RESIKO
LINGKUNGAN
Ghozi Faiz Habibhi 25317006
M. Rizky Adrian 25317034
PENDAHULUAN
• Pengolahan aki bekas telah banyak
dilakukan oleh Industri skala kecil di
Jawa Barat, khususnya yang sedang
menjadi isu penting adalah tingginya
pencemaran Pb (Timbal) pada Industri
Peleburan Aki Bekas di Bogor Jawa
Barat
(Sumber: Kompas.com).
PENDAHULUAN
• UNEP (2010) menyebutkan • Timbal merupakan jenis polutan
bahwa, pengolahan aki bekas yang dapat mengakibatkan dampak
merupakan sumber utama akut maupu kronis terhadap
kesehatan manusia. Sifat dari timbal
dari pemerolehan timbal
adalah tidak dapat terikat bersamaan
secara sekunder, namun dengan unsur lain sehingga memiliki
disisi lain juga memiliki resiko kemampuan untuk bersirkulasi ke
yang sangat besar bagi seluruh jaringan tubuh. Pada orang
terjadinya paparan timbal dewasa timbal dapat berdampak
dari dalam bentuk debu pada penyakit serangan jantung
yang terinhalasi (fumes & (cardiotic), dan hipertensi,
vapours). sementara pada anak-anak terjadi
gangguan dan kelainan otak (Lubis
dan Suseno, 2012).
PROSES PENGOLAHAN AKI BEKAS
TAHAPAN: SCRAP PRETREATMENT:
AKI BEKAS
(MENGANDUNG 8,2 Kg - SCRAP PRETREATMENT - PEMBONGKARAN
TIMBAL) - SMELLING - PENGHANCURAN
- REFINING - PEMANASAN AKI
SMELLING:
REFINING:
- MELELEHKAN TIMBAL
• PENGHALUSAN DAN MEMISAHKAN
• ALLOYING TIMBAL DARI
• OKSIDASI KONTAMINAN LOGAM
DAN NON LOGAM
METODE ANALISIS RESIKO
Menurut Soemirat (2013) sebaiknya analisis risiko dilakukan dalam lima fase, yaitu identifikasi bahaya,
analisis paparan, analisis dosis-respons, karakterisasi risiko, dan manajemen risiko, yaitu:
IDENTIFIKASI BAHAYA
Karakteristik dan Sifat Kimia Timbal
Toksikologi Timbal
Perhitungan Nilai HQ
2
)
4
0,5 3–5
1,0 6 – 10
2,0 12 – 20
5,0 30 – 50
10,0 60 – 100
TOKSIKOLOGI TIMBAL
• Timbal yang telah diserap, 99 % nya akan • Timbal juga dapat menyerang kedalam tulang,
beredar kedalam peredaran darah terikat pada untuk orang dewasa timbal dapat tersimpan
eritrosit selama 30 – 35 hari (hanya 1% saja dari didalam tulang sebanyak 80-95%, sedangkan pada
timbal yang diserap dan ditemukan dalam anak-anak 70%, sehingga pada anak-anak jaringan
plasma dan serum). Kemudian timbal dalam lunak yang lebih diserang oleh timbal dibandingkan
darah tersebut tersebar ke jaringan-jaringan orang dewasa (Philip, 1994). Waktu paruh timbal
lunak didalam tubuh, seperti hati, korteks didalam tulang adalah 20-30 hari, oleh karena
perombakan timbal dalam tulang terjadi secara
ginjal, aorta, otak, paru-paru, limpa, gigi dan
lambat, maka timbal dalam tulang akan meningkat
tulang selama 4-6 minggu setelahnya. Karena
secara signifikan sejalan dengan bertambahnya
waktu paruh timbal hanya 15 hari dalam aliran usia. Rata-rata konsentrasi timbal pada tulang
darah, maka timbal didalam darah tidak dapat remaja adalah 3 µg/g, 17 µg/g untuk orang
digunakan untuk mendiagnosa sebagai bukti dewasa usia 30 – 50 tahun dan 30 µg/g untuk
paparan yang terjadi bila lebih dari enam orang dewasa diatas usia 70 tahun (Witmers,
minggu sebelum tes (Rabinowitz, 1976). 1998).
EKSRESI DAN METABOLIT PADA HATI
Timbal Anorganik Timbal Organik
• Tidak mengalami metabolisme • Mengalami metabolisme
ketika dieksresikan, terutama dealkilasi oksidatif menjadi
dalam urin. metabolit yang sangat
• Jalurnya adalah kedalam empedu, neurotoksik, yaitu trietil dan tri-
cairan lambung dan air liur. metil-timbal.
• Pada hati, reaksi ini dikatalis oleh
enzim sitokrom P450-dependent
monooxygenase (Kimmel, 1974).
Timbal juga dapat dikeluarkan melalui kuku dan keringat (Hohnadel, 1973)
EFEK TOKSIK DARI TIMBAL
Gejala Keracunan Timbal
Secara Umum Pada Anak-anak
1 Stasiun A 0.000001689
2 Stasiun B 0.000000864
dimana :
3 Stasiun C 0.000000781
C : Kadar unsur (ppm)
4 Stasiun D 0.000001289
5 Stasiun E 0.0004
PERHITUNGAN NILAI HQ
Tabel Perhitungan Nilai HQ Tiap Stasiun
NO Titik sampling Nilai HQ Pb (mg/kg-hari)
1 Stasiun A 0.27
Kinetika Pb di ligkungan
ANALISIS PAJANAN
Perhitungan Intake
Intake merupakan pajanan apabila telah dinormalisasi dengan waktu dan berat badan. Soemirat (2013)
mengatakan bahwa perhitungan intake perlu dilakukan untuk perkiraan dosis yang diterima seseorang, agar dapat
dievaluasi hubungan pajanan dengan dosis dan respons.
I (mg/kg-h) =
Intake Stasiun A =
= 0,00011 mg/kg.hari
ANALISIS PAJANAN
• CA = nilai CA didapat dari konsentrasi timbal Pb 0.000001689 mg/L diubah
menjadi mg/m3 yaitu 0. 001689 mg/m3.
• IR = nilai IR didapat dari 20 m3/hari diubah menjadi m3/jam (dibagi 24 jam)
sehingga nilai yang didapat adalah 0,83 m3/jam.
• ET = nilai ET adalah nilai asumsi industri tersebut bekerja, yaitu selama 8 jam/hari
• EF= Nilai EF didapat dari 5 hari kerja dikali dengan jumlah minggu selama 1 tahun,
yaitu 48 minggu. Sehingga nilai yang didapat adalah 240 hri/tahun.
• ED = Nilai ED didapat dari nilai EF dikali 10 tahun pajanan (asumsi) dibagi dengan
365 hari, sehingga didapat nilai 6,6 tahun.
• BB = Nilai BB diasumsikan yaitu 70 kg
• AT = Nilai AT didapat dari niali ED x 365 hari jadi nilai yang didapat 2400 hari.
ANALISIS PAJANAN
Tabel 6. Perhitungan Nilai Intake
Konsentrasi Laju Waktu Frekuensi Durasi Berat Rerata
kontaminan Inhalasi Pajanan Pajanan (EF) Pajanan Badan Waktu Intake (I)
(CA) (IR) (ET) (hri/tahn) (ED) (BB) (AT) (mg/kg-h)
(mg/m3) (m3/jam) (jam/hri) (Lifetime) (tahun) (kg) (hari)
Stasiun A 0.001689 0.83 8 240 6.6 70 2400 0.00011
Stasiun B 0.000864 0.83 8 240 6.6 70 2400 0.00005
Stasiun C 0.000781 0.83 8 240 6.6 70 2400 0.00005
Stasiun D 0.001289 0.83 8 240 6.6 70 2400 0.00008
Stasiun E 0.001418 0.83 8 240 6.6 70 2400 0.00009
terutama pada hubungan antara dosis paparan internal ( seperti dalam darah, urin, dan tulang) dengan
efek pada biomarker, dimana memiliki signifikansi yang besar untuk batas paparan biologis timbal.
• Masci dan rekan (1998) melaporkan bahwa tingkat paparan timbal (timbal udara 0,0015 - 0,0240 mg/m3)
dapat berpengaruh terhadap sintesis hemoglobin. Kemudian beberapa penelitian telah melaporkan bahwa
orang dewasa dengan BLL (blood lead levels) 25-60 μg / dL dapat menunjukkan gejala nonspesifik,
termasuk iritabilitas, kelelahan, sakit kepala, gangguan tidur, menurunnya libido, dan depresi (Wu et al,
2016).
ANALISIS DOSIS RESPONS
Studi mengenai analisis dosis –respons antara paparan timbal dengan gangguan kesehatan
yang ditimbulkan telah dilakukan diantaranya oleh Wu dkk (2016) kepada pekerja di salah
satu smelter di Cina.
40
35
Dosis kumulatif
Jumlah pekerja (N) Jumlah pekerja yang mengalami gejala 25
(mg.y/m3)
keracunan timbal (N)
20
0- 913 68
2- 79 22 15
4- 37 13
10
6- 25 6
8- 27 9 5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Korelasi antara dosis kumulatif debu timbal (lead dust) dengan gejala keracunan timbal (lead poisoning)
ANALISIS DOSIS RESPONS
35
30
25
4- 37 7
6- 25 6 10
8- 27 8
5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Korelasi antara dosis kumulatif debu timbal (lead dust) dengan jumlah abnormal ZPP
ANALISIS DOSIS RESPONS
70
60
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Korelasi antara dosis kumulatif uap timbal (lead fumes) dengan gejala keracunan timbal (lead poisoning)
ANALISIS DOSIS RESPONS
40
35
30
0- 441 83
15
1- 148 37
2- 47 17 10
3- 28 10
5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Korelasi antara dosis kumulatif uap timbal (lead fumes) dengan jumlah abnormal ZPP
ANALISIS DOSIS RESPONS
Nilai BMD dan BMDL dari konsentrasi paparan debu dan uap timbal untuk efek lead poisoning dan abnormal ZPP
Tabel 12. Karakterisasi risiko paparan timbal akibat aktivitas industry peleburan aki (PT.X)
Masih memenuhi baku mutu menurut Keputusan Menteri RI Nomor 261 Tahun 1998 yaitu 0,1
mg/m3
Nilai HQ < 1. Kesimpulan yang didapatkan adalah masyarakat sekitar tidak mendapat keadaan
bahaya dari adanya timbal (Pb) yang terinhalasi.
MANAJEMEN RESIKO
Untuk masyarakat sudah aman karena nilai HQ
nya <1. Namun bagaimana dengan pekerja ??
timbal dari industri peleburan aki (PT.X) di Kabupaten Bogor, maka dapat disimpulkan bahwa :
• Konsentrasi timbal pada udara di setiap titik sampling sekitar wilayah PT.X masih memenuhi baku mutu menurut
• Setiap titik sampling memiliki nilai HQ (Hazard Quotient) dibawah 1 yang menunjukan bahwa masyarakat sekitar
belum mendapat keadaan bahaya dari adanya paparan timbal (Pb) melalui jalur inhalasi.
• Walaupun demikian, upaya pencegahan perlu untuk tetap dilakukan karena sudah terbukti bahwa paparan timbal
melalui jalur inhalasi memiliki potensi menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan pada proses sintesis
hemoglobin, iritabilitas, kelelahan, sakit kepala, gangguan tidur, menurunnya libido, serta depresi.
DAFTAR PUSTAKA
Baltrop, D. and Meek, F. 1979. Effect of particle size on lead absorption from the gut. Arch Environ Health (34) : 280 – 285.
Bogden, J.D., Gertner S.B., and Christakos, S. 1992. Dietary calcium modifies concentrations of lead and other metal and renal calbidin in rats. Journal Nutrition (122) : 1351 –
1360.
Clayton and George. 1981. Patty’s Industrial Hygiene and Toxicology. New York.
EPA. 1997. Lead in Paint, Dust, and Soil. Environmental Protection Agency. USA.
Hohnadel, D.C., Sunderman, F.W., Nechay, M.W., and McNeely, M.D. 1973. Atomic absorption spectrometry of niekel, cooper, and lead in sweat collected from healthy subjects
during sauna bathing. Cli Chem (19) : 1288 – 1292.
Kimmel, E.C., Eish, R.H., and Casida, J.E. 1977. Metabolism of organotin compunds in microsomal monooxygenase systems and in mammals. J Agric Food Chem (25) : 1-9.
Lubis, Erwansyah, dan Suseno. 2002. Penyerapan Timbal oleh Tanaman Berakar Gantung. Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif.
Lubran, M.M. 1980. Lead Toxicity and Heme Biosynthesis. Analysis Clinic Laboratorium Science.
Markowitz, M. 2000. Lead Poisoning. Pediatr Rev (21) : 327 – 335.
Masci, O., Carelli, G., Vinci, F., and Castellino, N. 1998. Blood lead concentration and biological effects in workers exposed to very low lead levels. J. Occup. Environ. Med (40) :
886–894
Needleman, H. 2004. Lead Poisoning. Annu Rev Med (55) : 209 – 222.
DAFTAR PUSTAKA
Papanikolaou, N.C., Hatzidaki, E.G., and Belivanis, S. 2005. Ecad toxicity update : A Brief Review. Med Sci Monit (11) : 329 – 336.
Patrick, L.N. 2006. Lead toxicity : A Review of the Literature. Thorne Research Vol 11 (1)
Phillip, A.T. and Gerson, B. 1994. Lead Poisoning : Incidence, etiology, and toxykinetics. Clin Lab Med (14) : 423 – 444.
Rabinwitz, M.B., Wetherill, G.W., and Kopple, J.D. 1976. Kinetic analysis of lead metabolism in healthy humans. Clin Invest (58) : 260 – 270.
Sax, N.I. and Lewis, R.J. 1989. Dangerous Properties of Industrial Materials. Van Nostrand Reinhold. New York
Soemirat, J. 2013. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
UNEP. 2010. Secondary Lead Smelter : Press Release. United Nations Environmental Protection.
Waldbott and George, L. 1973. Health Effect of Environmental Pollutants. Mosby, Saint Louis.
Wittmers, E.E., Aufderheide, A.C., and Wailgren, J. 1988. Distribution of lead in the human skeleton. Arch Environ Health (43) : 381 – 391.
Wu, Y., J. Gu., Y. Huang, Y. Duan, R. Huang, and J. Hu. 2016. Dose-Response Relationship between Cumulative Occupational Lead Exposure and the Associated Health
Damages: A 20-Year Cohort Study of a Smelter in China. International Journal of Environmental Research and Public Health (13) : 328 – 339.
TERIMA KASIH