Anda di halaman 1dari 9

Landasan Etika Bisnis Islam

Aksioma Islam dalam Etika Bisnis:


(Syed Nawab Naqvi)

Pertama, Tauhid (kesatuan).


Kedua, keseimbangan (Keadilan
Ketiga, Kehendak Bebas/Ikhtiyar.
Keempat, Pertanggungjawaban.
Dan Kebajikan/Ihsan
Pertama, Tauhid (kesatuan).

Konsep tauhid merupakan dimensi vertikal Islam sekaligus


hirizontal yang memadukan seluruh aspek kehidupan baik
politik, sosial ekonomi. Tauhid menyadarkan manusia
sebagai makhluk ilahiyah, sosok makhluk yang bertuhan.
Dengan demikian, kegiatan bisnis manusia tidak terlepas
dari pengawasan Tuhan, dan dalam rangka melaksanakan
perintah Tuhan. (QS. 62:10/ Al Jumuah; 10). “Apabla telah
ditunaikan sembahyang, maka bertebarlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-
banyak supaya kamu beruntung”.
Berdasar aksioma ini praktek etika bisnis al:
1. Tidak diskriminatif (pekerja, penjual,pembeli, mitra
kerja atas dasar pertimbangan ras, warna kulit,jenis
kelamin maupun agama).
2. Tidak melakukan mal bisnis
3. tidak menimbun kekayaan atau serakah, karena
kekayaan adalah milik Allah.
Kedua, keseimbangan (Keadilan).

Ajaran Islam berorientasi pada terciptanya karakter manusia


yang memiliki sikap dan prilaku yang seimbang dan adil
dalam konteks hubungan antara manusia dengan diri sendiri,
dengan orang lain (masyarakat) dan dengan lingkungan.
Keseimbangan berarti tidak berlebihan (ekstrim) dalam
mengejar keuntungan ekonomi(QS.7:31).
Kepemilikan individu yang tak terbatas, sebagaimana dalam
sistem kapitalis, tidak dibenarkan. Dalam Islam, Harta
mempunyai fungsi sosial yang kental (QS.). “Dan pada
harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang memta
dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian”
 Kata Allah, Ummat Islam sebagai ummatan
wasathan, yakni umat yang memiliki
kebersamaan,kedinamisan dalam gerak,arah dan
tujuannya serta memiliki aturan-aturan kolektif yang
berfungsi sebagai penengah atau pembenar.
 Prinsip Etis dalam Al Quran al:
1. Al-Baqoroh; 195:” Dan infakkanlah (hartamu) di
jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri
sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri,
dan berbuat baiklah. Sungguh, allah Menyukai
orang-orang yang berbuat baik”.
2. Al-Furqon; 67-68, 72-73,
3. Al-Isro’; 35:
Ketiga,
Kehendak Bebas/Ikhtiyar.

 Manusia sebagai khalifah di muka bumi sampai


batas-batas tertentu mempunyai kehendak bebas
untuk mengarahkan kehidupannya kepada tujuan
yang akan dicapainya. Manusia dianugerahi
kehendak bebas (free will) untuk membimbing
kehidupannya sebagai khalifah.
Lanjut
 Dalam ekonomi, manusia bebas
mengimplementasikan kaedah-kaedah Islam.
Karena masalah ekonomi, termasuk kepada aspek
mu’amalah, bukan ibadah, maka berlaku padanya
kaedah umum, “Semua boleh kecuali yang
dilarang”. Yang tidak boleh dalam Islam adalah
ketidakadilan dan riba. Dalam tataran ini
kebebasan manusia sesungguynya tidak mutlak,
tetapi merupakan kebebasan yang bertanggung
jawab dan berkeadilan.
Keempat, Pertanggungjawaban.

Segala kebebasan dalam melakukan bisnis oleh


manusi tidak lepas dari pertanggungjawaban yang
harus diberikan atas aktivitas yang dilakukan.
Pertanggungjawaban, berarti, bahwa manusia sebagai
pelaku bisnis, mempunyai tanggung jawab moral
kepada Tuhan atas perilaku bisnis. Harta sebagai
komoditi bisnis dalam Islam, adalah amanah Tuhan
yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan
Tuhan.
Lanjut
landasan al-Qur’an:
1. ”Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang
telah diperbuatnya”.(QS. Al Mudassir (74): 38)
2. An Nisa’;85: “Barang siapa memberi pertolongan
dengan pertolongan yang baik, niscaya dia akan
memperoleh bagian dari (pahala)nya. Dan barang
siapa memberi pertolongan dengan pertolongan
dengan pertolongan yang buruk, niscaya dia akan
memikul bagian dari (dosa)nya. Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu”.

Anda mungkin juga menyukai