E.Tyas Saptoprabowo
Istilah
Common Law Civil Law (Indonesia)
Contract Kontrak
Agreement Sewa
Agree Perjanjian
Pact Persetujuan
Covenant
Perikatan
Treaty
2
Istilah Perikatan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
menggunakan istilah Perikatan =
“Verbintenis” dan Persetujuan =
“Overeenkomst”
Verbintenis berasal dari kata kerja Verbinden
yang artinya mengikat
Overeenkomst berasal dari kata kerja
“overeenkomen” yang artinya setuju atau
sepakat
Definisi Perikatan
Menurut Hofmann :
Suatu hubungan hukum antara sejumlah
terbatas subyek-subyek hukum sehubungan
dengan itu dengan seseorang atau beberapa
orang daripadanya mengikatkan dirinya untuk
bersikap menurut cara-cara tertentu terhadap
pihak lain, yang berhak atas sikap yang
demikian itu
Menurut Pitlo :
Perikatan adalah suatu hubungan hukum yang
bersifat harta kekayaan antara 2 orang atau
lebih, atas dasar mana pihak yang satu berhak
(kreditur) dan pihak lain berkewajiban
(debitur) atas sesuatu prestasi
Menurut Subekti :
Perikatan adalah suatu hubungan hukum
antara 2 pihak, yang mana pihak yang satu
berhak menuntut sesuatu dari pihak yang
lainnya yang berkewajiban memenuhi
tuntutan itu
Unsur-Unsur Perikatan
1. Hubungan Hukum
Hubungan hukum ialah hubungan yang
terhadapnya hukum meletakkan “hak” pada
1 pihak dan melekatkan “kewajiban” pada
pihak lainnya.
Perhatikanlah contoh sebagai berikut :
17
Menurut Ps. 1313 KUHPerdata
“Suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap suatu orang atau lebih lainnya”
18
Perjanjian
Dalam perjanjian setidak-tidaknya melibatkan 2
pihak:
Yaitu pihak yang mengajukan penawaran dan
pihak yang menerima penawaran tersebut
Dalam KUHPerdata disebutkan bahwa kedua
belah pihak itu adalah pihak yang berkewajiban
untuk melakukan prestasi (debitur) dan pihak yang
berhak menuntut terlaksananya prestasi tersebut
(kreditur)
19
Unsur – Unsur Perjanjian
1. Para Pihak ( Subjek)
2. Ada persetujuan yang bersifat tetap
3. Ada tujuan yang hendak dicapai
4. Ada prestasi yang dapat dilaksanakan
5. Ada bentuk tertentu ( Tulis/Lisan)
6. Ada Syarat-syarat tertentu sebagai isi perjanjian
PERBEDAAN PERIKATAN &
PERJANJIAN
Hakekat antara perikatan dan perjanjian pada
dasarnya sama, yaitu merupakan hubungan hukum
antara pihak-pihak yang diikat didalamnya, namun
pengertian perikatan lebih luas dari perjanjian,
sebab hubungan hukum yang ada dalam perikatan
munculnya tidak hanya dari perjanjian tetapi juga
dari aturan perundang-undangan.
perikatan selain dari Undang-undang, perikatan
dapat juga dilahirkan dari perjanjian. Dengan
demikian suatu perikatan belum tentu merupakan
perjanjian sedangkan perjanjian merupakan
perikatan
PERBEDAAN PERIKATAN &
PERJANJIAN
PERIKATAN adalah suatu PERJANJIAN adalah suatu
perhubungan hukum antara peristiwa dimana seorang
dua orang atau dua pihak, berjanji kepada seorang lain
berdasarkan mana pihak atau dimana dua orang itu
yang satu berhak menuntut saling berjanji untuk
sesuatu hal dari pihak lain, melaksanakan sesuatu hal.
dan pihak yang lain Dari peristiwa ini muncul
berkewajiban untuk perikatan.
memenuhi tuntutan itu.
perikatan selain mengikat perjanjian pada
karena adanya hakekatnya merupakan
kesepakatan juga hasil kesepakatan para
mengikat karena pihak, jadi sumbernya
diwajibkan oleh undang benar-benar kebebasan
undang, pihak-pihak yang ada
contohnya perikatan untuk diikat dengan
antara orangtua dengan perjanjian sebagaimana
anaknya muncul bukan diatur dalam Pasal 1338
karena adanya KUHPerdata.
kesepakatan dalam
perjanjian diantara ayah
dan anak tetapi karena
perintah undang-undang
Konsekuensi hukum Konsekuensi hukum
yang muncul dari yang muncul dari
tidak dipenuhinya perjanjian adalah
suatu prestasi dalam kesepakatan para
perikatan pihak, maka tidak
menimbulkan dipenuhinya prestasi
konsekuensi hukum dalam perjanjian
sebagai perbuatan menimbulkan ingkar
melawan hukum janji (wanprestasi)
(PMH).
Berdasarkan pemahaman tersebut jelaslah bahwa adanya
perbedaan pengertian antara perjanjian dan perikatan
hanyalah didasarkan karena lebih luasnya pengertian
perikatan dibandingkan perjanjian.
Artinya didalam hal pengertian perjanjian sebagai bagian
dari perikatan, maka perikatan akan mempunyai arti
sebagai hubungan hukum atau perbuatan hukum yang
mengikat antara dua orang atau lebih, yang salah satu
pihak mempunyai kewajiban untuk memenuhi prestasi
tersebut. Bila salah satu pihak yang melakukan perikatan
tersebut tidak melaksanakan atau terlambat melaksanakan
prestasi, pihak yang dirugikan akibat dari perbuatan
melawan hukum tersebut berhak untuk menuntut
pemenuhan prestasi atau penggantian kerugian dalam
bentuk biaya, ganti rugi dan bunga.
Sistematika Buku III
Sumber perikatan
Prestasi
Syarat sahnya perikatan
Bagian Umum (1233 – 1456) Wanprestasi
Keadaan memaksa
Bab 1 – Bab 4 Resiko s.d
hapusnya perikatan
Lex specialis derogat lex generali
BUKU III
Sumber :
Asas keb. Inominat o Peraturan Per UU
berkontrak o Kebiasaan
1319
Sistem terbuka
Pengaturan: Buku 3 KUH Pdt, 18 Bab (sejak
1950 stlh bab 7 ada bab 7a, jd ada 19 bab)
Pengaturan Hukum Perikatan
Buku ke III
Bab I s.d Bab IV tentang Perikatan Pada
Umumnya
Bab V s.d Bab VII tentang Perjanjian Khusus
Lihat pasal 1319 KUHPerdata
Ketentuan Bagian Umum berlaku juga pada
perjanjian-perjanjian yang diatur dalam KUHD
28
Sumber Perikatan
Kongret
Perjanjian (1313)
PERIKATAN
Ps. 1233 UU saja
UU 1354, 1359
Halal
Krn Prb Man.
PMH (1365)
29
3 Macam Prestasi (Ps. 1234 KUHPerdata)
1. Memberikan sesuatu (to Geven)
Macam Perjanjian
Macam-macam perjanjian dapat dilihat dari
KUHPerdata maupun doktrin hukum
30
Menurut Doktrin
Dilihat dari segi prestasi
Timbal Balik → saling memenuhi kewajiban utamanya
Timbal Balik Tidak Sempurna → saling memenuhi tetapi kewajiban tp
tidak seimbang. Misal perjanjian pemberian kuasa (ps. 1792-1808)
Perjanjian Sepihak → hanya 1 pihak yang mempunyai kewajiban. Misal
perjanjian hibah (ps. 1666)
Dilihat dari segi pembebanan
Perjanjian Tanpa Beban → perjanjian hibah (pemberi hibah tidak menarik
manfaat bagi dirinya sendiri)
Perjanjian Atas Beban (perjanjian yang mewajibkan masing-masing pihak
melakukan prestasi)
Dilihat dari segi kesepakatan
Perjanjian Konsesual → lahir pada saat tercapainya kata sepakat diantara
para pihak
Perjanjian Riel → lahir disamping kata sepakat juga diiikuti dengan
penyerahan barang
31
Macam-macam Perikatan
A. Perikatan murni (bersahaja)
B. Bersyarat → jika digantungkan pada suatu peristiwa tertentu yang akan datang dan
masih belum terjadi. Ada 2 macam:
1. Syarat tangguh
2. Syarat batal
C. Ketetapan waktu
D. Alternatif (manasuka)
E. Tanggung menanggung → Ps. 18 KUHD → firma, dikatakan tiap persero
bertanggung jawab secara tanggung menanggung untuk perikatan firma
F. Dapat dibagi/tidak dapat dibagi → prestasi dalam hal terdapat beberapa orang
debitur/kreditur
G. Ancaman hukuman → diwajibkan pada debitur untuk menjamin pelaksanaan
perikatannya, melakukan sesuatu perbuatan, jika perikatan tidak terpenuhi.
Ancaman hukum mengandung 2 maksud:
1. Untuk mendorong debitur melaksanakan kewajibannya
2. Membebaskan kreditur dari pembuktian tentang jumlah/besarnya kerugian
yang diderita.
32
Perikatan alam (Natuurlijke Verbintenis) → secara tegas tidak diatur
dalam KUHPerdata
Satu-satunya pasal yang menyebutkan adalah Ps. 1359 ayat (2) →
“Pembayaran yang tidak diwajibkan tidak boleh diminta kembali”
dengan perkataan lain yang tidak diwajibkan tetap menjadi hak kreditur
Perikatan alam adalah perikatan yang berada ditengah-tengah diantara
perikatan moral dan perikatan hukum → perikatan yang tidak sempurna,
tidak dapat dituntut dimuka hakim, “hutang ada, tp hak menuntut
pembayaran tidak ada” tergantung pada kemauan debitur, jika hutang
dibayar → menjadi perikatan hukum biasa, hutang pun hapus karena
pembayaran
Yang termasuk perikatan alam
Ps. 1788 KUHPerdata
Pembayaran bunga pinjaman yang tidak diperjanjikan
Sisa hutang pailit, setelah diadakan perjanjian perdamaian
33
Asas-asas penting dalam hukum perikatan
Sistem terbuka dan asas konsensualisme - Ps. 1338 (1)
• Sistem terbuka x sistem tertutup → berkaitan dengan aanvullend
recht (optinal law) atau hukum pelengkap
• Konsensualisme → lahir pada saat tercapai kata sepakat
o Pengecualiannya:
Perjanjian formal → formalitas tertentu. Misalnya perjanjian hibah akta notaris
Perjanjian riil ps 1740
Asas kebebasan berkontrak → kebebasan untuk menentukan isi
dan bentuk perjanjian
Asas kekuatan mengikat → asas yang menyatakan bahwa para
pihak terkait untuk melaksanakan isi perjanjian termasuk terikat
pada kebiasaan & kepatutan
34
Asas kepribadian → asas yang menyatakan bahwa perjanjian
berlaku bagi pihak yang mengadakan perjanjian itu sendiri
(Ps. 1315 jo 1340). Pengecualiannya ps. 1317
Asas itikad baik → ps. 1338 (3) → perjanjian harus
dilakukan dengan itikad baik. Itikad baik harus diartikan
objektif → maksudnya perjanjian didasarkan pada keadilan,
kepatutan, dan kesusilaan. Itikad baik dalam buku II
KUHPerdata → kejujuran subjektif
Pacta Sunt Servanda
Ps. 1338 ayat (1)
Asas Pacta Sunt Servanda berkaitan dengan akibat
perjanjian → adanya asas kepastian hukum
Pada asas ini tersimpul adanya larangan bagi para hakim
untuk mencampuri isi dari perjanjian
35
Syarat-syarat sahnya perjanjian
Kesepakatan (Consensus)
Subjektif
Kecakapan (Capacity)
36
Kesepakatan (Consensus)
37
Kecakapan (Capacity)
Subjek Hukum
Badan Hukum
38
Hal Tertentu (Certainty of Terms)
Pokok
Prestasi Objek Perjanjian
39
Sebab yang halal (legality)
Yang dimaksud dengan Sebab adalah isi perjanjian
itu sendiri, yang menggambarkan tujuan yang akan
dicapai oleh para pihak (Ps. 1377 KUHPerdata)
Isi dari perjanjian itu harus memuat suatu kausa
yang diperbolehkan atau legal (geoorloofde
oorzaak) yaitu:
1. Undang-undang
2. Ketertiban umum (openbare orde/public policy)
3. Kesusilaan (zenden/morality)
4. PATIHA (Kepatutan, Ketelitian, dan Kehati-hatian)
40
Pelaksanaan Perjanjian
Asas itikad baik (Ps. 1338 (3)) → dalam pelaksanaan prestasi
harus bersifat objektif → mengacu pada keadilan, kepatuhan,
dan kesusilaan
Harus memuat elemen dari perjanjian sesuai dengan Ps. 1339
dan 1347
o Isi perjanjian itu sendiri
o Kepatutan
o Kebiasaan
o UU
Dalam praktek di peradilan, urutannya menjadi
o Isi perjanjian
o UU
o Kebiasaan
o Kepatutan
41
Penafsiran
o Penafsiran → maksudnya untuk mengetahui maksud para pihak
yang membuat perjanjian
o UU memberikan pedoman:
Ps. 1342 → Penafsiran UU
Ps. 1347 → kebiasaan
Ps. 1348 → tentang kedudukan janji
Ps. 1349 → penafsiran jika ada keraguan
Ps. 1350 → kata perjanjian bersifat umum
Ps. 1351 → tentang pengurangan & pembatasan kekuatan perjanjian
Eksekusi riel
o Harfiah → pelaksanaan pemenuhan kewajiban debitur
o Yuridis → kreditur dapat mewujudkan sendiri prestasi yang
dijanjikan dengan biaya debitur berdasarkan kuasa yang diberikan
hakim, apabila debitur tidak melaksanakan prestasi
o Ps. 1234 hanya mengatur mengenai eksekusi riel berupa
Berbuat sesuatu
Tidak berbuat sesuatu
42
Tidak terlaksananya perjanjian
Terdapat dua alasan tidak terlaksananya suatu perjanjian, yaitu:
1. Wanprestasi
2. Overmacht atau keadaan memaksa
1. Wanprestasi
Pengertian → debitur tidak memenuhi apa yang diperjanjikan atau lalai
Bentuknya
1. Tidak melaksanakan perjanjian
2. Tidak sempurna melaksanakan
3. Terlambat melaksanakan
4. Melakukan hal yang tidak boleh
Ps. 1238 KUHPerdata debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah/akta sejenis
yang menyatakan lalai atau demi perikatannya
Hukuman (akibat) bagi debitur lalai
1. Ganti rugi
2. Pembatalan perjanjian/pelaksanaan perjanjian
3. Peralihan resiko
4. Membayar biaya perkara
43
Hukuman terhadap wanprestasi
Ad 1. ganti rugi Segala pengeluaran yang nyata-
nyata sudah dikeluarkan
Biaya
Rugi Bunga
45
2. Keadaan Memaksa (overmacht)
Overmacht/force majeur
Tiga unsur overmacht adalah
1. Tidak memenuhi prestasi
2. Ada sebab yang terletak diluar kesalahan debitur
3. Faktor penyebab itu tidak dapat diduga sebelumnya dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan kepada debitur
Dua ajaran tentang overmacht:
1. Ajaran yang objektif (de objektive overmachtsleer) atau absolut
Dalam keadaan memaksa
Unsur impossibilitas
2. Ajaran yang subjektif (de subjective overmachtsleer) atau relatif
Dalam keadaan memaksa
Unsur diffikultas
Bentuk keadaan memaksa
1. Bentuk umum → karena iklim, kehilangan, dan pencurian
2. Bentuk khusus → undang-undang, peraturan pemerintah, dan pemogokan
46
Hapusnya perikatan
Dalam praktek hapusnya perikatan:
Jangka waktunya berakhir
Dilaksanakan objek perjanjian
Kesepakatan dua belah pihak
Pemutusan secara sepihak
Adanya putusan pengadilan
48
Wanprestasi (prestasi buruk : bhs. Bld) :
Debitur tidak melakukan apa yang telah disepakati dalam perjanjian,
sehingga debitur wanprestasi (alpa / lalai / ingkar janji).
Kreditur tidak memperoleh apa yang telah dijanjikan oleh debitur karena
tidak melaksanakan kewajiban prestasinya.
Apabila tidak ada ketentuan dalam UU dan para pihak sendiri juga tidak
menentukan apa-apa, maka besarnya ganti rugi harus ditentukan
berdasarkan kerugian yang benar-benar terjadi.
Sebab Kahar (Force Majeure / overmacht) : keadaan memaksa
KUH Perdata tidak memuat suatu definisi atau pengertian atau ketentuan
umum mengenai apa yang dimaksud dengan keadaan memaksa (force
majeure).
Pasal 1244 KUH Perdata menamakan keadaan memaksa itu sebab yang
halal. Pasal 1245 KUH Perdata menamakan keadaan memaksa atau hal
kebetulan. Pasal 1444 KUH Perdata menamakan keadaan memaksa sebagai
hal kebetulan yang tidak dapat dikira-kirakan.
Karenanya, kreditur :
1. Tidak dapat menuntut agar perikatan itu dipenuhi
2. Tidak dapat mengatakan debitur berada dalam keadaan lalai dan
karena itu tidak dapat menuntut
3. Tidak dapat meminta pemutusan perjanjian;
Risiko :
Kewajiban utk memikul kerugian yg disebabkan peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak,
yg menimpa barang yg menjadi obyek perjanjian
–Subekti-
jual-beli :
perikatan untuk menyerahkan suatu hak kebendaan / barang (penjual) dan untuk
membayar harga (pembeli) yang telah disepakati (Pasal 1457 KUH Perdata).
Penyerahan benda / barang (Pasal 612, 613, dan 616 KUH Perdata) :
- bergerak (secara langsung, nyata, Pasal 612 KUH Perdata)
- tetap (balik nama, pasal 616 KUH Perdata melalui akta PPAT, UU 5/60 ttg Pokok Agraria )
- tidak bertubuh (melalui cessie, surat bawa/tunjuk, Pasal 613 KUH Perdata)
Hak dan Kewajiban Penjual :
Hak Penjual :
- menerima harga
Kewajiban Penjual :
- menyerahkan barang
- menanggung cacat tersembunyi atas barang
Hak dan Kewajiban Pembeli :
Hak Pembeli :
- menerima barang
- menyatakan pembatalan (Pasal 1518 KUHPerd)
Kewajiban Pembeli
- membayar harga barang
Risiko Dalam Kontrak Jual-Beli
Resiko Jual-Beli :
Terdapat 3 ketentuan :
1. Mengenai barang yg telah ditentukan, sejak saat pembelian risiko ada
pd pembeli (Pasal 1460 KUH Perdata, sdh tdk berlaku lagi menurut Surat
Edaran Mahkamah Agung / SEMA No. 3 Tahun 1963, 4 Agustus 1963)
2. Mengenai barang yg telah dijual menurut berat, jumlah, atau ukuran
(Pasal 1461 KUH Perdata), risiko ada pd penjual hingga barang
ditimbang
3. Mengenai barang yg dijual menurut tumpukan (Pasal 1462 KUH
Perdata), risiko ada pd pembeli.
Kesimpulan : slm barang blm diserahkan (levering) oleh penjual ke pembeli, risiko ada
pd penjual (pemilik sah), hingga diserahkan ke pembeli (beralihnya
kepemilikan, 1475 KUH Perdata)
Kontrak Sewa-Menyewa
sewa-menyewa :
perikatan untuk memberikan kenikmatan suatu benda / barang dalam waktu tertentu (dari
pihak yang menyewakan) dengan memperoleh pembayaran harga (dari pihak penyewa)
(Pasal 1548 KUH Perdata).
Penyerahan benda / barang hanya bersifat penyerahan kekuasaan atas suatu benda, tidak berarti
pengalihan hak milik.
Apabila tidak terdapat harga sewa, maka yang terjadi adalah perjanjian pinjam pakai.
Kewajiban Penyewa :
- memakai barang dengan sebaik-baiknya (sebagai bapak rumah yang
baik)
- membayar harga sewa (pada waktu dan cara yang disepakati)
- bertanggung jawab atas kerusakan yang ditimbulkan selama masa
sewa, kecuali dapat membuktikan bahwa kerusakan tsb terjadi di luar
kesalahannya
- mengembalikan barang sebagaimana pada saat diterima menurut
pertelaan
Resiko Sewa-menyewa :
Pasal 1553 KUH Perdata :
Jika selama waktu sewa, barang yg disewakan sama sekali musnah
karena peristiwa yang tak disengaja, perjanjian gugur demi hukum.
Gugur demi hukum : perjanjian dianggap tidak pernah ada (tdk ada dsr
perikatan utk menuntut krn tdk memiliki akibat hukum, tdk ada hak &
kewajiban / null and void)
Kesimpulan : risiko barang yg disewakan dipikul oleh pemilik barang /
pihak yg menyewakan (Pasal 1553 KUH Perdata)
Kontrak Tukar-Menukar
Tukar Menukar :
Pasal 1541 KUH Perdata :
Perikatan untuk saling memberikan suatu barang secara bertimbal balik, sebagai gantinya
suatu barang lain.
Obyek : barang dan barang (misalnya pesawat IPTN Indonesia dengan
beras ketan dari Vietnam)
Yg dpt ditukarkan :
segala sesuatu yg dpt dijual
Syarat :
harus pemilik barang pd saat penyerahan barang (levering / transfer of ownership, Pasal
1475 KUH Perdata)
Apbl salah satu pihak telah menerima barang yg ditukarkan kepadanya, dan ternyata
kemudian pihak tsb dpt membuktikan bhw pihak lain bukan pemilik brg, pihak tsb tdk dpt
dipaksa menyerahkan brg yg telah dijanjikan, melainkan hanya mengembalikan brg yg tlh
diterima.
Resiko Dalam Kontrak Tukar-Menukar
Apbl seseorg yg tlh mnrm brg dlm tukar-menukar, kemudian krn dihukum hrs
menyerahkan / melepaskan brg tsb ke org lain, seseorg tsb diberi hak utk memilih (Pasal
1544 KUH Perdata) :
1. Menuntut penggantian biaya, rugi, dan bunga dari pihak lawan, atau
2. Menuntut pengembalian barang yg telah diberikan
Pengembalian terbatas brg yg masih dimiliki
Risiko Tukar-menukar :
Pasal 1545 KUH Perdata :
Apbl brg yg diperjanjikan utk ditukarkan musnah di luar kesalahan pemiliknya,
perjanjian dianggap sebagai gugur, pihak yg telah memenuhi perjanjian dpt menuntut
kembali brg yg telah diberikan.
Pasal 1546 KUH Perdata :
Semua ketentuan dlm perjanjian jual-beli berlaku pula thd perjanjian tukar-menukar
Kesimpulan : risiko barang yg ditukarkan dipikul oleh masing-masing
pemilik barang
SIMULASI
Kasus :
A pergi ke Toko Yayaya yang menjual TV. A berkeinginan untuk membeli TV merek XYZ
tipe KLM buatan PQR. Akhirnya tercapai kesepakatan antara A dan B (penjual / pemilik
Toko Yayaya) mengenai harga dan barang (TV) yang akan dibeli A.
TV merek XYZ tipe KLM buatan PQR akan langsung diserahkan oleh B bersamaan
dengan pembayaran. A dan B sepakat bahwa TV merek XYZ tipe KLM buatan PQR akan
dibawa (diangkut) sendiri oleh A.
Sebelum pembayaran dan penyerahan TV merek XYZ tipe KLM buatan PQR
dilaksanakan, A minta waktu untuk pergi meninggalkan Toko Yayaya dan akan kembali
beberapa jam lagi, untuk mencari peralatan yang kebetulan tidak dijual di Toko Yayaya.
Bersamaan dengan itu, datang C ke Toko Yayaya yang juga hendak membeli TV.
Selanjutnya, terjadi transaksi yang sama atas TV merek XYZ tipe KLM buatan PQR, yang
langsung dibayar sekaligus diterima C.
Begitu A kembali dan akan melaksanakan pembayaran atas pembelian TV merek XYZ tipe
KLM buatan PQR, TV tersebut sudah tidak ada lagi. B berjanji akan memenuhi
kewajibannya, namun membutuhkan beberapa
jam dengan alasan barangnya harus diambil ke gudang. Namun A tidak bisa menerima
alasan B tersebut. A tidak mau menunggu dan tetap menghendaki TV merek XYZ tipe
KLM buatan PQR dan mengatakan bahwa tsb telah ditawarkan kepada D dengan harga
yang lebih tinggi serta sudah terjadi kata sepakat.
Ilustrasi :
menjual menawarkan
B A D
me
nju
al
+m
en
yer
ah
ka
n
C
Pertanyaan & persoalan :
1. Apakah kesepakatan antara A dan b merupakan perjanjian jual beli yang sah dan
mengikat ? Mengapa ?
2. Apakah A dalam hal ini dapat menggugat B, sedangkan A sama sekali belum
membayar harga barang ?
3. Apakah jual-beli antara B dan C sah ?
4. Apakah A dapat menggugat C yang telah mengambil TV yang telah dipilihnya ?
5. Apakah tindakan A yang menawarkan barang orang lain yang bukan miliknya kepada
D dapat dibenarkan ?
6. Apakah mungkin para pihak, terutama B, memenuhi transaksi yang disepakati semula
?
7. Seandainya A telah melakukan pembayaran kepada B, apakah A sudah menjadi
pemilik TV tersebut ?
8. Bagaimana seandainya yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu B telah menyerahkan TV
tsb kepada A, tetapi A belum melakukan pembayaran ? Apakah A sudah sebagai
pemilik atau belum ?