Anda di halaman 1dari 70

MODUL NYERI SENDI

BLOK 7.5
 
OUTLINE
01 PENDAHULUAN
 TUJUAN UMUM
 TUJUAN KHUSUS

02 ILUSTRASI KASUS
 KASUS 1
 KASUS 2

03 PENGELOLAAN PASIEN
 ANAMNESIS
 PEMERIKSAAN FISIK
 PEMERIKSAAN PENUNJANG
 DIAGNOSIS
 TATALAKSANA

04 PROSEDUR PENGELOLAAN PASIEN


PENDAHULUAN
 
• Nyeri sendi merupakan masalah sistem
muskuloskeletal yang sering terjadi.
• Kejadian nyeri sendi meningkat seiring
pertambahan usia.
• Kelainan muskuloskeletal yang menjadi
“triger” adalah kelainan dengan keluhan
utama nyeri sendi, yaitu Osteoarthritis,
Rheumatoid arthritis, Gout arthritis , Trauma
sendi dan Lesi meniscus.
TUJUAN

UMUM
Mahasiswa mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan klinik untuk
menentukan diagnosis dan penatalaksanaan nyeri
sendi secara terstruktur dan komprehensif
Mahasiswa mampu menerapkan ilmu
KHUSUS
pengetahuan dan keterampilan klinik untuk
menentukan diagnosis dan penatalaksanaan kasus
secara terstruktur dan komprehensif, yang
meliputi :
Osteoarthritis
Rheumatoid arthritis
Gout arthritis
Trauma sendi
Lesi meniscus
ILUSTRASI
KASUS
ILUSTRASI KASUS

01 KASUS 02 KASUS
Seorang perempuan 55 tahun ,
Seorang laki - laki 40 tahun, datang ke sebagai Ibu Rumah Tangga, Dibawa
klinik rawat jalan dengan keluhan nyeri ke Klinik rawat jalan dengan keluhan
yang hebat pada sendi ibu jari kaki nyeri pada kedua lutut yang dialami
sejak 5 bulan terakhir ini. Keluhan
kanan. Hal dialami penderita saat terjadi terutama saat beraktifitas, sulit
bangun pagi berlangsung selama 30 berdiri dari posisi jongkok. Bengkak
menit sampai 1 jam, Keluhan ini sudah dan kemerahan pada kedua lutut.
dialami sejak 3 bulan terakhir. Nyeri pada jari-jari tangan (+). Berat
badan 70 kg. Tinggi badan 155 cm.
PENGELOLAAN
PASIEN
ANAMNESIS
01 IDENTITAS PASIEN
 Usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal, status
pernikahan, agama

02 RPS
 Keluhan utama
 Anamnesis lanjutan (lokasi, onset, kuantitas, faktor
memperberat dan memperingan, faktor penyerta )

03 RPD
 Penyakit diturunkan
 Penyakit ditularkan

04 RSE
 Pekerjaan, pendidikan, kebiasaan , seumber
keuangan, jaminan kesehatan dan kepercayaan
OSTEOARTHRITIS
Keluhan utama adalah nyeri sendi. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan
istirahat. Beberapa gerakan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain.

TANDA RADANG DEFORMITAS KAKU PAGI HARI


. .

07 06 05 04 03 02 01

PERUBAHAN POLA JALAN PEMBENGKAKAN SENDI KREPITASI HAMBATAN GERAK SENDI


YANG ASIMETRIS
FAKTOR RESIKO OSTEOARTHTRITIS

WANITA,
USIA > > 50 THN/
60 THN MENOPA
USE

PEKERJA
OBESITAS BERAT
RHEUMATOID ARTHTRITIS
Keluhan utama rheumatoid arthritis adalah nyeri sendi. Nyeri dapat bersifat hilang timbul, tergantung
pada tingkat peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif. Ketika jaringan
berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Gejala sistemik dari rheumatoid arthritis adalah mudah
capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan menurun, anemia .
kaki.Secara progresi f mengenai
Mul ai pada persendian kecil di

pinggul,siku ,pergel angan kaki


persendian besar di lutut bahu,
tangan, pergel angan, dan

tulang belakang

Persendian dapat teraba


hangat, bengkak, kaku
pada pagi hari berlangsung
selama lebih dari 30 menit

NYERI DAN KAKU


SENDI PAGI HARI

Nyeri ,p emb engkaka n,


pa nas,e ritema dan
ga nggua n fung si

terab a hanga t/
jaringan lunak
sehingga terjadi deformitas
menimbulkan kontraktur
yang lama dapat
Imobilisasi dalam waktu
3 STADIUM PENYAKIT PADA RHEUMATOID
ARTHTRITIS
STADIUM Terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang

ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada


SINOVITIS saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.

STADIUM Selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial


terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai


DESTRUKSI adanya kontraksi tendon.

STADIUM Terjadi perubahan secara progresif dan berulang


kali, deformitas dan gangguan fungsi secara


DEFORMITAS menetap.
FAKTOR RESIKO RHEUMATOID ARTHTRITIS

WANITA FAKTOR
GENETIK

HORMON MEROKOK
INFEKSI
SEKS
GOUT
DEFINISI GOUT Arthtritis merupakan bentuk arthtritis inflamatorik yang terjadi ditandai dengan
kadar asam urat darah yang tinggi.

STADIUM Radang sendi timbul sangat cepat dalam waktu singkat.. Biasanya bersifat monoartikuler
AKUT
dengan keluhan utama berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala
sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah. Dapat terkena sendi pergelangan
tangan/kaki, lutut, dan siku

STADIUM Terjadi periode interkritik asimptomatik. Pada aspirasi


INTERKRITIKA
L
sendi ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan bahwa
proses peradangan masih terus berlanjut, walaupun tanpa
keluhan

STADIUM Self medication. Disertai tofi yang banyak dan poliartikuler .


MENAHUN Tofi ini sering pecah dan sulit sembuh dengan obat , tidak
menimbulkan nyeri tapi mudah terjadi infeksi sekunder. Dan
dapat menyebabkan destruksi progresif pada sendi hingga
timbul deformitas
GOUT

CONTOH TOFUS PADA GOUT ARTHTRITIS


KELUHAN UMUM PADA GOUT ARTHTRITIS

BENGKAK NYERI
SENDI SENDI

RASA
DEMAM,
PANAS MENGGIGIL,
DAN NYERI
KEMERAH BADAN
AN
FAKTOR RESIKO GOUT ARTHTRITIS

USIA DAN
JENIS PENYAKIT
KELAMIN OBESITAS
METABOLIK

GANGGUAN
ALKOHOL HIPERTEN FUNGSI
SI GINJAL

POLA
DIET OBAT
TRAUMA SENDI
 Keluhan nyeri biasanya terjadi setelah terjadi trauma.
 Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat trauma, terutama untuk
mengetahui mekanisme trauma.
 Pasien biasanya tidak dapat melanjutkan aktivitas karena nyeri ataupun
karena ketidakstabilan sendi.
 Nyeri kemudian akan diikuti dengan proses peradangan seperti bengkak,
teraba panas, kemerahan dan deformitas ataupun penurunan fungsi.
Tanyakan pula ada tidaknya kemungkinan gangguan saraf akibat cedera
seperti ada tidaknya keluhan kesemutan, kelemahan otot ataupun mati
rasa
LESI MENISKUS
 Merupakan salah satu bentuk lesi akibat trauma sendi.
 Sehingga perlu digali ada tidaknya riwayat trauma dan bagaimana
mekanisme trauma.
 Nyeri pada lutut diikuti dengan proses peradangan seperti bengkak,
teraba panas, kemerahan dan ketidakstabilan sendi lutut
PEMERIKSAAN
FISIK
ALAT DAN BAHAN

GONIO PITA
METER UKUR

BED / PENERA
TEMPAT NGAN
PERIKSA CUKUP
PEMERIKSAAN FISIK
 Lihat simetris tidaknya sendi yang sakit dibanding sisi
sebelahnya (asimetri; atrofi otot)
 Lihat ada tidaknya tanda peradangan (kemerahan dan atau
bengkak).
INSPEKSI  Lihat ada tidaknya deformitas sendi (kelainan bentuk).
“ LOOK “  Lihat ada tidaknya bekas luka.
 Lihat ada tidaknya benjolan yang diduga sebagai tofi atau
osteofit.
 Periksa sendi mana saja yang mengalami kelainan
(monoartikuler/poliartikuler).
 Dilakukan dengan
 Melakukan perabaan pada daerah sendi yang mengalami membandingkan antara bagian
PALPASI kelainan. kanan dan kiri (secara bilateral
“FEEL “  Cari tanda tanda peradangan seperti teraba hangat dan nyeri. untuk melihat simetris atau
 Cari ada tidaknya nyeri tekan, krepitasi dan kestabilan sendi tidak)
(dikonfirmasi dengan pemeriksaan khusus).  Meliputi inspeksi sendi, palpasi
sendi, dan ruang gerak sendi.
ROM  Melakukan pemeriksaan range of motion (ROM) baik  Alur ini disebut “look - feel -
“ MOVE “ secara aktif maupun pasif move”.
R
O
M
PEMERIKSAAN FISIK
 Tanda patognomonis :
1 Hambatan gerak
OSTEOARTH 2 Krepitasi
TRITIS 3 Pembengkakan sendi asimetris
4 Tanda radang sendi
5 Deformitas sendi yang permanen
6 Perubahan pola jalan

 Manifestasi artikular :Bengkak/efusi sendi, nyeri tekan sendi,


sendi teraba hangat, deformitas (swan neck, boutonniere,
RHEMATOID deviasi ulnar )
ARTHTRITIS  Manifestasi ekstraartikular : Nodul rhematoid, vaskulitis, soft
tissue rheumatism (CTS, Frozen shoulder),
keratoconjunctivitis sicca, radang sendi krikoaritenoid,
pneumonia interstitial, efusi pleura, fibrosis paru, perikarditis

GOUT
ARTHTRITIS  Arthtritis monoartikuler, kemerahan dan bengkak
Mekanisme artikular

(swan neck, boutonniere, deviasi ulnar )


PEMERIKSAAN FISIK

TRAUMA Instabilitas sendi (ditunjukkan dengan pemeriksaan


SENDI khusus )

LESI
MENISKUS
 Instabilitas sendi lutut
PEMERIKSAAN FISIK KHUSUS

Melakukan pemeriksaan untuk menilai massa otot (atrofi / hipertrofi )


Dengan menggunakan pita ukur , dan bandingkan kanan dan kiri
01

Melakukan pemeriksaan untuk menilai panjang tungkai ( ada/ tidaknya leg length discrepancy )
Dengan menggunakan pita meter untuk mengukur panjang tungkai true leg length ( mengukur
jarak dari SIAS ke maleolus medial) atau appereance leg length ( mengukur jarak dari umbilicus
02

ke maleolus medial

Pemeriksaan khusus dilakukan untuk mengetahui bagian sendi mana yang


mengalami cedera
03
SEN D I L UTU T :
U n tu k me nil ai k e s tab ila n liga me n c o latera l ( tes
Va lgu s / Var us )
U n tu k me n ilai in teg r ita s l iga men c ru ci ate a nte r ior
( Te s Dr aw e r a n ter ior , Te s Piv o t Sh ift, Tes J er k )
U n tuk me nila i i nteg ritas lig ame n cr uc ia te po s ter io r (
Te s Dr aw e r Po ste ri or, Tes R ec ur va tu m R ota s i
Eks te rn al , Tes Sa g Pos te rio r )

Tes Tal ar Ti lt
U n tu k me n ilai ro be k an men is ku s ( Te s Mc Mur ra y,

Tes Thom pson


Te s Ko mpr es i App le y , Tes D is tra ks i Ap ple y )

Tes Dr awer Anteri or


Tes Syndemoti c Ligamen
Tes Syndesmosis Squeeze

SENDI PERG ELAN GAN KA KI :


KHUSUS
PEMERIKSAAN
TES
Tes Varus
Tes Valgus
SENDI SIKU :
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

 Laju Endap Darah (LED)


 Enzim otot seperti creatine kinase dan serum glutamine
 Enzim penanda aktivitas tulang seperti alkali fosfatase
 Rheumatoid Factor (RF)
 Antibodi Anti Nuclear (ANA)
 Analisa Cairan Sinovial
 Mineral darah seperti kalsium dan fosfor
 Asam urat darah
X – RAY ( RONTGEN MUSKULOSKELETAL

Untuk melihat densitas dan posisi tulang


CT (COMPUTED TOMOGRAPHY )
• Untuk mengidentifikasi kelainan jaringan tulang dan jaringan lunak
• Kelebihan : gambar yang direkonstruksi dapat dapat dimanipulasi dengan komputer
sehingga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING
• MRI (Magnetic Resonance Imaging) menggunakan medan magnet yang besar dan gelombang frekuensi
radio, tanpa penggunaan sinar X, ataupun bahan radioaktif.
• Dengan MRI molekul di dalam tubuh akan bergerak dan bergabung untuk membentuk sinyal. Lalu, sinyal
tersebut akan dikirim dan diproses oleh komputer untuk menjadi gambaran yang jelas.
• Pemeriksaan ini menghasilkan perbedaan gambar yang sangat jelas dan lebih sensitif untuk menilai
bentuk anatomi jaringan lunak dalam tubuh, terutama otak, sumsum tulang belakang, serta susunan saraf.
Juga jaringan lunak dalam sistem organ tulang dan otot seperti otot, ligamen, tendon, tulang rawan, ruang
sendi.
ARTHROGRAFI
• Arthrografi dengan bahan radiopaque atau udara dalam sendi untuk melihat struktur jaringan lunak dan
kontur sendi, diambil gambar sinar-X serial pada rentang gerak sendi.
• Arthrogram dapat melihat kebocoran kontras sebagai tanda robekan sendi akut atau kronik pada kapsul
sendi atau ligamen penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul dan pergelangan tangan.
BMD (BONE MINERAL DENSITY )
BMD menggunakan Dual Energy X-ray Absorptiometry (DEXA) untuk menilai kepadatan tulang.
USG (ULTRASONOGRAFI )
 Menggunakan gelombang ultrasound untuk menilai kepadatan, elastisitas & kekuatan musculoskeletal.
 Dapat digunakan untuk diagnosis dan evaluasi terapi pada kasus robekan tendon, tendinitis, robekan otot,
sprain ligament, peradangan atau cairan (efusi) dalam bursae dan sendi serta proses rheumatoid arthritis.
 
ARTHROSCOPY
• Dilakukan dengan cara memasukan arthroscope ke dalam sendi (biasanya lutut).
• Arthroscopy dapat digunakan untuk melihat struktur dan isi sendi; operasi eksplorasi (pengangkatan
jaringan lunak & biopsi); mengetahui kelainan meniskus, tulang rawan artikular, ligamen, atau kapsul
sendi.
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS 01 OSTEOARTHTRITIS
Diagnosis Osteoarthritis biasanya didasarkan pada
anamnesis yaitu riwayat penyakit, gambaran klinis dari
pemeriksaan fisik dan hasil dari pemeriksaan radiologis.
Kriteria diagnosis dari OA lutut berdasarkan American
College of Rheumatology yaitu adanya nyeri pada lutut dan
pada foto rontgen ditemukan adanya gambaran osteofit serta
sekurang kurangnya satu dari usia > 50 tahun, kaku sendi
pada pagi hari < 30 menit dan adanya krepitasi
Gambaran radiologis sendi yang mendukung diagnosis OA :
1. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih
berat pada bagian yang menanggung beban)
2. Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
3. Kista tulang
4. Osteofit pada pinggir sendi
5. Perubahan struktur anatomi sendi.
DIAGNOSIS 01 OSTEOARTHTRITIS

Klasifikasi radiografi osteoarthtritis menurut kriteria Kellgren-Lawrence

DERAJAT KLASIFIKASI GAMBARAN RADIOLOGI

0 Normal Tidak ada gambaran radiografis yang abnormal


1 Meragukan Tampak osteofit kecil
2 Minimal Tampak osteofit, celah sendi normal
3 Sedang Osteofot jelas, penyempitan celah sendi
4 Berat Penyempitan celah sendi berat dan adanya sklerosis
DIAGNOSIS 01 OSTEOARTHTRITIS

Diagnosis banding : GOUT Arthtritis, Rheumatoid


Arthtritis
Komplikasi : Deformitas permanen
Prognosis :tidak mengancam jiwa, namun fungsi
sering terganggu dan sering mengalami kekambuhan
02 RHEUMATOID ARTHTRITIS
DIAGNOSIS
 Diagnosis RA di Indonesia mengacu NO VARIABEL SKOR
pada kriteria diagnosis menurut American A Keterlibatan Sendi

College of Rheumatology/European 1 sendi besar 0


2 – 10 sendi besar 1
League Against Rheumatism 2010 1 – 3 sendi kecil (dengan atau tanpa sendi besar) 2
 Ditetapkan bila pasien mempunyai skor 4 – 10 sendi kecil (dengan atau tanpa sendi besar) 3

6 Lebih dari 10 sendi (minimal 1 sendi kecil) 5


B Serologi (minimal 1 hasil lab diperlukan untuk klasifikasi)
 Kriteria tersebut ditujukan untuk RF dan ACPA negatif 0
klasifikasi pasien baru RF atau ACPA positif rendah 2
 Pasien dengan penyakit erosif tipikal RA RF atau ACPA positif tinggi 3

dengan riwayat yang sesuai dengan C Reaktan Fase Akut (minimal 1 hasil lab diperlukan untuk
klasifikasi)
kriteria 2010 ini harus diklasifikasikan ke LED dan CRP normal 0
dalam RA LED atau CRP abnormal 1

 Pasien dengan penyakit lama, termasuk D Lamanya sakit


Kurang 6 minggu 0
yang tidak aktif (dengan/ tanpa 6 minggu atau lebih 1
pengobatan) yang berdasarkan data
retrospektif yang dimiliki memenuhi
kriteria 2010 harus diklasifikasikan
kedalam RA
DIAGNOSIS 02 RHEUMATOID ARTHTRITIS

 Hasil laboratorium negatif adalah nilai yang kurang atau


sama dengan batas atas ambang batas normal; positif
rendah adalah nilai yang lebih tinggi dari batas atas
normal tapi sama atau kurang dari 3 kali nilai tersebut;
positif tinggi adalah nilai yang lebih tinggi dari 3 kali batas
atas.
 Jika RF hanya diketahui positif atau negatif, maka positif
harus dianggap sebagai positif rendah.
 Lamanya sakit adalah keluhan pasien tentang lamanya
keluhan atau tanda sinovitis (nyeri, bengkak atau nyeri
pada perabaan).
DIAGNOSIS 02 RHEUMATOID ARTHTRITIS

Diagnosis banding : SLE, Arthtritis psoriatic, GOUT,


Spondiloartropati seronegatif, Sindrom Sjogren
Komplikasi :
1. Deformitas sendi ( boutonniere, swan neck, deviasi ulnar )
2. CTS
3. Sindrom Felty ( gabungan gejala RA, splenomegali,
leukopenia dan ulkus, limfadenopati , trombositopenia
Prognosis : dubia ad bonam sangat tergantung dari
perjalan penyakit dan tatalaksana
DIAGNOSIS 03 GOUT ARTHTRITIS
Gold standard dalam menegakkan gout arthritis adalah ditemukannya kristal urat MSU
(Monosodium Urat) di cairan sendi atau tofus.
Untuk memudahkan diagnosis gout arthritis akut, dapat digunakan kriteria dari ACR (American
College Of Rheumatology) tahun 1977 sebagai berikut :
A. Ditemukannya kristal urat di cairan sendi, atau
B. Adanya tofus yang berisi Kristal urat, atau
C. Terdapat 6 dari 12 kriteria klinis, laboratoris, dan radiologis sebagai berikut :
1. Terdapat lebih dari satu kali serangan arthritis akut
2. Inflamasi maksimal terjadi dalam waktu 1 hari
3. Arthritis monoartikuler
4. Kemerahan pada sendi
5. Bengkak dan nyeri pada MTP-1
6. Arthritis unilateral yang melibatkan MTP-1
7. Arthritis unilateral yang melibatkan sendi tarsal
8. Kecurigaan terhadap adanya tofus
9. Pembengkakan sendi yang asimetris (radiologis)
10.Kista subkortikal tanpa erosi (radiologis)
11.Kultur mikroorganisme negative pada cairan sendi
DIAGNOSIS 03 GOUT ARTHTRITIS

Diagnosis banding : Sepsis Arthtritis, Rheumatoid Arthtritis,


arthtritis lainnya
Komplikasi :
1. Terbentuknya batu ginjal
2. Gagal ginjal
3. Prognosis : Quo ad vitam dubia ad bonam, quo ad
functionam dubia
DIAGNOSIS 04 TRAUMA SENDI
Diagnosis ditegakkan bila :
a. Anamnesis
Adanya riwayat cedera dengan mekanisme cedera yang diduga dapat
mengakibatkan cedera pada sendi. Pasien biasanya meraskan nyeri
tiba-tiba segera setelah cedera dan terkadang terdengar bunyi
pop.Jika terjadi dalam sebuat kegiatan aktivitas fisik pasien tidak bisa
melanjutkan aktivitas karena nyeri atau sendi tidak stabil
b. Pemeriksaan Fisik
Dengan alur “look, feel, move” mendapatkan tanda – tanda
peradangan dan juga hasil yang positif saat dilakukan pemeriksaan
khusus, yang menunjukkan adanya instabilitas sendi.
c. Pemeriksaan Penunjang
X-Ray untuk melihat apakah ada fraktur disekitar sendi
MRI untuk membantu melihat cedera pada ligamen
DIAGNOSIS 04 TRAUMA SENDI

Jenis trauma :
1. Strain
Adalah cedera yang terjadi pada otot dan tendon. Biasanya disebabkan oleh adanya regangan
yang berlebihan. Gejala: Nyeri yang terlokalisasi, kekakuan, bengkak, hematom di sekitar
daerah yang cedera.
DIAGNOSIS 04 TRAUMA SENDI
Jenis trauma :
2. Sprain
Adalah cedera yang disebabkan adanya peregangan yang berlebihan sehingga terjadi cedera
pada ligamen.
Gejala : nyeri, bengkak, hematoma, tidak dapat menggerakkan sendi, kesulitan untuk
menggunakan extremitas yang cedera.
Sprain dapat dibagi menjadi 3 derajat :
Derajat I : terjadi over-streched ligamen, cedera secara mikroskopik,tapi tidak terjadi suatu
robekan.
Derajat II : terjadi robekan parsial dari ligament.
Derajat III : terjadi robekan total dari ligamen. Ini merupakan derajat terparah dari suatu sprain.
DIAGNOSIS 05 LESI MENISKUS
Diagnosis ditegakkan bila :
a. Anamnesis
Adanya riwayat cedera pada lutut dengan mekanisme cedera yang diduga dapat
mengakibatkan cedera meniscus. Pasien biasanya meraskan nyeri tiba-tiba segera setelah
cedera dan terkadang terdengar bunyi pop.Jika terjadi dalam sebuat kegiatan aktivitas fisik
pasien tidak bisa melanjutkan aktivitas karena nyeri atau sendi lutut tidak stabil.
b. Pemeriksaan Fisik
Dengan alur “look, feel, move” dan juga hasil yang positif saat dilakukan pemeriksaan
khusus :
1) tes McMurray,
2) tes kompresi apley dan
3) tes distraksi apley.
c. Pemeriksaan Penunjang
X-ray untuk melihat apakah ada fraktur di sekitar sendi lutut.
MRI dapat membantu melihat cedera bantalan sendi (meniskus)
SKEMA PEMERIKSAAN NYERI SENDI
POLA SENDI DAN JENIS PENYAKIT
TATALAKSANA
OSTEOARTHTRITIS
 Tujuan pengobatan pada pasien OA adalah untuk mengurangi
gejala dan mencegah terjadinya kontraktur atau atrofi otot.
 Terapi OA pada umumnya simptomatik, misalnya dengan
pengendalian faktor-faktor resiko, latihan intervensi rehabilitasi
medik dan terapi farmakologis (penghilang nyeri/analgesik seperti
OAINS).
 Terapi non farmakologi terdiri dari edukasi, penurunan berat
badan,terapi fisik dan terapi kerja.
 Pada edukasi, yang penting adalah meyakinkan pasien untuk
dapat mandiri, tidak selalu tergantung pada orang lain.
 Walaupun OA tidak dapat disembuhkan, tetapi kualitas hidup
pasien dapat ditingkatkan
OSTEOARTHTRITIS
 Penatalaksanaan komprehensif Osteoarthtritis :
1. Pengelolaan OA berdasarkan atas distribusinya dan berat ringannnya
sendi yang terkena
2. Tujuan pengobatan untuk mencegah progresifitas dan meringankan
gejala
3. Modifikasi gaya hidup : menurunkan berat badan dan melatih pasien
untuk tetap menggunakan sendinya dan melindungi sendi yang sakit
4. Pengobatan non farmakologi : Rehabilitasi medik dengan modalitas
dan exercise
5. Pengobatan farmakologi : Analgesik topikal, NSAID (oral) non
selective (COX1: diclofenak, ibuprofen, piroksikam, mefenamat),
selective (COX2 :meloksikam )
OSTEOARTHTRITIS
 Kriteria rujukan :
1. Bila ada komplikasi, termasuk komplikasi terapi
2. Bila ada komorbid
3. Bila nyeri tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
4. Bila curiga terdapat efusi sendi

NSAID (oral) non selective COX1:


Ibuprofen : tab, sediaan 400 g, 3-4/hari, pc
Piroksikam : tab/cap, sediaan 10 dan 20 mg, 1X1, pc
Asam Mefenamat : tab, sediaan 250 dan 500 mg, 3-4/hari, pc
Diclofenak : tab, sediaan 25 mg dan 50 mg, 2-3 kali/hari. pc
selective COX2
Meloksikam : tab, sediaan 7.5 mg dan 15 mg, 1x1, pc
REMATOID ARTHTRITIS
 Penatalaksanaan komprehensif pada Rheumatoid Arthtritis :
1. Edukasi
Pemberian informasi untuk memproteksi sendi, terutama pada stadium akut
dengan menggunakan splint
2. Latihan / Program Rehabilitasi
Fisioterapi, Okupasi terapi dan bila perlu ortosis
3. Pilihan pengobatan
Kortikosteroid (prednison/ metil prednisolon dosis rendah ( sebagai bridging
terapi )
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) : celecoxib 200-400 mg/hari
4. Pembedahan
Rujukan bila terjadi deformitas
REMATOID ARTHTRITIS
• Kriteria rujukan :
1. Tidak membaik dengan pemberian obat anti inflamasi dan steroid
dosis rendah
2. RA dengan komplikasi
3. Rujukan pembedahan jika terjadi deformitas
GOUT ARTHTRITIS
• Pengobatan Gout Arthtritis :
1. Mengatasi serangan akut dengan segera (obat analgetik,
kolkisin, kortikosteroid)
2. Program pengobatan untuk mencegah serangan ulang (obat
analgetik dan kolkisin dosis rendah )
3. Mengelola hiperuresemia ( menurunkan kadar asam urat dan
mencegah komplikasi lain)
a. Obat-obat penurun asam urat
b. Modifikasi gaya hidup
Kolkisin : antiradang spesifik terhadap pirai, tidak memiliki efek
analgesik, tidak menurunkan asam urat
Sediaan : tablet, ½ mg. Dosis  awal 1 mg dan ½ mg setiap 2-3 jam
sampai rasa nyeri tidak terasa. Dosis maks 10 mg.
GOUT ARTHTRITIS
 Kriteria rujukan :
1. Apabila pasien mengalami komplikasi atau pasien memiliki
penyakit komorbid
2. Bila nyeri tidak teratasi
GOUT ARTHTRITIS

TATALAKSANA GOUT ARTHTRITIS


TRAUMA SENDI
PRICE digunakan untuk meredakan pembengkakan dan
meningkatkan penyembuhan, kecuali kejadian emergency yang
memerlukan penangan khusus oleh medis

Protection. Penghentian aktivitas sesaat setelah cedera harus dilakukan


untuk mencegah cedera lanjutan, perlambatan penyembuhan, peningkatan
nyeri, dan stimulasi pendarahan.
Rest. Istirahat meliputi meredakan weight bearing. Jika kaki cedera,
penggunaan tongkat untuk meminimalisir stress pada tubuh yang cedera.
Ice. Ice pack diberikan sesegera mungkin setalah cedera, 5-10 menit diikuti
istirahat 5-10 menit dan dilakukan pengulangan beberapa kali. Lakukan
treatment ini 3 x sehari untuk 2-3 hari pertama. Lapisi kulit dengan handuk
tipis untuk mencegah hipotermia jaringan.
Compression. Kompresi pada area cedera untuk membantu meredakan
pembengkakan. Aplikasi kompresi juga bisa dilakukan saat aplikasi es.
Elevation. Bagian tubuh yang cedera ditinggikan di atas level jantung untuk
meredakan pembengkakan dengan menggunakan prinsip gravitasi.
TRAUMA SENDI
 Terapi oral yang bisa diberikan adalah dengan NSAIDs (non steroidal anti
inflammatory drugs).
 Obat anti inflamasi dasar sering diberikan pada treatmen cedera akut seperti
ibuprofen untuk meredakan gejala inflamasi dan meredakan nyeri.
 Obat-obatan ini tidak dianjurkan pada jangka waktu yang lama untuk
menghindari efek negative jangka panjang.
 Obat-obatan ini jangan diberikan pada orang dengan gangguan jantung dan
ginjal .
 Pada kasus ruptur total baik strain maupun sprain, maka tatalaksana utama
adalah pembedahan.
LESI MENISKUS
Lesi meniskus merupakan cedera jaringan lunak, sehingga
penatalaksanaannya mirip dengan trauma sendi, yaitu menggunakan
PRICE dan NSAIDs .
 Bila terjadi ruptur total meniskus maka dilakukan pembedahan.
PROSEDUR
PENGELOLAAN
PASIEN
PROSEDUR PENGELOLAAN PASIEN
CUCI TANGAN DAN
PERKENALAN MEMBERESKAN ALAT

PENENTUAN DAN
INFORMED CONSENT
INTERPRETASI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
ANAMNESIS PENEGAKAN DIAGNOSIS

CUCI TANGAN DAN PENATALAKSANAAN


PERSIAPAN PEMERIKSAAN

EDUKASI
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
(LOOK- FEEL- MOVE)
PENUTUP
PEMERIKSAAN FISIK
KHUSUS
PENILAIAN MAHASISWA
NAMA : ………………………………………………………….........................

NIM :
……………………………………………………………………………

ASPEK YANG NILAI


NO DINILAI 0 1 2 3

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
Umum
3. Pemeriksaan Fisik
Khusus
4. Pemeriksaan
Penunjang
5. Diagnosis dan
Diagnosis Banding
6. Tata Laksana
7. Komunikasi
8. Profesionalisme
TOTAL
ILUSTRASI KASUS

01 KASUS
Seorang laki - laki 40 tahun, datang
ke klinik rawat jalan dengan keluhan
nyeri yang hebat pada sendi ibu jari
kaki kanan. Hal dialami penderita saat
bangun pagi berlangsung selama 30
menit sampai 1 jam, Keluhan ini
sudah dialami sejak 3 bulan terakhir.
ILUSTRASI KASUS

02 KASUS
Seorang perempuan 55 tahun , sebagai
Ibu Rumah Tangga, Dibawa ke Klinik rawat
jalan dengan keluhan nyeri pada kedua
lutut yang dialami sejak 5 bulan terakhir ini.
Keluhan terjadi terutama saat beraktifitas,
sulit berdiri dari posisi jongkok. Bengkak
dan kemerahan pada kedua lutut. Nyeri
pada jari-jari tangan (+). Berat badan 70
kg. Tinggi badan 155 cm.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai