Kelompok 9
Kelompok 9
SKENARIO 1 BLOK 14
Drg.Amy Nindia Carabelly,M.Si
-Kelompok 9-
ANGGOTA :
Ada. Rasa nyeri, gigitan terbuka serta keadaan tidak bisa membuka mulut sama-sama
dikarenakan keadaan yang terganggu pada regio condylus sinistra beserta otonya.
6. Merasa terasa nyeri di sebelah kiri sedangkan yang terbentur adalah sebelah kanan?
Karena keadaan anatomis tulang dari condylus lebih tipis daripada simfis, sehingga apabila
dagu dari daerah yang beserangan cedera akan mempengaruhi keadaan condylus daerah
berlawanan.
8. Bagaimanakah prognosisnya?
Tergantung pada banyaknya daerah atau regio yang terkena benturan. Semakin sedikit
daerah yang cedera maka semakin baik prognosisnya.
PROBLEM TREE
PROBLEM TREE
Definisi
Penatalaksanaan
Klasifikasi
Pemeriksaan
Etiologi Penunjang
Epidemiologi Prognosis
Patogenesis
Komplikasi
SASARAN BELAJAR
SASARAN BELAJAR
SUBJECTIVE
Mendapatkan riwayat yang adekuat dari korban trauma adalah sulit karena biasanya
mereka tidak mampu memberi respon dengan baik. Keadaan tidak sadar (koma), syok,
amnesia, dan intoksikasi merupakan hambatan yang sering terjadi dalam menjalin
komunikasi dengan pasien. Sumber terbaik yang dapat dipergunakan adalah keluarga dekat
yang menemaninya, temannya, PPPK, polisi, pekerja pada UGD. Tanggal, waktu, tempat
kejadian, dan peristiwa khusus dicatat.
Lima pertanyaan yang harus diketahui untuk mengetahui riwayat penyakit pasien penderita
fraktur maksilofasial ialah:
1. Bagaimana kejadiannya?
2. Kapan kejadiannya?
3. Spesifikasi luka, termasuk tipe objek yang terkena, arah terkena, dan alat
yang kemungkinan dapat menyebabkannya?
4. Apakah pasien mengalami hilangnya kesadaran?
5. Gejala apa yang sekarang diperlihatkan oleh pasien, termasuk nyeri, sensasi,
perubahan penglihatan, dan maloklusi?
SOAP
SUBJECTIVE
Evaluasi menyeluruh pada sistem, termasuk informasi alergi, obat-
obatan, imunisasi tetanus terdahulu, kondisi medis, dan pembedahan
terdahulu yang pernah dilakukan. Jejas pada sepertiga wajah bagian atas
dan kepala biasanya menimbulkan keluhan sakit kepala, kaku di daerah
nasal, hilangnya kesadaran, dan mati rasa di daerah kening. Jejas pada
sepertiga tengah wajah menimbulkan keluhan perubahan ketajaman
penglihatan, diplopia, perubahan oklusi, trismus, mati rasa di daerah
paranasal dan infraorbital, dan obstruksi jalan nafas. Jejas pada sepertiga
bawah wajah menimbulkan keluhan perubahan oklusi, nyeri pada rahang,
kaku di daerah telinga, dan trismus.
SOAP
OBJECTIVE
Pemeriksaan klinis dilakukan diseluruh wajah yang terlihat,
meliputi mandibula, maksila, Krista zigomatikoalveolaris,
cincin orbita, sutura frontozigomatikus, prosesus zigomatikus,
atap orbita,, hidung, telinga, daerah sendi rahang, dan
keseluruhan daerah intraoral.
SOAP
OBJECTIVE
1. Pemeriksaan leher dan kepala
Merupakan pemeriksaan awal dan sering kali sangat bermanfaat.
Luka-luka pada wajah dicatat mengenai lokasi, panjang, kedalaman dan
kemungkinan terlibatnya struktur dibawahnya seperti arteri, saraf, dan
glandula saliva.
Edema fasial diobservasi, dan dievaluasi karena ini bisa merupakan
tempat yang terkena benturan/ trauma atau merupakan tanda adanya
kerusakan struktur dibawahnya misalnya hematom, fraktur atau keduanya,
setiap deformitas tulang yang nyata, perdarahan atau kebocoran cairan
serebrospinal hendaknya dicatat.
Palpasi secara hati-hati dimulai dari bagian belakang kepala dan
cranium diselidiki akan adanya luka serta injuri tulang. Kemudian jari-jari
dirabakan pelanpelan diatas tulang zigomatik dan lengkungnya, dan
disekeliling pinggiran orbita. Tempat-tempat yang terasa lunak, deformitas
step, dan mobilitas yang tidak normal hendaknya diperhatikan.
SOAP
OBJECTIVE
2. Pemeriksaan syaraf-syaraf cranial
Nervus cranialis (III, IV, V, VI,VII) dites untuk mengetahui
apakah terjadi palsi, dapatkah pasien mengangkat alis dan
meretraksi sudut mulut, apakah bola mata bisa bergerak
bebas, dan apakah pupil bereaksi terhadap sinar.
Apabila bila pasien sadar, penglihatan diuji pada masing-
masing mata. Kemudian pasien diminta mengikuti jari dokter
klinik dengan matanya dan diminta memberi tahu jika terjadi
diplopia (penglihatan dobel). Dan dibuat catatan kalau terjadi
perubahan ukuran pada kedua pupil, dan reflex terhadap
cahaya juga harus diuji.
SOAP
OBJECTIVE
3. Pemeriksaan wajah bagian tengah
Pemeriksaan regio atas dan tengah wajah dipalpasi untuk melihat
adanya kerusakan di daerah sekitar kening, rima orbita, area nasal atau
zigoma. Penekanan dilakukan pada area tersebut secara hati-hati untuk
mengetahui kontur tulang yang mungkin sulit diprediksi ketika adanya
edema di area tersebut. Untuk melihat adanya fraktur zigomatikus kompleks,
jari telunjuk dimasukan ke vestibula maksila kemudian palpasi dan tekan
kearah superior lateral. Jaringan lunak yang menutupi digeser dan sutura
dipalpasi apakah terjadi kelainan atau tidak. Cincin infraorbitali dipalpasi dari
medial ke lateral untuk mengevaluasi sutuira zygomaticomaxillaris.
Bagian-bagian yang mengalami nyeri tekan dan baal akan dicatat,
karena hal ini menunjukkan adanya fraktur atau cedera pada syaraf. Arkus
zigomatikus dipalpasi bilateral dan diamati apakah terdapat tanda-tanda
asimetri dari aspek posterior atau superior. Vestibulum nasi juga diperiksa
karena bisa terjadi pergeseran septum dan adanya perdarahan arau cairan.
SOAP
OBJECTIVE
4. Pemeriksaan Mandibula
Lokasi mandibula terhadap maksila dievaluasi apakah tetap
digaris tengah, terjadi pergeseran lateral atau inferior. Pergerakan
mandibula juga dievaluasi dengan cara memerintahkan pasien
melakukan gerakan-gerakan tertentu, dan apabila ada penyimpangan
dicatat. Kisaran gerak dievaluasi pada semua arah dan jarah
interinsisal dicatat.
Apabila ada meatus acusticus externus penuh dengan darah dan
cairan, jari telunjuk dapat dimasukkan dengan telapak mengarah ke
bawah dan kedepan untuk melakukan palpasi terhadap caput
condylus pada saat istirahat dan bergerak. Pada fraktur subcondylus
tertentu, bisa dijumpai adanya nyeri tekan yang amat sangat atau
caput mandibula tidak terdeteksi. Tepi inferior dan posterior
mandibula dipalpasi mulai dari processus condylaris sampai ke
symphisis mandibula.
SOAP
OBJECTIVE
Pemeriksaan mandibula dengan cara palpasi ekstraoral semua area
inferior dan lateral mandibula serta sendi temporomandibular. Pemeriksaan
oklusi untuk melihat adanya laserasi pada area gingiva dan kelainan pada
bidang oklusi. Untuk menilai mobilisasi maksila, stabilisasi kepala pasien
diperlukan dengan menahan kening pasien menggunakan salah satu tangan.
Kemudian ibu jari dan telunjuk menarik maksila secara hati-hati untuk
melihat mobilisasi maksila.
SOAP
OBJECTIVE
5. Pemeriksaan mulut
Oklusi adalah hal pertama dilihat secara intraoral, dataran oklusal dari
maksila dan mandibula diperiksa continuitas, dan adanya step deformitas.
Bagian yang giginya mengalami pergerakan karena trauma atau alveoli yang
kosong karena gigi avulsi juga dicatat. Apabila pasien menggunakan protesa,
maka protesa tersebut harus dilepas dan diperiksa apakah ada kerusakann
atau tidak. Jaringan lunak mulut diperiksa dalam kaitannya dengan luka,
kontinuitas, abrasi, ekimosis, dan hematom. Lidah disisihkan, sementara itu
dasar mulut dan orofaring diperiksa, apakah terdapat serpihan-serpihan gigi,
restorasi, dan beku darah. Arkus zygomatikus dan basisnya dipalpasi bilateral.
Maksila harus dicoba digerakkan dengan memberi tekanan pada prosesus
alveolaris sebelah anterior dengan tetap menahan kepala. Dan gigi-gigi dan
prosesus alveolaris dipalpasi untuk mengetahui nyeri tekan atau mobilitas.
SOAP
Tanda-tanda Fraktur
· Rasa sakit
· Pembengkakan, hematoma.
· Gangguan fungsi (function laesa), misalnya trismus, gangguan saat
menelan, ataupun bicara
· Maloklusi
· Parastesi, misalnya pada daerah persyarafan n.alveolaris inferior pada
fraktur mandibula dan pada daerah persyarafan n.orbitalis pada fraktur
wajah.
DEFINISI
DEFINISI
Tipe injuri, arah dan besarnya trauma menjadi faktor utama penyebab
faktur maksilofasial. Sedangkan fraktur mandibula bisa terjadi pada kondilus,
ramus, angulus, basis, simpisis, alveolar dan yang paling jarang adalah fraktur
pada procesuss koronoideus.
Sari Caka Cindera. Prevalensi pasien fraktur mandibula yang dirawat di RSUD Malang. Universitas Jember. 2012
EPIDEMIOLOGI
EPIDEMIOLOGI
1. Fraktur Unilateral
Fraktur ini biasanya hanya tunggal, tetapi kadang terjadi lebih dari satu
fraktur yang dapat dijumpai pada satu sisi mandibula.
2. Fraktur Bilateral
Terjadi dari suatu kombinasi antara kecelakaan langsung dan tidak
langsung. Fraktur ini umumnya akibat mekanisme yang meyangkut angulus
dan bagian leher kondilar yang berlawanan atau daerah gigi kaninus dan
angulus yang berlawanan.
(Lanjutan…..)
3. Fraktur Multipel
Gabungan dari kecelakaan langsung dan tidak langsung dapat
menimbulkan terjadinya fraktur multiple . Pada umumnya fraktur ini terjadi
karena trauma tepat mengenai titik tengah dagu yang mengakibatkan fraktur
pada simpisis dan kedua kondilus
4.Fraktur Comminuted
Sering diakibatkan oleh kecelakaan langsung yang cukup keras pada
daerah fraktur, seperti pada kasus kecelakaan terkena peluru saat perang.
Dalam sehari-hari fraktur ini sering terjadi ada daerah simpisis dan
parasimfisis.
1. Fraktur kelas 1
Gigi terdapat di 2 sisi fraktur, penanganan pada fraktur kelas
1 ini dapat melalui interdental wiring (memasang kawat pada
gigi).
2. Fraktur kelas 2
Gigi hanya terdapat di salah satu fraktur.
3. Fraktur kelas 3
Tidak terdapat gigi di kedua sisi fraktur, pada keadaan ini
dilakukn melalui open reduction, kemudian dipasangkan plate
and screw, atau bisa juga dengan cara intermaxillary fixation.
Laub D, R. Facial Trauma, Mandibular Fractures. (2009)
KLASIFIKASI
1.Fraktur traumatik
-Trauma langsung (direk), Trauma tersebut langsung mengenai anggota tubuh
penderita.
-Trauma tidak langsung (indirek), Terjadi seperti pada penderita yang jatuh dengan
tangan menumpu dan lengan atas- bawah lurus, berakibat fraktur kaput radii atau
klavikula. Fraktur pendek. Fraktur juga dapat terjadi akibat tarikan otot seperti fraktur
patela karena kontraksi quadrisep yang mendadak.
3.Fraktur patologis
Pada tulang telah terjadi proses patologis yang mengakibatkan tulang tersebut rapuh
dan lemah. Biasanya fraktur terjadi spontan.
Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Purwanto dan Basoeseno. Cetakan I. Jakarta: EGC. 2012
KLASIFIKASI
2. Fraktur terbuka.
Kulit disekitar fraktur sobek sehingga fragmen tulang berhubungan
dengan dunia luar (bone expose) dan berpotensi untuk menjadi infeksi.
Fraktur terbuka dapat berhubungan dengan ruangan ditubuh yang tidak steril
seperti rongga mulut.
3. Fraktur Komplikasi.
Fraktur tersebut berhubungan dengan kerusakan jaringan atau struktur
lain seperti saraf, pembuluh darah, organ visera atau sendi.
Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Purwanto dan Basoeseno. Cetakan I. Jakarta: EGC. 2012
KLASIFIKASI
Ligamen yang
membatasi kondilus
Gerakkan yang tiba – tiba dari yaitu ligamen temporo-
Adanya trauma
kondilus ke jaringan mandibula bagian luar
ekstrinsik seperti
retrodiskal, sehingga kondilus obliq dan bagian dalam
pukulan dari dagu
bergerak ke posterior horizontal menahan
gerakan kondilus tiba –
tiba ke posterior
Terdiri atas:
Airway clear with C-Spine control,
Breathing-ventilation-oxygenation,
Circulation,
Disability-neurologic status, dan
Exposure-environment, body temperature
Sastrawan,Agus Dwi.Dkk. Penatalaksanaan Emergensi pada Trauma Oromaksilofasial disertai Fraktur Basis Kranii anterior. Majalah Kedokteran
Gigi Indonesia. Vol 3 No 2.2017
PENATALAKSANAAN
Sastrawan,Agus Dwi.Dkk. Penatalaksanaan Emergensi pada Trauma Oromaksilofasial disertai Fraktur Basis Kranii anterior. Majalah Kedokteran
Gigi Indonesia. Vol 3 No 2.2017
PENATALAKSANAAN
Breathing-ventilation-oxygenation,
Sastrawan,Agus Dwi.Dkk. Penatalaksanaan Emergensi pada Trauma Oromaksilofasial disertai Fraktur Basis Kranii anterior. Majalah Kedokteran
Gigi Indonesia. Vol 3 No 2.2017
PENATALAKSANAAN
Circulation,
• Circulation dengan pemasangan infus NaCl 0,9% 20
tetes per menit, untuk menjaga keadaan
hemodinamik pasien tetap stabil dan secara simultan
dilakukan pemeriksaan darah lengkap serta faktor
pembekuan darah.
Sastrawan,Agus Dwi.Dkk. Penatalaksanaan Emergensi pada Trauma Oromaksilofasial disertai Fraktur Basis Kranii anterior. Majalah Kedokteran
Gigi Indonesia. Vol 3 No 2.2017
PENATALAKSANAAN
Disability-neurologic status,
• Disability, neurologic status pada pasien dievaluasi
menggunakan GCS, pasien mampu membuka mata
spontan ukuran dan reaksi pupil tidak terdapat
tanda-tanda lateralisasi, motorik mampu mengikuti
perintah, dan komunikasi verbal Baik.
Sastrawan,Agus Dwi.Dkk. Penatalaksanaan Emergensi pada Trauma Oromaksilofasial disertai Fraktur Basis Kranii anterior. Majalah Kedokteran
Gigi Indonesia. Vol 3 No 2.2017
PENATALAKSANAAN
Sastrawan,Agus Dwi.Dkk. Penatalaksanaan Emergensi pada Trauma Oromaksilofasial disertai Fraktur Basis Kranii anterior. Majalah Kedokteran
Gigi Indonesia. Vol 3 No 2.2017
PENATALAKSANAAN
Tahap-tahap terapi :
· Reposisi : Mengembalikan letak fragmen ke posisi yang benar secara anatomi.
· Imobilisasi/ Retensi : Dapat menggunakan IDW, miniplat ataupun sekrup.
· Fiksasi : Tujuannya adalah agar fragmen yang telah direposisi dan mendapat
retensi tidak bergerak selama masa awal penyembuhan, fiksasi ini dapat
menggunakan metode fiksasi maksilomandibular.
· Mobilisasi : Mobilisasi dini sehabis fraktur penting untuk mencegah ankilosis
pada sendi rahang pada kasus fraktur kondilus, mengembalikan jalan nafas
orofaringeal dan mengembalikan rasa percaya diri pasien sehingga dapat
berkativitas dengan normal (fungsi social)
PENATALAKSANAAN
Keuntungan:
1. relatif aman
2. tidak ada cedera saraf & pembuluh darah yang terjadi
3. tidak ada komplikasi seperti infeksi atau bekas luka
Kerugian:
1. fiksasi jangka panjang dapat menyebabkan cedera pada jar periodontal,
mukosa bukal, OH buruk, ganguan pengucapan, gangguan pernapasan,
susah membuka mulut
Journal archive of plastic surgery, current concepts in the mandible condyl fracture magange II: open reduction versus closed reduction. Kang
young choi. 2012
PENATALAKSANAAN
Open Reduction
Perawatan fraktur dengan reduksi terbuka ialah perawatan pembukaan dan
reduksi terhadap area fraktur secara langsung dengan tindakan pembedahan.
Journal archive of plastic surgery, current concepts in the mandible condyl fracture magange II: open reduction versus closed reduction. Kang
young choi. 2012
PENATALAKSANAAN
Open reduction
Keuntungan:
1. Dapat mencegah komplikasi seperti ganguan pernapasan, pengucapan
2. Tidak defisiensi nutrisi
Kerugian:
1. Merupakan perawatan invasif yang dapat menyebabkan cedera saraf &
pembuluh darah selama operasi dan bisa terjadi komplikasi infeksi
2. Meninggalkan bekas luka
Journal archive of plastic surgery, current concepts in the mandible condyl fracture magange II: open reduction versus closed reduction. Kang
young choi. 2012
PENATALAKSANAAN
Komplikasi Lanjut (faktor resiko berupa infeksi, aposisi yang kurang baik,
↓imobilisasi segmen fraktur, ada benda asing, tarikan otot)
– Delayed union
– Non union
– Mal union
Menyebabkan deformitas wajah, hipoplasia mandibula dan asimetri
Tergantung pada :
1. Usia
2. Kecepatan penanganan
3. Ketepatan penanganan
4. Jenis fraktur
5. Kepatuhan Pasien
Early treatment of symphisis mandibular fraktural in 12 years old children using erich arch bar : A case report. Journal dentomaksilofacial
serance april 2017 v.2 no 1,45-48
DAFTAR PUSTAKA
1. Hakim A.H.W, Rosihan Adhani, Bayu Indra S. Deskripsi Fraktur Mandibula Pada Pasien
RumahSakit Umum Daerah Ulin BanjarmasinPeriode juli 2013-Juli 2014. Dentino (Jur.
Ked. Gigi), Vol I. No 2. September 2016 : 191 – 196
2. Sari Caka Cindera. Prevalensi pasien fraktur mandibula yang dirawat di RSUD
Malang. Universitas Jember. 2012
3. Stomatognatic (J.K.G. Unej) Vol. 7 No. 1 2010 : 22-25
4. Laub D, R. Facial Trauma, Mandibular Fractures. (2009)
5. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Purwanto dan Basoeseno. Cetakan I. Jakarta: EGC. 2012
6. Thapliyal C. G, Sinha C. R, Menon C. P, Chakranarayan S. L. C. A. (2007). Management of
Mandibular Fractures.
7. Sastrawan,Agus Dwi.Dkk. Penatalaksanaan Emergensi pada Trauma Oromaksilofasial
disertai Fraktur Basis Kranii anterior. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. Vol 3 No 2.2017
8. Journal archive of plastic surgery, current concepts in the mandible condyl fracture
magange II: open reduction versus closed reduction. Kang young choi. 2012
9. Gordon w pedersen.2013. Buku Ajar Praktis Bedah
Mulut.EGC.Jakarta.Indonesia
THANK YOU
FOR YOUR ATTENTION