Anda di halaman 1dari 37

Aktivitas memakai baju berkancing pada

kondisi anak Intelectual Disabilty

Kelompok:

1. Nada Nafisah

2. Nur Fitria

3. Rangga Yudha p
Definisi
Intellectual Disability (ID)
Merupakan gangguan selama periode
perkembangan yang meliputi defisit fungsi
intelektual dan sosial

(American Psychiatric Association, 2013).


Kriteria Intelectual Disability
Penurunan proses berpikir
Intelectual secara umum rendah
Penurunan perilaku fungsi adaptif
Pengklasifikasian Intellectual Disability dibagi
menjadi :

Ringan (Mild)
Sedang (Moderate)
Berat (Severe)
Sangat Berat (Profound)
American Psychiatric Association (2013) ,
Prevalensi/Insiden

Prevalensi anak dengan intellectual disability di


Indonesia diperkirakan 1-3% dari penduduk Indonesia

Data penyandang cacat diperoleh dari Pusdatin Kesos,


tahun 2009 juga mencatat bahwa jumlah penyandang ID
sebesar 15,41%, yang berarti bahwa anak dengan
kondisi ID termasuk jumlah kecacatan yang paling
banyak dialami setelah kecacatan kaki.
Etiologi

faktor penyebab yang dinyatakan sebagai dasar terjadinya


Intellectual Disability:
1. Faktor Genetik
a. Kelainan Kromosom
b. Kelainan Metabolik
2. Faktor Prenatal
3. Faktor Perinatal
4. Faktor Postnatal
Mildred (1976) dan Salmiah (2010)
Prognosis
Secara umum, semakin berat defisit kognitif dan masalah
fisik anak, semakin pendek usia harapan hidup.
Namun, dengan tidak adanya masalah fisik, seorang
anak dengan ID ringan memiliki harapan hidup relatif
normal, dan perawatan kesehatan adalah untuk
meningkatkan hasil kesehatan jangka panjang bagi
orang-orang dengan semua jenis cacat perkembangan.
Laporan Kasus
IDENTITAS PASIEN
Nama inisial : An. Rm
Usia : 10 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Sisi dominan : Kanan
Status : siswa preschool di klinik MIM
Ponorogo
Diagnosis : Intelectual Disability
DATA SUBYEKTIF
berdasarkan interview dengan Ibu Anak
• anak mengalami banyak ketertinggalan dan
kelambatan dalam mengikuti pelajaran

Keluhan • Hal tersebut terjadi sejak pasien menginjak jenjang


pendidikan di sekolah Playgroup selama 2 tahun
dan di sekolah TK selama 2 tahun

• yaitu anak mampu mengikuti proses


belajar sesuai dengan usia seperti mampu

Harapan mengenal huruf, angka, warna, mampu


membaca, berhitung dan mampu memakai
baju berkancing secara mandiri
Screening test

• pretern atau premature dengan usia


kandungan 32 minggu
• ibu berusia 23 tahun
kelahira • kehamilan pertama dengan persalinan
section caesaria karena ibu memiliki
n riwayat hipertensi (230/110 mmHg)
• berat badan 1,8 kg
Blangko • gerak atas masih mengalami gangguan
• dalam aktivitas memanipulasi objek dan koordinasi
Motorik mata tangan masih kurang baik sehingga ketika
mengerjakan aktivitas masih memerlukan waktu

Halus yang lama.

Blangko • tidak ada gangguan pada area anggota gerak bawah


dengan sisi dominan kanan.

Motorik • Namun dalam aktivitas berjalan mundur digaris


lurus serta aktivitas memutar bola dengan
menggunakan kaki anak masih kesulitan dan belum
Kasar seimbang.
• Anak sudah mampu menunjukkan
ukuran besar kecil, panjang pendek.
• Belum mampu berhitung dan
Blangko kesulitan dalam mengimitasi desain
Pemeriksaa balok yang di ujikan terapis.
• Anak kesulitan dalam membedakan
n Persepsi antara warna hijau dan biru
• Anak belum mampu menunjukkan
dagu dan tumit
Pemeriksaan FIM

Anak memeproleh hasil 103 yang berarti anak


memerlukan set up pada setiap aktivitas.

Anak masih kesulitan dalam aktivitas berpakaian


atas terutama dalam memakai baju berkancing
Pemeriksaan blangko Retardasi Mental
Berdasarkan pemeriksaan Mental Retardasi bahwa dalam hal
gross motor dari kemampuan duduk berdiri dan berjalan dapat
dilakukan secara mandiri. Namun dalam hal melempar dan
tangkap bola masih memerlukan bantuan
Dalam hal koordianasi tangan kemampuan menggores atau
mencoret anak masih memerlukan bantuan karena belum rapi.
Dalam kemampuan self feeding anak sudah dapat melakukan
aktivitas makan, mengunyah, menelan serta menghisap. Serta
mampu menggunakan peralatan untu makan.
Rangkuman data Subjektif dan
objektif
• An. RM (10 Tahun)
PASIE • Preschool di klinik MIM Ponorogo
N
• Ibu pasien mengeluhkan bahwa pasien
mengalami banyak ketertinggalan dan
Keluha kelambatan dalam mengikuti pelajaran di
sekolah
n
Fungsi anggota gerak atas anak masih mengalami
kesulitan seperti memanipulasi objek dan koordinasi
mata tangan masih sangat kurang, sehingga saat
mengerjakan aktivitas memerlukan waktu yang lama
untuk menyelesaikannya.

Dan pada aktivitas motorik kasar anak masih kesulitan


dalam berjalan mundur kebelakang dan belum mampu
memutar bola menggunakan kaki.
Aset
Penampilan anak secara keseluruhan rapi. Pasien
kooperatif. Pasien mampu menunjukkan bentuk besar
kecil, dan panjang pendek serta paham konsep kanan-
kiri, depan belakang serta luar dan dalam pada bagian
baju.
Limitasi

 Anak belum mampu mengancingkan baju berkancing


dan belum mampu mengenal angka-huruf, warna, dan
ketika menulis masih memerlukan tracking.
• Penampilan anak secara keseluruhan rapi.
• Pasien kooperatif.

Aset • Pasien mampu menunjukkan bentuk besar kecil,


dan panjang pendek serta paham konsep kanan-kiri,
depan belakang serta luar dan dalam pada bagian
baju.

• Anak belum mampu mengancingkan baju

Limitasi berkancing
• belum mampu mengenal angka-huruf, warna, dan
ketika menulis masih memerlukan tracking.
• anak mengalami kesulitan dalam
Prioritas
aktivitas mengancingkan baju
Masalah berkancing.

• area ADL yaitu berpakaian


Diagnosis
menggunakan baju berkancing belum
OT mampu mandiri.
Tujuan Jangka Panjang

Anak mampu mengancingkan baju berkancing secara


mandiri selama 12x sesi terapi.
Tujuan Jangka Pendek

STG I
STG II
Anak mampu melepas STG III
Anak mampu memasang
kancing dengan media
kancing dengan media Anak mampu
dressing simulation
dressing   simulation mengancingkan baju dari
dengan diameter kancing
dengan diameter kancing kancing bawah keatas
4 cm, 2 cm, dan1 cm
4 cm, 2 cm, dan 1 cm secara mandiri selama 5x
dengan bantuan minimal
dengan bantuan minimal sesi terapi.
dari terapis selama 3x
selama 4x sesi terapi.
sesi terapi.
Model Treatment/Kerangka Acuan

Menggunakan kerangka acuan perilaku.


Kerangka acuan perilaku yaitu pembentukan perilaku
trampil yang mendasari dilakukannya kinerja okupasi
(occupational performance).
Pada kasus An. Rm, motivasi pada anak sangat kurang
sehingga saat mengerjakan aktivitas diperlukan social
reinforcement berupa pujian.
Strategi/Teknik
modeling, yaitu terapis memberikan contoh tindakan kepada
pasien dan pasien diminta untuk mengimitasi atau menirukan.
Shaping, yaitu memecah aktivitas menjadi beberapa tahapan kecil
kemudian diulang-ulang.
Social reinforcement, yaitu terapis memberikan pujian dan tepuk
tangan apabila pasien mampu melakukan tugas yang diberikan
terapis dengan baik.
Backward chaining yaitu anak di ajarkan dari tahap melepaskan
kancing kemudian baru memasang kancing.
Frekuensi
• 2 kali sesi terapi dalam seminggu.

• 30 menit per sesi terapi 


Durasi

• Pegboard, dressing simulation, baju


Media
Terapi berkancing, koin, ronce
Home Program

memberikan edukasi kepada keluarga untuk


mendampingi dan membantu pasien dalam belajar latihan
dalam berpakaian secara mandiri terutama memakai baju
kemeja.
PELAKSANAAN TERAPI

Adjunctive therapy
Tahapan adjunctive methods Bertujuan untuk
mempersiapkan anggota gerak sebelum memulai aktivitas
fungsional. Aktivitas yang dilakukan dalam adjunctive
methods adalah memposisikan anak duduk diatas matras
tepatnya didepan terapis, selanjutnya anak dilatih untuk
salam, dan berdoa.
Enabling therapy

Pada aktivitas enabling, terapi dilakukan dengan


menggunakan media terapi (therapy equipment). Aktivitas
yang diberikan pada tahap enabling yaitu terapis
memperintahkan anak untuk menyusun pegboard,
memasukkan koin ke dalam lubang celengan dan menyusun
ronce untuk melatih keterampilan motorik halus yang
digunakan pada aktivitas mengancingkan baju.
Purposeful activity

Purposefull activity adalah aktivitas yang memiliki


tujuan, relevan dan bermakna. Aktivitas yang diberikan
pada tahap purposefull activity adalah anak diperintahkan
untuk melepas kemudian memasang kancing
menggunakan media dressing simulation.
Occupational Performance

Tahapan Occupational performance merupakan tahapan


tertinggi dalam pelaksanaan terapi dimana anak
diharapkan mampu melakukan aktivitas mengancingkan
baju secara mandiri.
Reevaluasi
Data subjektif
Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 25 Mei
2018 setelah menjalani terapi 4 kali. Anak mampu melepas
kancing dengan media dressing simulation dengan diameter
kancing 4 cm  dan 2 cm secara mandiri, namun pada
ukuran 1 cm masih belum bisa, kontak mata masih belum
baik kurang lebih 30 detik.
Data Obyektif

Berdasarkan pemeriksaan motorik halus yang dilakukan


pada tanggal 25 Mei 2018 diperoleh hasil bahwa fungsi
anggota gerak atas anak masih mengalami kesulitan
memanipulasi objek dan koordinasi mata tangan masih
kurang sehingga saat mengerjakan aktivitas memerlukan
waktu yang lama untuk menyelesaikannya.
Berdasarkan pemeriksaan motorik kasar bahwa anak
masih belum mampu dalam aktivitas memutar bola
menggunakan kaki dan berjalan kebelakang
menggunakan garis lurus.

Berdasarkan blangko pemeriksaan persepsi anak pada


tanggal 25 Mei 2018, menunjukkan hasil pada bagian
menunjukkan ukuran pasien mampu menunjukkan
ukuran besar/kecil dan panjang/pendek. Belum mampu
berhitung dan kesulitan mengimitasi desain blok yang
dicontohkan terapis.
Berdasarkan pemeriksaan FIM tanggal 25 Mei
2018 anak memeproleh hasil 100 yang berarti
anak masih memerlukan set up pada setiap
aktivitas. Anak masih kesulitan dalam
aktivitas berpakaian atas terutama dalam
memakai baju berkancing.
Hasil/Pencapaian Program Terapi

Kondisi Setelah Dilakukan Tindakan


No Kondisi Sebelum Dilakukan Tindakan OT
OT

Anak mampu melakukan Aktivitas


Anak belum mampu melakukan Aktivitas
1. mengancingkan baju dengan bantuan
mengancingkan baju
minimal
Pada hasil pencapaian terapi STG I anak mampu melepas
kancing pada media dressing simulation dengan
menggunakan kancing berdiameter 4 cm, 2 cm, dan 1 cm
dapat tercapai namun pada kancing yang berdiameter 1
cm anak masih sedikit kesulitan.
Pada hasil pencapaian terapi STG II belum tercapai
karena anak masih kesulitan mengancingkan kancing ke
dalam lubang kancing.
Pada hasil pencapaian terapi STG III belum tercapai.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai