Anda di halaman 1dari 35

BAB 6

APBN dan Peran Pemerintah

PENERBIT ERLANGGA
www.erlangga.co.id
Konsep Teoretis APBN dan
Pemerintah

2
Pengertian dan dasar hukum APBN

Menurut UU No. 17 Tahun 2003 APBN adalah


rencana keuangan tahunan
pemerintah yang disetujui
oleh dewan perwakilan
rakyat (DPR).
UU No.
17 Tahun
2003

UUD 1945
pasal 23 ayat 1

3
Fungsi APBN

 Fungsi otorisasi: Anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan


anggaran pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan
 Fungsi perencanaan: Anggaran negara dapat menjadi pedoman bagi
negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun terkait
 Fungsi pengawasan: Anggaran negara harus menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan
 Fungsi alokasi: Anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan
 Fungsi distribusi: Kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan
 Fungsi stabilisasi: Anggaran pemerintah merupakan alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian
4
Prinsip-prinsip APBN

Prinsip Anggaran Prinsip Anggaran


Prinsip Anggaran Fungsional
Berimbang Dinamis
Sisi penerimaan - Anggaran dinamis Fungsi dari
absolut bantuan luar
(peningkatan negeri hanya
Sisi pengeluaran surplus anggaran untuk pengeluaran
rutin) dan pembangunann
- Anggaran dinamis (bukan anggaran
relatif (semakin rutin)
kecilnya persentase
ketergantungan
pembiayaan pada
bantuan/pinjaman
luar negeri)

5
Prinsip penyusunan APBN

Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan


1 kecepatan penyetoran

2 Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara

Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita negara


3 dan penuntutan denda

4 Hemat, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan

Terarah, terkendali, dan sesuai dengan rencana program


5 atau kegiatan
Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam
6 negeri dengan memperhatikan kemampuan atau potensi
nasional 6
Azas APBN

ta n Pen
gka ajam
e n i n da n Prio an
P ensi s Pem ritas
fis i
E uktiv i ta ban
gun
Prod an

Me da A ega
pa U N
n

niti zas ra
ia

kbe da
dir
an

rat n
I
Kem

kan
7
Asumsi dasar makro APBN

Pertumbuhan
ekonomi Asumsi dasar makro
adalah indikator utama
Lifting gas Inflasi ekonomi makro yang
digunakan sebagai
acuan dalam menyusun
postur APBN, di mana
Indikator perumusan melibatkan
Nilai tukar
Lifting minyak rupiah pemerintah dan BI
Indonesia terhadap
dolar US melalui rapat
koordinasi intensif
antara pihak
Harga minyak
mentah
Suku bunga pemerintah
SPN 3 bulan
Indonesia
8
Sumber penerimaan negara

Pendapatan Negara Penerimaan


& Hibah Perpajakan

Pendapatan Pajak Dalam


Penerimaan Negeri
perpajakan • Pendapatan PPh, PPnBM, PBB,
cukai, pajak lainnya, bea masuk,
bea keluar

Penerimaan
Penerimaan Negara Bukan
negara non-pajak
Pajak (PNBP)
• Penerimaan SDA, pendapatan
bagian laba BUMN, PNBP lainnya
(pendapatan bunga atau
Penerimaan hibah pendapatan pendidikan),
pendapatan Badan Layanan
dari dalam dan Umum
luar negeri 9
Belanja negara
BELANJA PEMERINTAH PUSAT

PEMBIAYAAN
• Belanja • Dana • Pembiayaan

TRANSFER KE DAERAH
pegawai perimbangan Dalam Negeri
• Belanja • Dana otonomi • Pembiayaan
barang dalam khusus Luar Negeri
negeri dan • Dana
luar negeri penyesuaian
• Belanja modal
• Pembayaran
bunga utang
• Subsidi
• Belanja hibah
• Bantuan
sosial
10
Siklus APBN

Perencanaan dan Penetapan/Persetujuan


Pelaksanaan APBN
Penganggaran APBN APBN

Pemeriksaan dan
Pelaporan dan
Pertanggungjawaban
Pencatatan APBN
APBN

11
Potret APBN Indonesia

12
Potret data penerimaan dan pengeluaran
APBN Indonesia tahun 1998–2014
Porsi Penerimaan dan Pengeluaran Data Penerimaan dan Pengeluaran APBN Indonesia
Tahun 1998–2014 Tahun 1998–2014
Penerimaan Pajak Penerimaan Non-Pajak Belanja Pusat
Transfer Daerah

Pengeluaran
Penerimaan

Note: Berdasarkan data di atas, perekonomian Indonesia terburuk terjadi pada tahun 1998-1999 akibat melandanya krisis ekonomi di
Indonesia 1998 dan krisis global tahun 2000-2008. Pada tahun 2014, perekonomian cukup stabil namun APBN selalu mengalami defisit yang
13
menyebabkan Indonesia harus berutang banyak ke Lembaga Keuangan Dunia yang membuat semakin membengkaknya utang.
Potret penerimaan pemerintah Indonesia
tahun 1998–2014
Posisi Kuadran Penerimaan Indonesia
Tahun 1998–2014
Gambar di samping mencerminkan
kondisi:
• Tahun 2008 menjadi tahun “THE BEST”
dalam peningkatan realisasi
penerimaan negara karena pengaruh
perkembangan ekonomi (baik global
maupun nasional) serta keberhasilan
dari pelaksanaan kebijakan Pemerintah
di bidang pendapatan negara dan
hibah

• Tahun 1999 menjadi tahun ”THE BAD”


karena terjadi penurunan dari masing-
masing sektor penerimaan akibat
sedang dilakukannya pemulihan pasca
krisis moneter
14
Analisis penerimaan pajak

Penerimaan dari Sektor Perpajakan Penerimaan Sektor Pajak Dalam Negeri


Tahun 1998–2014 Tahun 1998–2014

Note: Berdasarkan data di atas, kondisi penerimaan dari sektor perpajakan yang paling tinggi growth dan share-nya adalah pada tahun 2008,
15
yang berada di kuadran I sehingga menyumbang cukup besar bagi penerimaan negara.
Analisis penerimaan non-pajak

Penerimaan dari Sektor Non-Pajak Penerimaan Non-Pajak


Tahun 1998–2014 Tahun 1998–2014

Note: Berdasarkan data di atas, kondisi penerimaan non-pajak yang paling tinggi growth dan share-nya adalah pada tahun 2006, 2008, 2010,
2011 yang berada di kuadran I, di mana kontribusi terbesar berasal dari Minyak Bumi dengan nilai tertinggi pada tahun 2013 yang 16
menyumbang sebesar 129.339.
Potret pengeluaran pemerintah Indonesia
tahun 1998–2014
Posisi Kuadran Pengeluaran APBN
Tahun 1998–2014
Gambar di samping mencerminkan
kondisi:

• Pengeluaran APBN tertinggi growth


dan share-nya tidak begitu signifikan
perkembangannya

• Pengeluaran APBN terendah growth


dan share-nya terjadi pada tahun 1999
yang dipengaruhi oleh pengeluaran
pemerintah secara besar-besaran,
terutama pada sektor perbankan,
untuk memulihkan kondisi pascakrisis
yang dialami negara pada tahun 1998

17
Analisis pengeluaran belanja pusat

Analisis Pengeluaran Belanja Pusat


Tahun 1998–2014
Gambar di samping mencerminkan
kondisi:
• Pengeluaran belanja pusat tertinggi
growth dan share-nya terjadi pada
tahun 2008 yang berada di kuadran I
karena pemerintah mendapatkan Sisa
Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
yang tepat dengan defisit yang hampir
mendekati 0%

• Pengeluaran belanja pusat terendah


growth dan share-nya terjadi pada
tahun 1999 yang berada di kuadran III
akibat APBN selalu defisit

18
Analisis pengeluaran transfer daerah

Analisis Pengeluaran Transfer Daerah Data Pengeluaran Daerah


Tahun 1998–2014 Tahun 1998–2014

Note: Berdasarkan data di atas, pengeluaran daerah tertinggi growth dan share-nya terjadi pada tahun 2008 yang berada di kuadran II dana
perimbangan yang setiap tahunnya meningkat dan dana otonomi daerah. Pengeluaran daerah terendah growth dan share-nya terjadi pada 19
tahun 1999, 2002, 2003, 2004, dan 2005, yang semuanya berada di kuadran III akibat imbas dari pemberlakuan otonomi daerah.
Kebijakan untuk menopang perbankan
nasional selama krisis
Kebijakan
Kebijakan Rekapitalisasi
Kebijakan BLBI Penjaminan Bank Bank

Kebijakan untuk Kebijakan untuk Kebijakan yang


mengatasi situasi mengatasi situasi dilakukan agar
darurat berupa perbankan yang bank-bank yang
kelangkaan sudah benar-benar tersisa setelah
likuiditas yang akut kehilangan gelombang proses
akibat arus dana kepercayaan dari penutupan pada
keluar yang tidak para nasabahnya 1998–1999 dapat
terbendung dan beroperasi secara
semakin memberati normal
sistem
perekonomian
Indonesia

20
Proyeksi total penerimaan dan pengeluaran belanja
negara Indonesia tahun 1998–2014 (berlanjut)

Proyeksi Total Penerimaan dan Pengeluaran


Belanja Negara Indonesia Tahun 2045

21
Proyeksi total penerimaan dan pengeluaran belanja
negara Indonesia tahun 1998–2014 (lanjutan)

  Ʃ 𝑌 1.659 .874,091
𝑎= = =97.639 .65241
𝑛 17

  Ʃ 𝑌𝑡 28.231.763,396705
𝑏= = =17.120,53572
Ʃ 𝑡2 1.649
Jadi, persamaan linearnya adalah:
Ŷ  =97.639 .65241+17.120,53572(𝑡)
Ramalan penerimaan dan pengeluaran belanja negara di Indonesia pada tahun
2045 (di mana tahun 2045 merupakan periode ke-79) adalah:
  (t)
(79)
+ 1.352.522,322
1.450.161,974

Artinya, jumlah penerimaan dan pengeluaran belanja negara Indonesia pada tahun
2045 adalah Rp1.450.161,974 miliar. 22
Proyeksi total penerimaan pada APBN
Indonesia tahun 2045 (berlanjut)
Proyeksi Total Penerimaan pada APBN Indonesia
Tahun 2045

23
Proyeksi total penerimaan pada APBN
Indonesia tahun 2045 (lanjutan)
  Ʃ 𝑌 12.176 .404
𝑎= = =716.259,0588
𝑛 17

  Ʃ 𝑌𝑡 91.378 .250
𝑏= = =55.414,34203
Ʃ 𝑡2 1.649
Jadi, persamaan linearnya adalah:
Ŷ  =716.259,0588+55.414,34203(𝑡)
Ramalan penerimaan pada APBN Indonesia tahun 2045 (di mana tahun 2045
merupakan periode ke-79) adalah:
  (t)
(79)
+ 437.773,302037
5.093.992,08

Artinya, jumlah penerimaan pada APBN Indonesia tahun 2045 adalah


Rp5.093.992,08 miliar. 24
Proyeksi total pengeluaran pajak pada
APBN Indonesia tahun 2045 (berlanjut)
Proyeksi Total Pengeluaran APBN Indonesia
Tahun 2045

25
Proyeksi total pengeluaran pajak pada
APBN Indonesia tahun 2045 (lanjutan)
  Ʃ 𝑌 13.209 .004
𝑎= = =777.000,2352
𝑛 17

  Ʃ 𝑌𝑡 100.726 .190
𝑏= = =61.083,1959
Ʃ 𝑡2 1.649
Jadi, persamaan linearnya adalah:
Ŷ  =777.000,2352+61.083,1959(𝑡)
Ramalan pengeluaran APBN Indonesia tahun 2045 (di mana tahun 2045 merupakan
periode ke-79) adalah:
  ( t)
(79)

5.602.572,7113

Artinya, jumlah pengeluaran APBN Indonesia pada tahun 2045 adalah


Rp5.602.572,7113 miliar. 26
Proyeksi total penerimaan pajak pada
APBN Indonesia tahun 2045 (berlanjut)
Proyeksi Total Penerimaan Pajak pada APBN Indonesia
Tahun 2045

27
Proyeksi total penerimaan pajak pada
APBN Indonesia tahun 2045 (lanjutan)
  Ʃ 𝑌 8.783 .864
𝑎= = =516.697,88
𝑛 17

  Ʃ 𝑌𝑡 69.252.973,4
𝑏= = =41.996,95
Ʃ 𝑡2 1.649
Jadi, persamaan linearnya adalah:
Ŷ  =516.697,88+41.996,95(𝑡 )
Ramalan penerimaan pajak pada APBN Indonesia tahun 2045 (di mana tahun 2045
merupakan periode ke-79) adalah:
  ( t)
(79)

3.834.456,93

Artinya, jumlah penerimaan pajak pada APBN Indonesia tahun 2045 adalah
Rp3.834.456,93 miliar. 28
Proyeksi total penerimaan non-pajak pada
APBN Indonesia tahun 2045 (berlanjut)
Proyeksi Total Penerimaan Non-Pajak pada APBN Indonesia
Tahun 2045

29
Proyeksi total penerimaan non-pajak pada
APBN Indonesia tahun 2045 (lanjutan)
  Ʃ 𝑌 3.100 .114,4
𝑎= = =182.359,67
𝑛 17

  Ʃ 𝑌𝑡 26.986 .230,6
𝑏= = =16.365,21
Ʃ 𝑡2 1.649
Jadi, persamaan linearnya adalah:
Ŷ  =182.359,67+16.365,21(𝑡)
Ramalan penerimaan non-pajak pada APBN Indonesia tahun 2045 (di mana tahun
2045 merupakan periode ke-79) adalah:
  ( t)
(79)

1.475.211,26

Artinya, jumlah penerimaan non-pajak pada APBN Indonesia tahun 2045 adalah
Rp1.475.211,26 miliar. 30
Proyeksi total pengeluaran belanja pusat
pada APBN Indonesia tahun 2045 (berlanjut)
Proyeksi Total Pengeluaran Belanja Pusat pada APBN Indonesia
Tahun 2045

31
Proyeksi total pengeluaran belanja pusat
pada APBN Indonesia tahun 2045 (lanjutan)

  Ʃ 𝑌 9.122 .051
𝑎= = =536.591,24
𝑛 17

  Ʃ 𝑌𝑡 67.627 .483
𝑏= = =41.011,21
Ʃ 𝑡2 1.649
Jadi, persamaan linearnya adalah:
Ŷ  =536.591,24+41.011,21(𝑡)
Ramalan pengeluaran belanja pusat pada APBN Indonesia tahun 2045 (di mana
tahun 2045 merupakan periode ke-79) adalah:
  (t)
(79)
885,59
3.776.476,83

Artinya, jumlah pengeluaran belanja pusat pada APBN Indonesia tahun 2045
adalah Rp3.776.476,83 miliar. 32
Proyeksi total pengeluaran transfer daerah
pada APBN Indonesia tahun 2045 (berlanjut)
Proyeksi Total Pengeluaran Transfer Daerah pada APBN Indonesia
Tahun 2045

33
Proyeksi total pengeluaran transfer daerah
pada APBN Indonesia tahun 2045 (lanjutan)

  Ʃ 𝑌 4.088 .399
𝑎= = =240.494,05
𝑛 17

  Ʃ 𝑌𝑡 33.097 .405
𝑏= = =20.071,19
Ʃ 𝑡2 1.649
Jadi, persamaan linearnya adalah:
Ŷ  =240.494,05+20.071,19(𝑡 )
Ramalan pengeluaran transfer daerah pada APBN Indonesia tahun 2045 (di mana
tahun 2045 merupakan periode ke-79) adalah:
  (t)
(79)

1.826.118,06

Artinya, jumlah pengeluaran transfer daerah pada APBN Indonesia tahun 2045
adalah Rp1.826.118,06 miliar. 34
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai