Anda di halaman 1dari 9

ASKEP BAYI DENGAN RDS

Siti Kistimbar
RDS / HMD
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut
juga Hyaline Membrane Disease (HMD),
merupakan sindrom gawat napas yang
disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada
bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang.
• Manifestasi dari RDS disebabkan adanya
atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel
dan selanjutnya menyebabkan bocornya
serum protein ke dalam alveoli sehingga
menghambat fungsi surfaktan.
• Penyebab terbanyak dari angka kesakitan dan
kematian pada bayi prematur adalah Respiratory
Distress Syndrome ( RDS ).
• Sekitar 5 -10% didapatkan pada bayi kurang bulan,
• 50% pada bayi dengan berat 501-1500 gram (lemons et
al,2001).
• Angka kejadian berhubungan dengan umur gestasi dan
berat badan dan menurun sejak digunakan surfaktan
eksogen ( Malloy & Freeman 2000).
• Adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi
pada bayi premature dengan tanda-tanda takipnue
(>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara
kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96
jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik.
• Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi,
berat penyakit, adanya infeksi dan ada tidaknya
shunting darah melalui PDA (Stark 1986).
Patofisiologi
• Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang
disebabkan kurangnya zat yang disebut surfaktan.
• Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas
disebut sel pnemosit tipe II.
• Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan
mencapai max pada minggu ke 35.
• Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein (10%). Peranan
surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus
sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara
fungsional pada sisa akhir expirasi.
• Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi
sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.
• Hipoksia akan menyebabkan terjadinya :
– Oksigenasi jaringan menurun>metabolisme anerobik dengan penimbunan
asam laktat asam organic>asidosis metabolic.
– Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris>transudasi kedalam
alveoli>terbentuk fibrin>fibrin dan jaringan epitel yang nekrotik>lapisan
membrane hialin.
• Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantun,
penurunan aliran darah keparum, dan mengakibatkan hambatan
pembentukan surfaktan, yang menyebabkan terjadinya atelektasis.
• Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada bayi dengan
asfiksia pada periode perinatal, dan kematangannya dipacu dengan
adanya stress intrauterine seperti hipertensi, IUGR dan kehamilan
kembar.
Tanda dan Gejala
• Tanda-tanda gangguan pernafasan berupa :
– Dispnue/hipernue
– Sianosis
– Retraksi suprasternal / epigastrik / intercostals
– Grunting expirasi
• Didapatkan gejala lain seperti :
– Bradikardi
– Hipotensi
– Kardiomegali
– Edema terutama didaerah dorsal tangan atau kaki
– Hipotermi
– Tonus otot yang menurun
• Gambaran radiology : bercak-bercak difus berupa infiltrate retikulogranular
disertai dengan air bronkogram.
Diagnosa

– Inefektif pola nafas b.d adanya penumpukan lendir pada


jalan nafas.
– Gangguan perfusi jaringan b.d kurangnya oksigenasi keotak
– Defisit volume cairan b.d meningkatnya metabolisme
– Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat
– Resiko terjadinya infeksi pada tali pusat b.d invasi kuman
patogen kedalam tubuh
– Kecemasan ortu b.d kurang pengetahuan ortu tentang
kondisi bayi.

Anda mungkin juga menyukai