Konsep tauhid merupakan dimensi vertikal Islam sekaligus
hirizontal yang memadukan seluruh aspek kehidupan baik politik, sosial ekonomi. Tauhid menyadarkan manusia sebagai makhluk ilahiyah, sosok makhluk yang bertuhan. Dengan demikian, kegiatan bisnis manusia tidak terlepas dari pengawasan Tuhan, dan dalam rangka melaksanakan perintah Tuhan. (QS. 62:10/ Al Jumuah; 10). “Apabla telah ditunaikan sembahyang, maka bertebarlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak- banyak supaya kamu beruntung”. Berdasar aksioma ini praktek etika bisnis al: 1. Tidak diskriminatif (pekerja, penjual,pembeli, mitra kerja atas dasar pertimbangan ras, warna kulit,jenis kelamin maupun agama). 2. Tidak melakukan mal bisnis 3. tidak menimbun kekayaan atau serakah, karena kekayaan adalah milik Allah. Kedua, keseimbangan (Keadilan).
Ajaran Islam berorientasi pada terciptanya karakter manusia
yang memiliki sikap dan prilaku yang seimbang dan adil dalam konteks hubungan antara manusia dengan diri sendiri, dengan orang lain (masyarakat) dan dengan lingkungan. Keseimbangan berarti tidak berlebihan (ekstrim) dalam mengejar keuntungan ekonomi(QS.7:31). Kepemilikan individu yang tak terbatas, sebagaimana dalam sistem kapitalis, tidak dibenarkan. Dalam Islam, Harta mempunyai fungsi sosial yang kental (QS.). “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang memta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian” Kata Allah, Ummat Islam sebagai ummatan wasathan, yakni umat yang memiliki kebersamaan,kedinamisan dalam gerak,arah dan tujuannya serta memiliki aturan-aturan kolektif yang berfungsi sebagai penengah atau pembenar. Prinsip Etis dalam Al Quran al: 1. Al-Baqoroh; 195:” Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, allah Menyukai orang-orang yang berbuat baik”. 2. Al-Furqon; 67-68, 72-73, 3. Al-Isro’; 35: Ketiga, Kehendak Bebas/Ikhtiyar.
Manusia sebagai khalifah di muka bumi sampai
batas-batas tertentu mempunyai kehendak bebas untuk mengarahkan kehidupannya kepada tujuan yang akan dicapainya. Manusia dianugerahi kehendak bebas (free will) untuk membimbing kehidupannya sebagai khalifah. Lanjut Dalam ekonomi, manusia bebas mengimplementasikan kaedah-kaedah Islam. Karena masalah ekonomi, termasuk kepada aspek mu’amalah, bukan ibadah, maka berlaku padanya kaedah umum, “Semua boleh kecuali yang dilarang”. Yang tidak boleh dalam Islam adalah ketidakadilan dan riba. Dalam tataran ini kebebasan manusia sesungguynya tidak mutlak, tetapi merupakan kebebasan yang bertanggung jawab dan berkeadilan. Keempat, Pertanggungjawaban.
Segala kebebasan dalam melakukan bisnis oleh
manusi tidak lepas dari pertanggungjawaban yang harus diberikan atas aktivitas yang dilakukan. Pertanggungjawaban, berarti, bahwa manusia sebagai pelaku bisnis, mempunyai tanggung jawab moral kepada Tuhan atas perilaku bisnis. Harta sebagai komoditi bisnis dalam Islam, adalah amanah Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Lanjut landasan al-Qur’an: 1. ”Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya”.(QS. Al Mudassir (74): 38) 2. An Nisa’;85: “Barang siapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang baik, niscaya dia akan memperoleh bagian dari (pahala)nya. Dan barang siapa memberi pertolongan dengan pertolongan dengan pertolongan yang buruk, niscaya dia akan memikul bagian dari (dosa)nya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.