a. Penanaman
Setek dengan panjang tujuh ruas ditanam dalam lubang di dekat
panjatan, empat ruas berada dalam tanah dan tiga ruas di atas
tanah. Pohon panjat sudah harus ditanam setahun sebelum
penanaman lada agar dapat tumbuh dengan baik. Pohon panjat
umumnya ditanam dari setek sepanjang 1 – 1,5 m. Pohon
panjatan ditanam pada jarak sekitar 2,5 x 2,5 m. Dalam lubang
tanam sebaiknya diberi pupuk kandang sekitar 5 – 10 kg.
Petani Lampung mempunyai kebiasaan merendog tanaman
lada. Merendog adalah pekerjaan menurunkan kembali
tanaman lada yang berumur sekitar satu tahun ditanami
melingkar pohon panjat dan ujungnya diikatkan kembali ke
panjatan. Teknologi ini berguna untuk meningkakan produksi
lada dan meningkatkan ketahanan lada terhadap kekeringan
maupun penyakit akar.
b. Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pemeliharaan diantaranya penyiangan gulma,
pemangkasan, pemupukan dan penyulaman. Penyiangan gulma
dilakukan setiap 2 – 3 bulan sekali. Pemangkasan pohon
panjatan dilakukan 2 – 3 kali setahun. Pohon panjatan harus
dijaga ketinggiannya sekitar 4 – 6 m, pemangkasan akan
mendorong peningkatan produksi.
c. Panen
Tanaman lada mulai memberi hasil pada umur empat tahun,
selanjutnya produksi terus meningkat. Panen untuk lada hitam
dilakukan ketika buah sudah dengan 1 – 2 buah yang
menguning. Panen untuk lada putih dilakukan ketika buah
dalam malai sudah masak
d. Pascapanen
Kegiatan pascapanen utama lada meliputi pengolahan hasil
panen sampai didapatkan produk lada yang siap dipasarkan.
Buah lada dapat diolah menjadi lada hitam dan lada putih.
Untuk membuat lada hitam, buah lada yang baru dipanen
langsung diperam dengan cara ditimbun atau ditumpuk selama
2 – 3 hari. Selain dengan cara ditimbun, pemeraman buah lada
dapat dilakukan dengan cara direndam di dalam air panas
selama beberapa saat. Dalam keadaan diperam tersebut kulit
buah akan berubah warna menjadi hitam. Selanjutnya dijemur
di bawah sinar matahari langsung hingga kering. Dari
penjemuran akan dihasilkan buah lada yang berwarna hitam
kelam dengan kulit keriput. Setelah kering, seluruh buah yang
melekat pada tangkai malai dilepaskan dengan cara diinjak-
injak. Lalu lada dibersihkan dari segala kotoran.
Agro Industri
1. Hasil Olahan Lada
Agro Niaga
1. Biaya Pemasaran
Pada tingkat petani/produsen lada biaya yang dikeluarkan hanya dalam kegiatan
pemeliharaan (sebelum panen), panen, pembersihan dan angkut yang dinilai
berdasarkan harga jual lada. Adapun biaya tersebut
1. Retribusi Rp 3000/karung/50 Kg (Rp 100/Kg) ,
2. Sewa tempat 1 kali seminggu Rp 500/karung/50Kg.
Pada tingkat pedagang pengumpul biaya yang dikeluarkan meliputi ;
1. Angkutan Rp 8750/Karung/50 Kg (Rp. 175/Kg),
2. Penimbangan Rp 3750/karung /50 Kg (Rp.75/Kg),
3. Penyimpanan dan penjemuran Rp 5000/ karung /50 Kg (Rp 100/Kg).
Pada tingkat pedagang pengecer, biaya yang dikeluarkan meliputi ;
1. Bongkar muat/angkutan Rp 7500/karung/50 Kg (Rp 150/Kg),
2. Retribusi Rp 3000/karung (100 Kg).
PROSPEK PENGEMBANGAN
AGRIBISNIS LADA
1. Lahan Lahan Pertanian adalah sebuah lahan yang mencakup kondisi
tanah, iklim, hidrologi dan udara yang digunakan untuk
memproduksi tanaman pertanian atau melakukan pertenakan
hewan. Lahan pertanian adalah salah satu dari sumber daya
utama pada bidang pertanian. Luas tanaman lada provinsi Aceh
pada 2017 mencapai 1.185 ha (Sumber data BPS). Saat ini
daerah di Aceh yang mengembangkan lada adalah Aceh Besar,
Bireuen, Aceh Utara, Pidie, Lhokseumawe, dan Aceh Timur.
Namun, daerah terbesar yang membudidayakan lada adalah
Aceh Besar dengan luas lahan mencapai 50 hektare dan
Lhokseumawe seluas 30 hektare. Aceh sangat potensial untuk
pengembangan lada karena lahan kosong masih luas. Iklim di
Aceh juga cocok untuk tanaman ini. (Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Aceh). Sehingga prospek budidaya
tanaman lada masih sangat potensial di Aceh.
2. Tenaga Kerja
Lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan persentase penduduk yang bekerja terutama pada
Perdagangan besar dan eceran (1,56 persen poin), Jasa Pendidikan (0,85 persen poin), dan Administrasi
Pemerintahan (0,83 persen poin). Sementara lapangan pekerjaan yang mengalami penurunan utamanya
pada Pertanian (2,80 persen poin); Konstruksi (1,12 persen poin); serta Jasa Keuangan dan Asuransi (0,12
persen poin). Data BPS Aceh 2019
3. Harga