Anda di halaman 1dari 14

JOURNAL READING

FARMAKOLOGI

Bacterial Co-Infections and Antibiotic Resistance in Patients with COVID-19

Hassan Mahmoudi

Jonathan Overian Buon 1523017016

Gde Sukris Wiranda 1523017028

Gwenn Laethicia 1523017032

Johanes Ferdinand Eduardo 1523017037

Granrich De Christo Tahir 1523017039

Putu Cantika Jenise Asri Masta 1523017046


PENDAHULUAN
Sars-CoV-2, severe acute respiratory syndrome yang menyebabkan epidemi di China
dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi, infeksi ini telah tersebar ke negara lain.
Koinfeksi bakteri sering ditemukan pada infeksi saluran pernafasan atas sebagai
penyebab dari mortalitas. Sehingga diagnosis dan pemberian tatalaksana antibacterial
sangat dibutuhkan.
Berhubungan pada tingkat kematian pasien dengan supra-infeksi bakteri beberapa
pedoman mendukung penggunaan terapi antibiotic empirik untuk pasien COVID-19.
Namun demikian, pendekatan ini meningkatkan kepedulian terhadap penggunaan
antibiotik yang berlebihan dan konsekuensi yang merugikan terkait dengan resistensi
bakteri.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi prevalensi kejadian koinfeksi
bakteri pada pasien COVID-19.
METODE
• Pengambilan sampel untuk studi cross-sectional ini dilakukan di
Rumah Sakit Na-havand, Hamedan, Iran. Penelitian dilakukan dari 17
Februari 2020 hingga 20 Oktober 2020. Semua informasi yang
diperoleh dicatat dalam formulir pengumpulan data yang disesuaikan.
Untuk membedakan mikroorganisme, swab tenggorok dan darah
dibiakkan pada agar darah dan MacConkey lalu diinkubasi pada suhu
37°C selama 18-24 jam. Identifikasi bakteri yang diisolasi dilakukan
dengan menggunakan metode mikrobiologi standar. Resistensi
antibakteri diuji menggunakan metode standar disk-diffusion Kirby-
Bauer.
HASIL
• Dari hasil kultur darah dan aspirasi endotrakeal yang diambil dari total
340 pasien COVID-19, diperoleh 43 sampel yang positif menunjukan
adanya ko-infeksi, yaitu sebagai berikut:
• Dari hasil tes sensitivitas bakteri terhadap
antimikroba, diperoleh hasil sebagai
berikut:
PEMBAHASAN

COVID 19 adalah virus yang menyebabkan pneumonia dan sekarang


telah menyebar keseluruh dunia. Dari hasil penelitian virus COVID berasal
dari hewan dan bermutasi sehingga dapat menginfeksi manusia.

Diketahui bahwa infeksi saluran nafas yang disebabkan oleh virus dapat
meningkatkan resiko infeksi dari bakteri.
Berdasarkan penelitian ini, dari 340 pasien penderita COVID 19 terdapat 43
(12,46%) pasien yang mengalami infeksi sekunder bakteri.

Berdasarkan pemeriksaan endotrakeal dan kultur darah pada penelitian ini di


dapatkan bakteri yang ada adalah :

• Klebsiella species
• S. aureus (MSSA)
• E. coli
• S. aureus (MRSA)
• Enterobacter species
• S. pneumoniae
• P. aeruginosa.
Klebsiella adalah bakteri
gram negatif dan bakteri ini
sudah berkembang menjadi Escherichia coli adalah
bakteri yang resistensi bakteri yang berada di
S. aureus adalah bakteri
terhadap antibiotik lingkungan sekitar, makanan,
gram positif yang biasanya
khususnya carbapenems pencernaan, kebanyakan
tidak membahayakan namun
dari E. coli tidak
dapat menjadi fatal jika
Umumnya klebsiela ini membahayakan dan
terjadi bacteremia,
ditemukan di saluran cerna. beberapa e.coli dapat
pneumonia, endocarditis,
Pada pasien di rumah sakit menyebabkan diare, infeksi
dan osteomyelitis.
sering terpapar klebsiella saluran kemih, dan
ketika mereka menggunakan pneumonia.
ventilator, intravena kateter,
dan luka
Pseudomonas bakteri yang
biasa ditemukan di
lingkungan seperti tanah dan
Sterptococcus pneumoniae
Enterobacter adalah bakteri di air.
adalah bakteri gram positif
gram negative yang dapat tersering menginfeksi
berbentuk lancet, fakultatif
menyebabkan bacteremia, manusia adalah
anaerob dan bakteri ini
infeksi saluran nafas bawah, pseudomonas aeruginosa
biasanya di termukan di
infeksi saluran kencing yang menyebabkan infeksi
saluran nafas atas.
pada darah, paru
(pneumonia), atau bagian
badan setelah operasi.
Dari hasil penelitian didapatkan tingginya resistent terhadap antibiotik seperti :

• Cotriaxozole (74%)
• Piperacillin (67,5%)
• Ceftazidime (47,5%)
• Cafepime (42,5%)
HAL – HAL YANG MENYEBABKAN COINFEKSI :

1. Durasi menginap dirumah sakit


2. Penggunaan ventilator
3. Prosedur operasi

HAL – HAL YANG MENYEBABKAN RESISTENT ANTIBIOTIK :

4. Pemberian antibiotik empiris kepada pasien covid 19


5. Pengunaan sabun dan disinfektan berlebih
KESIMPULAN
• Kebutuhan saat ini adalah mempertimbangkan koinfeksi SARS-CoV 2
dengan patogen lain untuk mengoptimalkan pengobatan. Setelah
banyak data mengenai koinfeksi dengan SARS-CoV 2, antimikroba
empiris pada kasus COVID-19 dapat disarankan.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.cdc.gov/hai/organisms/klebsiella/klebsiella.html

2. https://www.cdc.gov/hai/organisms/staph.html

3. https://www.cdc.gov/ecoli/

4. https://emedicine.medscape.com/article/216845-overview#a1

5. https://www.cdc.gov/pneumococcal/clinicians/streptococcus-pneumoniae.html

6. https://www.cdc.gov/hai/organisms/pseudomonas.html

7. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7747008/#__ffn_sectitle
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai