Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH SISTEM

HUKUM ADAT
TERHADAP SISTEM
HUKUM DI
INDONESIA
Kelompok 2

 Ahmad Dwi Rifa’i


 Anita Yuliana
 Dema Putri
 Desta Riany
 Fikri Qari
 Ilham Ramadhan

Administrasi Bisnis 2D 2017


Pengertian Dasar Hukum Adat
• Menurut Dr. Soedjono Dirdjosisworo, SH mengatakan Hukum adalah gejala
sosial. Ia tampil dalam menserasikan pertemuan antar kebutuhan dan
kepentingan warga masyarakat. baik yang sesuai ataupun yang saling
bertentangan. Hal ini selalu berlangsung karena manusia senantiasa hidup
bersama dalam susana saling ketergantungan.
• Pengertian hukum adat itu sendiri, yang dikemukakan oleh Hilman
Hadikusuma, istilah adat berasal dari bahasa arab yang berarti kebiasaan.
Adatvkebiasaan diartikan sebagai tingkah laku seseorang yang continue
dilakukan dengan cara tertentu dan diikuti masyarakat dalam waktu yang
lama. Dan istilah “Hukum Adat” secara akademis pertama kali merupakan
istilah asing, hasil terjemahan dari istilah “Adatrecht” diperkenalkan
pertama kali oleh Prof. Dr. Christian Snouk Hurgronje dalam bukunya yang
berjudul “De Atjehers” (1894). Hilman Hadikusuma mengatakan bahwa
adat (hukum adat) adalah kebiasaan yang bersangsi.
• Menurut Dr. R. Soepomo :
1. Hukum adat adalah hukum non statutair
hukum adat adalah hukum non statutair yang sebagian besar adalah
hukum kebiasaan dan sebagian kecil adalah hukum Islam. Hukum adat
ini meliputi hukum yang berdasarkan keputusan hakim yang berisi asas
hukum dalam lingkungan dimana is memuruskan perkara.
2. Hukum adat adalah hukum tidak tertulis
yang dimaksud dengan hukum adat sebagai hukum yang tidak
tertulis menurut Dr. R. Soepomo meliputi:
1) Peraturan Legislatif yang tidak tertulis
2) Hukum yang hidup di dalam hukum kenegaraan
3) Keputusan keputusan hakim
4) Hukum kebiasaan, termasuk pula aturan pedesaan dan aturan
keagamaan
Corak Hukum Adat
1. Tradisional, hukum adat itu pada umumnya bercorak tradisional,
artinya “bersifat turun menurun dari zaman nenek moyang sampai
sekarang.

2. Keagamaan, bersifat keagamaan (magis religious) artinya perilaku


hukum atau kaidah hukumnya berkaitan dengan kepercayaan terhadap
yang Gaib dan atau berdasarkan ajaran Ke­Tuhanan Yang Maha Esa.

3. Kebersamaan, mempunyai corak yang bersifat kebersamaan, artinya


“ia lebih mengutamakan kepentingan bersama dimana kepentingan
pribadi itu diliputi oleh kepentingan bersama (satu untuk semua,
semua untuk satu). Hubungan hukum antar anggota masyarakat yang
satu dengan yang lainnya di dasarkan oleh rasa kebersamaan, rasa
kekeluargaan tolong menolong dan gotong royong”.
4. Terbuka dan sederhana. Terbuka artinya dapat menerima masuknya unsur­
unsur yang datang dari luar asal tidak bertentangan dengan jiwa hukum adat itu
sendiri. Sederhana, artinya tidak rumit, tidak banyak administrasinya, bahkan
kebanyakan tidak tertulis, mudah di mengerti dan dilaksanakan.

5. Tidak di kodifikasi. Hukum Adat kebanyakan tidak ditulis walaupun ada juga di
antaranya yang dicatat didalam aksara daerah. Jadi, Hukum adat pada umumnya
tidak dikondifikasikan seperti halnya hukum barat (EROPA) yang disusun secara
teratur dan sistimatis di dalam kitab ,oleh karenanya hukum adat mudah
berubah dan dapat menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat.

6. Musyawarah dan mufakat. Adanya musyawarah dan mufakat di dalam


keluarga, didalam hubungan kekerabatan dan ketetanggaan dalam
menyelesaikan perselisihan antara satu dengan lainnya. Didalam menyelesaikan
perselisihan selalu di utamakan jalan penyelesaian secara rukun dan damai
dengan musyawarah mufakat di sertai saling memaafkan.
Sistem Hukum Adat
1. Mendekati Sistem Hukum Inggris
Di Inggris dikenal dengan adanya juru damai yang disebut Justice of the peace. Hal ini mirip
dengan Peradilan Adat (Peradilan Desa) di Indonesia yang menyelesaikan perkara perselisihan
seacara damai (dimasa­masa lalu dan sekarang sudah tidak berlaku).

2. Tidak membedakan Hukum Publik dan Hukum Privat


Hukum Eropa membedakan hukum yang bersifat public dan bersifat perdata (privat).
Dimana, Hukum publik di pertahankan oleh pemerintah sedangkan hukum privat di
pertahankan oleh pribadi individu. Sedangkan Hukum adat tidak membedakan berdasarkan
kepentingan dan siapa yang mempertahankannya dari kepentingan di maksud.

3. Tidak membedakan Pelanggaran Perdata dan Pidana


Hukum adat tidak membedakan antara perbuatan yang sifatnya pelanggaran hukum
perdata dan pelanggaran hukum pidana. Menurut peradilan adat kedua pelanggaran di maksud
yang dilakukan seseorang di periksa, di pertimbangkan dan di putuskan sekaligus dalam suatu
persidangan yang tidak terpisah,.
Masalah yang Diatur dalam Hukum Adat

1. Hukum Tanah (rechten op grond), transaksi­transaksi tanah (grond


transacties), transaksi­transaksi yang ada hubungannya dengan tanah
(transacties waarbij grond betrokken is).
2. Hukum atas perumahan, tumbuh­tumbuhan dan ternak.
3. Hukum kekeluargaan yaitu hukum yang mengatur hubungan antara anak
dengan orang tuanya, antara anak dengan keluarga, pemeliharaan anak
piatu, dan pengangkatan anak (adopsi).
4. Hukum perkawinan yang mengatur prosesi pertunangan, pelaksanaan
perkawinan, perceraian.
5. Hukum waris yang akan membahas harta peninggalan yang tidak dibagi
(harta pusaka), harta benda yang dibagi, harta benda keluarga
(familiegoederen), barang keramat, dan barang keluarga (gezinsgoederen),
barang persekutuan, utang (schulden), dan kedudukan janda.
Pengaruh dan Kedudukan Hukum Adat
Terhadap Hukum Indonesia
Dengan disahkannya UUD 1945 tersebut, bangsa Indonesia mempunyai
dasar dasar dan tertib hukum baru, hukum yang mencerminkan kepribdian
bangsa Indonesia untuk mengatur tata tertib hidup bangsa Indonesia dan
masyarakat Indonesia baru. Tertib hukum baru itu disebut tata hukum
nasional.”
Dalam lampiran A dari ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960 pada paragraph
402 nomor 34 dan 35 diantaranya terdapat ketentuan mengenai pembinaan
hukum nasional kita yang baru dimana disebutkan dengan jelas asas asas
yang harus diperhatikan oleh para Pembina hukum nasional yaitu:
1). Pembangunan Hukum Nasional harus diarahkan pada homoginiteit hukum
dengan memperhatikan kenyataan kenyataan yang hidup di Indonesia.
2). Harus sesuai dengan Haluan Negara dan berlandaskan Hukum Adat yang
tidak menghambat perkembangan masyarakat adil dan makmur.
Menurut putusan kongres Pemuda Indonesia tahun 1928, “sebagai dasar persatuan bangsa,
sebagai dasar hukum perjuangan melawan penjajahan, untuk mewujudkan kemerdekaan. Oleh
karenanya setelah kemerdekaan maka ia (hukum adat) merupakan dasar hukum yang menjiwai
pembentukan hukum nasional, menjiwai UUD 1945, dan perundang undangan Indonesia
lainnya.
1. Di dalam UUD 1945
Dari beberapa bagian dan pasal yang tercantum di dalamnya dapat kita fahami bahwa UUD
1945 itu dijiwai oleh Hukum Adat dan mengandung kaidah yang berasal dari Hukum Adat. Hal
mana dapat dilihat diantaranya:
1). Didalam pembukaan UUD 1945 memuat unsur-unsur pandangan hidup PANCASILA.
2). Pasal 29 ayat (1) menyatakan: “bahwa Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.
3) Pasal 33 ayat (1) menyatakan “bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan”.
2. Di dalam Konstitusi RIS 1949
Yang menyangkut Hukum Adat ditegaskan sebagai berikut: “Di dalam mukaddimah Konstitusi
RIS 1949, unsur-unsur Pancasila juga dinyatakan dengan uraian singkat yaitu ”Ketuhanan Yang
Maha Esa, Perikemanusiaan, Kebangsaan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial”.
Pasal 104 ayat (1) menyatakan “segala keputusan pengadilan harus diberi alasan-alasannya
dan dalam perkara hukuman menyebutkan aturan-aturan hukum adat yang dijadikan dasar
hukuman itu”.
Contoh Kasus yang diatur Hukum Adat
Harta bersama dalam perkawinan:
Dalam hukum adat, harta benda yang dimiliki oleh suami dan istri dapat dibedakan ke
dalam dua kategori yang umum:
1. Harta benda yang diperoleh sebelum perkawinan
2. Harta benda yang didapat setelah atau selama perkawinan

• Harta bersama terbentuk secara otomatis dengan dimulainya ikatan perkawinan.


• Harta bersama harus dipisahkan dengan harta yang dimiliki oleh suami atau istri sebelum
dilangsungkannya perkawinan.
• Utang-utang yang muncul karena pembiayaan kehidupan perkawinan harus dibayar dengan
harta bersama.
• Dalam hal poligami, harta bersama antara suami dan salah seorang dari istrinya harus
dipisahkan dengan harta bersama antara suami dengan istrinya yang lain.
• Dalam hal perceraian, harta bersama tersebut harus dibagikan secara seimbang antara kedua
belah pihak suami istri.
• Suami atau istri mempunyai hak yang sama untuk mengajukan petisi kepada pengadilan
agama untuk menyita harta bersama jika salah seorang pihak menyalahgunakan harta
tersebut, seperti untuk perjudian,mabuk-mabukan, dan lain sebagainya. Aturan-aturan
tersebut menunjukkan usaha-usaha yang dilakukan oleh para eksponen hukum islam di
Indonesia untuk mengakomodasikan hukum islam dengan hukum adat.
Any Question???

Anda mungkin juga menyukai