Anda di halaman 1dari 13

ASSALAMU’ALAIKUM

WARAHMATULLAH
KARAKTERISTIK
PERKEMBANGAN MORAL DAN
AGAMA
O
L
E
H
MARIANA ULPA
PERKEMBANGAN MORAL
DAN AGAMA
A. Pengertian Moral dan Agama
 Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (moris)
yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan.
Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk
menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai
atau prinsip-prinsip moral
 Menurut Zakiah (1970 : 58), Perkembangan agama
pada anak-anak sangat ditentukan oleh pendidikan
dan pengalaman yang didapatkannya, terutama
pada masa-masa pertumbuhan yang pertama (0 –
12 tahun). Seorang anak yang pada masa itu tidak
mendapatkan pendidikan agama dan tidak pula
mempunyai pengalaman keagamaan, maka ia nanti
akan cenderung kepada sikap negatif terhadap
agama.
B. TEORI TEORI TENTANG
PERKEMBANGAN MORAL
Teori ●
menggambarkan perkembangan moral, teori
psikoanalisa dengan pembagiaan struktur kepribadian

Psikoanalisa manusia atas tiga, yaitu id, ego, dan superego

Teori Belajar- ●
Teori belajar sosial melihat tingkah laku moral sebagai
respons atas stimulus. Dalam hal ini, proses-proses
penguatan, penghukuman dan peniruan digunakan untuk
Sosial menjelaskan perilaku moral anak-anak

Teori Kognitif
Tahap Heterononous Morality

Tahap perkembangan moral yang terjadi pada anak usia kira-kira 6 hingga 9 tahun. Anak-anak pada masa ini yakin akan
keadilan immanen, yaitu konsep bahwa bila suatu aturan yang dilanggar, hukuman akan segera dijatuhkan
 Tahap Autonomous Morality

Tahap perkembangan moral yang terjadi pada anak usia kira-kira 9 hingga 12 tahun. Anak mulai sadar bahwa aturan-

Piaget
aturan dan hukuman-hukuman merupakan ciptaan manusia dan dalam penerapan suatu hukuman atau suatu tindakan
harus mempertimbangkan maksud pelaku serta akibat-akibatnya.
LANJUTAAAN……

Teori kohlberg tentang perkembangan


Teori
moral merupakan pelumas, modifikasi,
dan redefeni atas teori piaget. Teori ini
didasarkan atas analisisnya terhadap hasil
wawancara dengan anak laki-laki usia 10

Kohlb hingga 16 tahun yang dihadapkan dengan


suatu dilema moral, di mana mereka
harus memilih antara tindakan menaati

erg peraturan atau memenuhi kebutuhan


hidup dengan cara yang bertentangan
dengan beraturan
C. SIFAT AGAMA PADA ANAK
Unreflective
( kurang
mendalam)
Imitatif

Egosent
ris

Verbalis
dan Ritualis

Anthro
morphis
D. TAHAP- TAHAP
PERKEMBANGAN MORAL
Tingkat 1   ●
Tahap 1 Moralitas heteronomi (orientasi kepatuhan dan hukuman)    Melekat

 ( 0-9 thn) ●
pada aturan
Tahap 2 Individualisme/instrumentalisme (orientasi minat pribadi)   
Kepentingan nyata individu. Menghargai kepentingan oranglain

 Prakonvensional   

   Tingkat 2    Tahap 3   Reksa interpersonal(orientasi keserasian interpersonal dan konformitas (sikap anak

( 9-15 thn)   
baik).  Mengharapkan hidup yang terlihat baik oleh orang lain dan kemudian telah menganggap dirinya
baik.
Tahap 4   Sistem sosial dan hati nurani (orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial (moralitas

hukum dan aturan).   Memenuhi tugas sosial untuk menjaga sistem sosial yang berlangsung.

Konvensional    

Tingkat 3 ●
Tahap 5 Kontrak sosial     Relatif menjungjung tinggi aturan dalam memihak
kepantingan dan kesejahteraan untuk semua
Diatas 15 thn ●
Tahap 6   Prinsip etika universal Prinsip etis yang dipilih sendiri, bahkan
ketika ia bertentangan dengan hukum
Pascakonvensional        
E. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN MORAL DAN
AGAMA
 1. antara orang tua dan
anak.   Faktor tingkat
harmonisasi hubungan
5. Faktor
Interaksi sosial

2. Faktor
seberapa banyak
model

4. tingkat
penalaran
3. Faktor lingkungan
memegang peranan
penting
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN AGAMA
Faktor ●
Genetik
dalam ●
Pengaruh hormon
(internal)
Faktor ●
Faktor Pranatal (Selama
lingkungan ●
Kehamilan),
Faktor postnatal
(eksternal)
F. KARAKTERISTIK
PERKEMBANGAN MORAL

Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan


moral remaja adalah bahwa sesuai dengan tingkat
perkembangan kognisi yang mulai mencapai
tahapan berfikir operasional formal, yaitu mulai
mampu berpikir abstrak dan mampu memecahkan
masala-masalah yang bersifat hipotetis maka
pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan
tidak lagi hanya terikat pada waktu, tempat, dan
situasi, tetapi juga pada sumber moral yang
menjadi dasar hidup mereka (Gunarsa,1988).
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH
WASSALAMU’ALAIKUM
WARAHMATULLAHI
WABARAKATUH

Anda mungkin juga menyukai