Sesi 7 & 8
Pengukuran Kinerja Pelayanan
Inovasi Pelayanan Publik
Oleh
Dr. Ir. A.H. Rahadian, M.Si
2020 - 2021
1
DAFTAR ISI
2
I. PENGUKURAN KINERJA PELAYANAN
1. Review Literatur : Indikator Penyusun Kinerja.
). McDonald & Lawton (1977): output oriented measures throughput,
efficiency, effectiveness.
. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya
perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam suatu
penyelenggaraan pelayanan publik
. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan,
baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi
). Salim & Woodward (1992): economy, efficiency, effectiveness, equity.
. Economy atau ekonomis adalah penggunaan sumberdaya yang sesedikit
mungkin dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik.
. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya
perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam suatu
penyelenggaraan pelayanan publik.
. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan,
baik itu dalambentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi.
. Equity atau keadilan adalah pelayanan publik yang diselenggarakan dengan
memperhatikan aspek-aspek kemerataan.
3
3) Lenvinne (1990): responsiveness, responsibility,
accountability.
4
4). Zeithaml, Parasuraman & Berry (1990): tangibles, reliability,
responsiveness, assurance, empathy.
Kepuasan
Kepuasan, artinya seberapa jauh Pemerintah Daerah dapat memenuhi kebutuhan
karyawan dan masyarakat.
Keadilan
Keadilan yang merata, artinya cakupan atau jangkauan kegiatan dan pelayanan
yang diberikan oleh Pemerintah Daerah harus diusahakan seluas mungkin dengan
distribusi yang merata dan diperlakukan secara adil.
8
Ukuran Yang Berorientasi Pada Proses
a. Responsivitas
Yang dimaksudkan dengan responsivitas di sini adalah kemampuan
provider untuk mengenali keutuhan masyarakat, menyusun agenda dan
prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-program pelayanan
sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
b. Responsibilitas
Ini adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian
antara penyelenggaraan pemerintahan dengan hukum atau peraturan
dan prosedur yang telah ditetapkan.
c. Akuntabilitas
Ini adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat
kesesuaian antara penyelenggaraan pemerintahan dengan ukuran-
ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh stake
holders, seperti nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.
9
…Lanjutan Ukuran Yang Berorientasi Pada Proses
d. Keadaptasian
Ukuran yang menunjukkan daya tanggap organisasi terhadap
tuntutan perubahan yang terjadi di lingkungannya.
e. Kelangsungan hidup
Seberapa jauh Pemerintah Daerah atau program pelayanan
dapat menunjukkan kemampuan untuk terus berkembang dan
bertahan hidup dalam berkompetisi dengan daerah atau
program lain.
f. Keterbukaan/ transparansi
Prosedur/tatacara, penyelenggaraan pemerintahan dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib
diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan
dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.
g.Empati
Perlakuan atau perhatian Pemerintah Daerah atau
penyelenggara jasa pelayanan atau providers terhadap isu-isu
aktual yang sedang berkembang di masyarakat.
10
Pengukuran Kinerja Pelayanan
(Zeithaml, Parasuraman & Berry, 1990), sepuluh indikator kinerja
pelayanan, yaitu:
1)Ketampakan fisik (Tangible)
2)Reliabilitas (Reliability)
3)Responsivitas (Responsiveness)
4)Kompetensi (Competence)
5)Kesopanan (Courtessy)
6)Kredibilitas (Credibility)
7)Keamanan (Security)
8)Akses (Access)
9)Komunikasi (Communication)
10)Pengertian (Understanding the customer)
12
2. Program Drive Thru
● Sejak Juni 2006, di Samsat/Polda Jatim
perpanjangan STNK Mobil, tanpa harus turun
dari mobil.
● Pengemudi menunjukan STNK, KTP dan BPKB
Asli, dengan prinsip mudah, murah, dan cepat
seperti pelayanan ATM atau membeli fried
chicken/dounat di Mc Donald, sekaligus
melakukan pembayaran di loket (tunai/kartu
kredit), kemudian perpanjangan STNK dapat
diselesaikan dalam waktu 5 menit.
● Drive Thru telah terkoneksi di Surabaya,
Sidoardjo dan Malang.
13
3. Samsat Quick Response (SQR)di Surabaya
• Inovasi jasa pelayanan ala cepat saji untuk mengurus surat-surat
kendaraan yaitu; Kantor Samsat Polwiltabes Surabaya
menyediakan pelayanan kepada pemilik kendaraan yang ingin
mengurus surat-surat kendaraannya dengan menghubungi
031-2957, dan petugas mendatangi rumah pemohon.
• Seluruh pengurusan diberikan secara gratis tidak ditarik biaya.
15
5. Program Penghematan Anggaran di Kabupaten
Jembrana
● Pemkab menggratiskan pendidikan, pengobatan, PBB, dan
berbarengan melakukan upaya menghapusan kemiskinan,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat.
16
…Lanjutan program penghematan
17
…Lanjutan program penghematan
18
III. BUDAYA PELAYANAN PUBLIK
1. Pengertian
19
Budaya oraganisasi adalah semua ciri yang menunjukkan
kepribadian suatu organisasi: keyakinan bersama, nilai-nilai &
perilaku-perilaku yang dianut oleh semua anggota organisasi.
Budaya organisasi adalah tradisi yang sangat sukar diubah.
20
FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG PERUBAHAN
BUDAYA ORGANISASI
21
PERUBAHAN MINDSET APARAT PELAYANAN PUBLIK YANG DAPAT
MERUBAH BUDAYA PELAYANAN
c)Melakukan perubahan sistem dan prosedur kerjanya yang lebih berorientasi pada
ciri-ciri organisais modern yakni pelayanan cepat, tepat , akurat, terbuka dengan
tetapmempertahankan kualitas, efisiensi biaya dan ketepatan waktu
d)Memposisikan diri sebagai fasilitator pelayanan publik dari pada sebagai agen
pembaharu (change of agent) pembangunan
e)Melakukan transformasi diri dari birokrasi yang
22
LANGKAH-LANGKAH YANG DAPAT MENUMBUHKAN
BUDAYA PELAYANAN
a) Tempatkan pegawai dari unit berbeda yang memiliki tugas dan fungsi jelas
di unit pelayanan sebagai langkah awal menuju perubahan budaya
b) Ciptakan rotasi pekerjaan secara berkala, kerja magang di lura unit, saling
tIdak menukar informasi seputar tugas dan fungsi antar unit, dan apabila
memungkinkan melakukan perlombaan antar unit pelayanan publik
23
F. BUDAYA PELAYANAN PUBLIK
Sumber: Cameron, K.S., & Quinn, R. E. Giagnosing and Changing Organizational Culture. Addison-Wesley, 1999.
24
• Organisasi pelayanan publik dengan budaya klan
Organisasi pelayanan publik dengan budaya klan adalah organisasi
yang memiliki karakteristik memusatkan pada kondisi internal, dan
integrasi. Kondisi ini mirip sebuah keluarga besar.
26
2. Empat Tipe Budaya Organisasi (Sethia dan Glinow (dalam Collins dan Me Laughlin, 1996:
760-762))
Apathetic Culture
Dalam tipe ini perhatian anggota organisasi terhadap hubungan antar manusia maupun
perhatian terhadap kinerja pelaksanaan tugas, dua-duanya rendah. Di sini
penghargaan diberikan terutama berdasarkan permainan politik dan pemanipulasian
orang-orang lain.
Caring Culture
Budaya organisasi tipe ini dicirikan oleh rendahnya perhatian terhadap kinerja dan
tingginya perhatian terhadap hubungan antar manusia. Penghargaan lebih
didasarkan atas kepaduan tim dan harmoni, dan bukan didasarkan atas kinerja
pelaksanaan tugas.
Exacting Culture
Ciri utama tipe exacting Culture adalah bahwa perhatian terhadap orang sangat rendah,
tetapi perhatian terhadap kinerja sangat tinggi. Di sini seeara ekonomis,
penghargaan sangat memuaskan tetapi hukuman atas kegagalan yang dilakukan
juga sangat berat. Dengan demikian tingkat keamanan pekerjaan menjadi sangat
rendah.
Integrative Culture
Dalam organisasi yang memiliki budaya integrative, maka perhatian terhadap orang 27
maupun perhatian terhadap kinerja keduanya sangat tinggi.
3. Budaya Organisasi Publik di Indonesia
1. Pendahuluan
30
Perbedaan Dekonsentrasi dengan Desentralisasi
31
2. Prasyarat Pelimpahan Wewenang
32
Manfaat Pelimpahan wewenang:
Manfaat utamanya mendekatkan pelayanan pemerintahan kepada
masyarakat sehingga pelayanan menjadi lebih berkualitas, dan
mempersempit rentang kendali dari bupati/walikota kepada kepala
desa/lurah.
33
Peran pemerintah adalah pelayan sekaligus perantara kepentingan beberapa kelompok masya
rakat. Dengan kata lain, posisi pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik berubah dari
"dilayani" menjadi "melayani". (Denhardt & Denhardt: 2003).
34
3). Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan.
Tugas camat meliputi ... melakukan perencanaan kegiatan pelayanan kepada
masyarakat di kecamatan dan melakukan percepatan pencapaian standar
pelayanan minimal di wilayahnya.
4). Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.63/KEP /M.PAN/7 /2003
Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Hakekat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada
masyarakat. Penyelenggara pelayanan juga harus memiliki standar pelayanan
yang dipublikasikan sebagai jaminan kepastian bagi warga penerima pelayanan.
35
7). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tanggal 7
Februari 2007 Tentang Petunjuk Teknis Pcnyusunan dan
Penetapan Standar Pelayanan Minimal.
36
4. Perumusan Kebijakan Pelayanan Adinistrasi Terpadu
Kecamatan.
Secara garis besar, tahapan untuk mewujudkan pelayanan
administrasi terpadu kecamatan terdiri dari:
1) Kajian Awal Kesiapan Kecamatan
2) Lokakarya Visi & Misi Pelayanan Kecamatan
3) Lokakarya Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi)
4) Lokakarya Penyusunan Prosedur Tetap (Standard Operating
Procedure/SOP)
5) Mengefektifkan Komitmen
6) Sosialisasi Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan kepada
masyarakat
37
Langkah-langkah mewujudkan
pelayanan administrasi terpadu kecamatan
38
H. CITIZEN’S CHARTER DALAM PELAYANAN PUBLIK
1.Standar yang lebih tinggi : publikasi, dan bahasa yang jelas, standar ' layanan, pengawasan yang
lebih kuat dan independen, sebuah skema "tanda charter" untuk mengidentifikasi lembagalembaga
yang ada melalui term charterldana;
40
3. Tujuan Adanya Citizen’s Charter:
1)Untuk memberikan kepastian pelayanan yang meliputi waktu, biaya,
prosedur dan cara pelayanan.
41
4. Unsur pokok Citizen’s Charter
1). Visi dan Misi Pelayanan
2). Standar Pelayanan
3). Alur Pelayanan
4). Unit atau Bagian Pengaduan Masyarakat
5). Survey Pengguna Layanan
42
2) Seek the Public Interest: Administrasi Publik harus memberi
kontribusi untuk membangun sebuah kebersamaan, membagi
gagasan dari kepentingan publik, tujuannya adalah tidak untuk
menemukan pemecahan yang cepat, yang dikendalikan oleh
pilihan-pilihan individu. Lebih dari itu, adalah kreasi dari pembagian
kepentingan dan tanggungjawab.
3) Value Citizenship over entrepreneurship: Kepentingan publik adalah
lebih dimajukan oleh komitmen aparatur pelayanan publik dan
warga negara untuk membuat kontribusi lebih berarti daripada oleh
gerakan para manajer swasta sebagai bagian dari keuntungan
publik yang menjadi milik mereka.
4) Think Strategically, Act Democracally: Pertemuan antara kebijakan
dan program agar bisa dicapai secara lebih efektif dan berhasil
secara bertanggungjawab mengikuti upaya bersama dan proses
proses kebersamaan.
43
5) Recognized that Accountability is Not Simple: Aparatur pelayanan
publik seharusnya penuh perhatian lebih baik daripada pasar.
Mereka juga harus mengikuti peraturan perundangan dan
konstitusi, nilainilai masyarakat, norma-norma politik, standar-
standar profesional dan kepentingan warga negara.
6) Serve Rather than Steer. semakin bertambah penting bagi
pelayanan publik untuk menggunakan andil, nilai kepemimpinan
mendasar dan membantu warga mengartikulasikan dan
mempertemukan kepentingan yang menjadi bagian mereka lebih
daripada berusaha untuk mengontrol atau mengendalikan
masyarakat pada petunjuk baru.
7) Value people, not Just Productivity: Organisasi publik dan kerangka
kerjanya dimana mereka berpartisipasi dan Iebih sukses dalam
kegiatannya kalau mereka mengoperasikan sesuai proses
kebersamaan dan mendasarkan diri pada kepemimpinan yang
hormat pada semua orang.
44
6. MANFAAT CITIZEN’S CHARTER (Riyadi Soeprapto : 2005)
1)Bagi Pemerintah
45
2) Bagi Masarakat
Memberikan jaminan bahwa pelayanan publik akan menjadi lebih responsif, artinya dengan
citizen's charter penyelenggaraan pelayanan publik didasarkan pada kebutuhan nyata
masyarakat pengguna layanan sehingga terdapat kesesuaian antara pelayanan yang
diberikan dengan kebutuhan masyarakat.
Penghargaan terhadap martabat dan kedudukan masyarakat sebagai warga Negara yang
berdaulat (masyarakat sebagai subyek). Walaupun dalam tataran konsep dan normatif
skema Citizen’s Charter ini sangat ideal, namun implementasinya tidaklah bukan tanpa
halangan.
46