. Lebih kurang 25% CO2 diikat oleh hemoglobin membentuk
karboksihemoglobin. Secara sederhana, reaksi CO2 dengan Hb
ditulis sebagai berikut. 

CO2 + Hb ⇒ HbCO2 

 Karboksihemoglobin disebut juga karbominohemoglobin


karena bagian dari hemoblogin yang mengikat CO2 adalah
gugus asam amino. Reaksinya sebagai berikut.

CO2 + RNH2 ⇒ RNHCOOH 


3. Sekitar 6–10% CO2 diangkut plasma darah dalam bentuk
senyawa asam karbonat (H2CO3). 

 Tidak semua CO2 yang diangkut darah melalui paru-paru


dibebaskan ke udara bebas. Darah yang melewati paru-paru
hanya membebaskan 10% CO2. Sisanya sebesar 90% tetap
bertahan di dalam darah dalam bentuk ion-ion bikarbonat. Ion-
ion bikarbonat dalam darah ini sebagai buffer atau penyangga
karena mempunyai peran penting dalam menjaga stabilitas pH
darah. 

 Apabila terjadi gangguan pengangkutan CO2 dalam darah,


kadar asam karbonat (H2CO3) akan meningkat sehingga akan
menyebabkan turunnya kadar alkali darah yang berperan
sebagai larutan buffer. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
gangguan fisiologis yang disebut asidosis.
Proses mekanismenya adalah sebagai berikut:
 Kelenjar keringat mensekresikan keringat. Di tubuh mnusia,
terdapat sekitar 2,5 juta kelenjar keringat. Keringat mengalir di
saluran keringat, melalui pori-pori keringat menuju permukaan
kulit. Keringat yang membawa panas akan menguap ke
LO 2. Memahami lingkungan. Ini merupakan proses membuang panas melalui
dan Menjelaskan proses evaporasi. Evaporasi dari permukaan kulit menurunkan
suhu tubuh.
Pengaturan Suhu
 Rambut di kulit rebah untuk mencegah rambut memerangkap
Dalam Tubuh
panas. Rambut yang rebah ini meniingkatkan aliran udara
sehingga meningkatkan pembuangan panas, melalui konveksi.
 Dinding pembuluh darah arteri relaksasi sehingga arteri melebar.
Dengan demikian, aliran darah melalui arteri meningkat. Aliran
darah arteri ke permukaan kulit akan meningkatkan pembuangan
panas tubuh melalui konveksi dan konduksi.
Usaha untuk menurunkan suhu tubuh saat kondisi panas
 Walaupun tubuh memiliki mekanisme alami untuk menurunkan
suhu tubuh. Hal-hal di bawah ini merupakan usaha yang sering
kita lakukan untuk menurunkan suhu tubuh pada saat kondisi
panas.
 Mengipas tubuh menggunakan kipas tangan atau kipas angin.
Angin akan mempercepat proses evaporasi dan membuang
panas lingkungan sehingga suhu tubuh menjadi cepat dingin.
 Mengenakan pakaian yang tipis dan berbahan katun. Kain
katun dapat dilewati keringat melalui proses evaporasi, tetapi
menahan radiasi panas matahari. Dengan kata laian,
penerimaan radiasi panas sedikit, tetapi evaporasi tetap
berlangsung.
Proses mekanisme pengaturan suhu tubuh pada kondisi dingin
 Pada kondisi dingin tubuh akan mengalami hal-hal berikut.Keringat
tidak dihasilkan.
 Otot di bawah kulit berkontraksi sehingga kantong rambut tegak. Ini
menyebabkan rambut berdiri untuk menangkap panas. Kontraksi otot
menimbulkan bintil-bintil kecil di tubuh, kondisi ini biasa kita sebut
dengan istilah merinding.
 Arteri yang membawa darah ke bawah permukaan kulit berkontraksi.
Dengan demikian darah tidak menuju ke dekat permukaan kulit. Ini
mencegah darah membuang panas ke lingkungan sehingga suhu tubuh
tidak turun.
 Otot menerima pesan dari hipotalamus untuk menggigil. Menggigil akan
meningkatkan produksi panas karena merupakan reakasi eksotermik di
sel otot. Mengigil lebih efektif daripada berolahraga untuk menghasilkan
panas karena organisme tetap diam. Dengan demikian, lebih sedikit
panas yang hilang ke lingkungan melalui konveksi.
Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan suhu tubuh saat
kondisi dingin
 Kita juga bisa melakukan usah untuk meningkatkan suhu tubuh.
Hal-hal berikut ini merupkan hal yang umum kita lakukan saat tubuh
merasa dingin.
 Menggunakan selimut atau pakaian tebal. Selimut atau akaian tebal
akan menghalangi udara udara lingkungan yang dingin masuk, dan
sebaliknya juga mencegah radiasi panas dari tubuh keluar. Jadi
radiasi panas dari tubuh terperangkap di bawah selimut atau pakaian
tebal sehingga kita merasa hangat.
 Memegang benda hangat juga bisa meningkatkan pansa tubuh
misalnya minuman hangat seperti teh, kopi atau susu. Ini adalah cara
kita mendapatkan panas secara konduksi dari gelas hangat tersebut.
 perapian atau api unggun juga biasa digunakan untuk
menghangatkan diri
 Pengertian

Hipoksia adalah penurunan asupan oksigen ke jaringan di bawah kadar fisiologis


sekalipun perfusi darah ke jaringan memadai. (Dorland, 2015). 
 Penyebab

Berdasarkan jenisnya hipoksia dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :


 Hipoksia hipoksik adalah keadaan hipoksia yang disebabkan karena kurangnya
oksigen yang masuk ke dalam paru-paru. Sehingga oksigen dalam darah menurun
LO 3. kadarnya. Kegagalan ini dapat disebabkan oleh adanya sumbatan/obstruksi di

Memahami dan saluran pernapasan.


 Hipoksia anemik adalah keadaan hipoksia yang disebabkan oleh karena
Menjelaskan hemoglobin dalam darah tidak dapat mengikat atau membawa oksigen yang cukup

Hipoksia untuk metabolism seluler. Seperti keracunan karbon monoksida (CO2).


 Hipoksia stagnan adalah keadaan hipoksia yang disebabkan karena hemoglobin
dalam darah tidak mampu membawa oksigen ke jaringan yang disebabkan
kegagalan sirkulasi seperti heart failure atau embolisme.
 Hipoksia histotoksik adalah keadaan hipoksia yang disebabkan oleh karena
jaringan yang tidak mampu menyerap oksigen. Salah satu contohnya merupakan
keracunan sianida. Sianida dalam tubuh akan mengaktifkan beberapa enzim
oksidatif seluruh jaringan secara radikal, terutama sitokrom oksidase dengan
mengikat bagiann ferric heme group dari oksigen yang dibawa darah.
Gejala
 Gejala hipoksia saat bernafas dengan udara biasa Terdapat
berbagai mekanisme kompensasi untuk meningkatkan toleransi
pada ketinggian (aklimatisasi) yang bekerja untuk jangka waktu
tertentu. Namun pada subjek yang tidak teraklimatisasi gejala
mental seperti iritabilitas, muncul pada ketinggian ± 3.700m.
Pada ketinggian 5.500m gejala hipoksia menjadi berat, dan
pada ketinggian 6.100m umumnya kesadaran mulai
menghilang
 Gejala hipoksia saat bernafas dengan oksigen. Jika kita bernafas 100% O2, faktor
pembatas pada toleransi terhadap ketinggian adalah tekanan atmosfer total. Diatas
ketinggian 10.400m peningkatan ventilasi akibat rendahnya PO2 alveolus akan
sedikit menurunkan PCO2 alveolus, tetapi pada ketinggian 13.700m dengan
barometer lingkungan sebesar 100mmHg, PO2 alveolus maksimum yang dapat di
pertahankan saat bernafas dengan 100% O2 adalah 40mmHg. Pada ketinggian
14.000m kesadaran akan hilang meski diberi 100% O2. Berdasarkan kosensus
Lake Louis, hipoksia pada ketinggian atau Acute Mountain Sickness (AMS) adalah
sebuah spektrum penyakit dimana ada beberapa tahap dan berbeda keparahannya.

 Acute Mountain Sickness (AMS) Muncul ketika baru mencapai ketinggian


yang baru. Gejala berupa sakit kepala atau salah satu dari mual dan muntah,
hilangnya nafsu makan, lemas, pusing, sulit tidur.
 High Altitude Cerebral Edema (HACE) Dianggap sebagai versi AMS yang
lebih parah. Hal-hal yang dapat terjadi yaitu perubahan status kesadaran atau
ataksia(ketidakseimbangan koordinasi gerak) pada seseorang yang diduga
AMS.
 High Altitude Pulmonary Edema (HAPE) Dengan gejala sulit bernafas ketika
istirahar, batuk-batuk, dada terasa tidak enak (rasa tertekan),
lemah/kemampuan tubuh menurun.
  Diagnosa
Dokter dapat mendiagnosis hipoksia dengan mengevaluasi tingkat
gas oksigen dalam darah dengan menggunakan pulse oksimeter,
atau mengukur langsung pada sampel darah yang diambil dari
arteri. Bacaan oksimeter yang normal adalah sekitar 95% sampai
100%. Jika tingkat oksigen bernilai 90% atau di bawahnya,
terdapat kemungkinan dalam kondisi hipoksia. Tes-tes lain
mungkin diperlukan dalam beberapa kasus jika dokter ingin
memeriksa apakah ada potensi masalah lain seperti keracunan
karbon monoksida yang menjadi penyebab hipoksia. Tes tersebut
dapat berupa tes fungsi paru-paru, bersamaan dengan tes lain
untuk membantu menentukan penyebab rendahnya tingkat
saturasi oksigen.
Mekanisme

Berdasarkan mekanismenya, penyebab hipoksia jaringan dibagi


dalam 3 kategori: 
 Hipoksemia arteri
 Berkurangnya aliran oksigen karena adanya kegagalan
transport tanpa adanya hipoksemia arteri.
 Penggunaan oksigen yang berlebihan di jaringan 
Pemeliharaan okseginasi jaringan tergantung pada 3 sistem
organ: 
 System kardiovaskular
 Hematologi
 Respirasi 
Komplikasi
Hipoksia yang terlambat diatasi dapat mengakibatkan kerusakan sel,
jaringan, maupun organ, dan dapat menyebabkan kematian.Namun
hipoksia yang ditangani dengan pemberian oksigen juga dapat
menimbulkan komplikasi. Pemberian oksigen secara berlebihan
justru dapat meracuni jaringan tubuh (hiperoksia). Hal ini bisa
menyebabkan:

 Katarak
 Vertigo
 Kejang
 Perubahan perilaku
 Pneumonia
Penanganan yang dapat dilakukan penderita hipoksia:
 Pemberi oksigen
 Memberikan oksigen kedalam sarularan pernafasan dengan alat bantu
oksigen
 Turun segera
 Apabila berada diketinggian, turun dengan segera
 Istirahat diketinggian yang sama
 Diharapkan terjadinya Proses aklimentasi (penyesuaian oksigen)
 Terapi oksigen hiperbarik
 Meningkatkan kekuatan difusi oksigen, sehingga meningkatkan ketersediaan
oksigen ke jaringan
 Istirahat dan minum obat accatazolamade
 Dengan obat accatazolamatade dapat menghilangkan dalam 12-24 jam dan
disertai istrahat yang cukup.
Pengertian

Hipotermia adalah suatu kondisi mana mekanisme tubuh untuk pengaturan


suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin, Hipotermia juga dapat
didefinisikan sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 °C. Tubuh manusia
mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 °C.
Lokasi pengukuran suhu inti tubuh mencakup rektal, esofageal, atau membran
timpani yang dilakukan secara benar.
LO 4. Penyebab
Memahami dan  Berada di Lingkungan yang dingin terlalu lama
Menjelaskan  Adanya gangguan atau penyakit yang di derita (diabetes mellitus, gagal

Hipotermia jantung, Alzheimer)


 Penggunaan obat-obatan (alkohol, barbiturat, insulin)
 Dehidrasi
 Tidak memakai pakaian yang tepat saat mendaki
 Memakai pakaian basah terlalu lama
Gejala
 Hipotermia Ringan (34-36)
Gejala yang terjadi pada penderita hipotermia ringan adalah
menggigil secara hebat, terutama pada ekstremitas; sulit
berjalan dan berbicara; mengalami pernapasan dengan frekuensi
lebih dari 24 kali per menit (takipnea); denyut jantung berdetak
lebih cepat daripada denyut jantung normal (takikardi);
pernapasan
  cepat dan biasanya dangkal (hiperventilasi);
berkemih terus-menerus karena “cold diuresis”.
 Hiportemia Sedang (28-32)
Gejala yang dialami penderita hipotermia sedang adalah nadi
berkurang, pernapasan pelan dan dangkal, berhenti menggigil,
refleks melambat, kehilangan daya untuk mengenal lingkungan
(disorientasi), gangguan pada detak jantung atau irama jantung
(aritmia).
Hipotermia Berat (< 28)
 Gejala pada penderita hipotermia berat adalah tekanan darah
menjadi rendah (hipotensi), nadi lemah, edema paru, koma, aritmia
ventrikel, dan henti jantung.
Gejala lainnya ialah:
 Kulit pucat dan terasa dingin ketika disentuh
 Mati rasa
  
 Menggigil
 Respons menurun
 Gangguan bicara
 Kaku dan sulit bergerak
 Penurunan kesadaran
 Sesak napas
Diagnosa

 Seseorang dapat dipastikan menderita hipotermia melalui


gejala atau tanda yang terlihat secara fisik. Akan tetapi,
mengingat seringkali seseorang tidak menyadari bahwa dirinya
menderita hipotermia, maka pemeriksaan darah juga dapat
membantu mengonfirmasi hipotermia dan tingkat
keparahannya.
Mekanisme

 Mekanisme terjadinya hipotermia sama dengan mekanisme kehilangan panas tubuh.


Kehilangan panas tubuh dapat terjadi melalui beberapa proses, yaitu radiasi,
konduksi, konveksi, dan evaporasi. Berikut penjelasannya:
 Radiasi. Semakin dingin suhu lingkungan di sekitar Anda, maka semakin besar pula
panas tubuh yang akan Anda keluarkan (radiasi). Tubuh manusia menghasilkan panas
yang diradiasi melalui kulit. Panas tersebut diradiasi dari kulit ke pakaian, lalu ke
lingkungan di sekitar Anda. Dengan menggunakan pakaian yang tepat, Anda dapat
meminimalisir kehilangan panas tubuh, juga mencegah kehilangan panas tubuh
melalui proses lain.
 Konduksi. Proses ini terjadi ketika Anda bersentuhan secara langsung dengan objek
atau permukaan yang basah. Air dapat menghilangkan panas pada tubuh Anda 25 kali
lebih cepat ketimbang angin.
 Konveksi. Konveksi adalah proses dimana panas tubuh hilang terbawa oleh
hembusan angin atau air yang bersentuhan langsung dengan kulit.
 Evaporasi. Ketika keringat pada kulit atau pakaian Anda yang basah menguap, maka
pada saat itu Anda sedang kehilangan panas tubuh. Proses ini menggambarkan
kehilangan panas tubuh melalui perubahan cairan menjadi gas, atau yang disebut
dengan evaporative heat loss. Pakaian yang lembab dapat menyebabkan
meningkatnya kehilangan panas tubuh melalui proses konduksi, dan evaporasi.
Komplikasi
Hipotermia ringan (32 – 35 ˚C)  

 Takikardi
 Takipnea
 Hiperventilasi
 Sulit berjalan dan berbicara
 Mengigil
 Sering berkemih karena “cold diuresis”
Hipotermia sedang (28 – 32 ˚C) 
 Nadi berkurang
 pernapasan dangkal dan pelan
 berhenti menggigil
 reflex melambat
 pasien menjadi disorientasi
 sering terjadi aritmia
Hipotermia berat (di bawah 28˚C)

 hipotensi
 nadi lemah
 edema paru
 koma
 aritmia ventrikel
 henti jantung
Penanganan
 Memberikan pakaian yang hangat
 Memberikan minuman yang hangat
 Memakai selimut
 Berpindah tempat yang lebih kering dan hangat
 http://repository.unimus.ac.id/860/3/BAB%20II.pdf
 http://repository.ump.ac.id/189/3/BAB%20II_Wahyu%20Tri%2
Daftar Pustaka 0W..
pd
Thank you for your attention

Anda mungkin juga menyukai