Paracentesis TIPS
Penusukan daerah perut untuk Prosedur bedah untuk menghubungkan
mengumpulkan cairan di peritoneum pembuluh darah vena porta dengan pembuluh
darah vena hepatik di hati.
SOAP
Hematemesis Melena
(S)
Ny. P, 56 tahun, muntah darah, BAB>5x warna coklat, pusing, lemas, mual
Diagnosis : Sirosis hati + hematemesis melena
Riwayat penyakit : hematemesis melena sejak 2 bulan yang lalu
Tanggal
DATA KLINIK
19/5 20/5 21/5 22/5 23/5 24/5 25/5
Hematemesis
√ √ - - - - -
Melena
Mual √ √ √ √ √ --- --
(O)
Tanggal
Data Lab Nilai Normal
19/5 20/5 21/5 22/5 23/5 24/5
Hemoglobin 13-18 g/dL 6,6 8,6 Hct dan Hb
Hct 35-45% 22,7 24,2 rendah
180- Trombosit rendah
Trombosit 400.10^3 91000 119000
Assesment Data Pasien, Klinik, dan Laboratorium
1. Pasien MRS dengan hematemesis melena, diberikan asam 1. Monitoring keluhan mual dan muntah pasien
traneksamat iv untuk menghentikan pendarahan segera, dan Vit 2. Memonitor kadar HB, Hct, trombositopenia
K untuk mempercepat koagulasi. Pada hari kedua pasien masih untuk mengetahui efektivitas terapi
mengalami hematemesis melena sehingga pemberian asam 3. Monitoring frekuensi BAB dan
traneksamat iv dan Vit K tetap dilanjutkan dan dihentikan pada konsistensinya
hari ke-3 ketika pasien sudah tidak mengalami hematemesis 4. Merekomendasikan terapi anemia apabila
melena kadar HB dan Hct belum mencapai kadar
2. Injeksi ceftriaxone diberikan sebagai profilaksis infeksi karena normal.
variceal bleeding (hematemesis). Pada hari ke-3 penggunaan 5. Memantau kondisi pasien: Apakah ada
injeksi ceftriaxone dihentikan karena pasien sudah tidak recurrence muntah darah dan warna feses
mengalami hematemesis melena. Penggunaan injeksi ceftriaxone 6. Memantau DRP: gangguan pencernaan, sakit
sebagai antibiotic profilaksis variceal bleeding digunakan kepala
maksimal selama 7 hari 7. Menginformasikan perawat tentang cara
3. Antasida cair dan Omeprazole untuk mual, Ondansentron rekonstitusi dan penggunaan asam
digunakan sebagai antiemetikum traneksamat IV, omeprazole IV, dan Vitamin
K IV.
Hipertensi Porta
(S) Diagnosis : Sirosis hati
1. Jika pasien mengalami ascites diperlukan diuretic untuk 1. Penggunaan spironolakton bersama
mengurangi penumpukan cairan di peritoneum, salah dengan beta blocker non-selektif dapat
satunya dengan menggunakan spironolakton. Jika tidak memperbaiki kondisi asites pada
ada tanda-tanda ascites spironolakton tidak perlu pasien sirosis hepatik, yaitu tidak hanya
digunakan. mengatasi kelebihan cairan pada
peritoneum, tetapi juga menurunkan
tekanan vena porta. Namun untuk
mengetahui adanya kondisi asites perlu
pengecekan jumlah output urin.
Rehidrasi Cairan
(S) pasien merasa lemas dan pusing, sudah BAB > 5 kali
1. Kandungan : 2 kolf RL (1000cc) dan 1 kolf D5 (500 cc). Nilai 1. Monitoring kondisi lemas dan pusing pasien
kalori dari dekstrosa 5% adalah 170 kcal/L Pasien mengalami 2. Monitoring kadar Na+, K+ dan Cl- pasien
diare sehingga lemas. Oleh karena itu diberikan infus RD 5 2:1 3. Monitoring terkait ESO yang dapat
untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan dektrosa untuk ditimbulkan, misalnya kondisi hipernatremia
menambah asupan kalori
2. Komentar : Kebutuhan kalori harian orang dewasa perempuan
2000kal, laki-laki 2500 kal. Jika tidak ditemukan tanda-tanda
ascites dosis Infus RD 5 dapat dinaikkan menjadi RD 5 2:2
Diare
(S) sudah BAB > 5 kali
(O) Nama
Obat
Regime
n Dosis
19/
Tanggal Pemberian Obat
• Pasien MRS dengan diare, diberikan Infus RD5 2:1 untuk 1. Monitor elektrolit
mengatasi dehidrasi pasien, dan memenuhi kebutuhan kalori 2. Frekuensi diare, kepadatan tinja
pasien. Diberikan kaolin-pektin sebagai adsorben untuk 3. Monitor tanda-tanda dehidrasi pada pasien
mengatasi diare
• kaolin-pektin dihentikan tanggal 20 karena pasien sudah tidak
mengalami diare
SBP
(S) -
(O)
Data Klinik Nilai Normal Tanggal
19/5 20/5 21/5 22/5 23/5 24/5 25
Suhu 36,7 – 37,5 36 36,2 37,5 36,8 36,5 36,8 36
Leukosit 4,5-10,5 x 10^3 /mcL 6,3 x 10^3 5,1 x 10^3
• Patogenesis terjadinya SBP yang utama adalah translokasi 1. Interaksi antasida dan levofloxacin obat
bakteri. Kondisi asites karena adanya penumpukan cairan di tidak diberikan bersamaan (antasida
rongga peritoneum lalu terjadi kebocoran cairan dari usus yang diminum 1 jam sebelum makan, levofloxacin
mengandung banyak bakteri, sedangkan di rongga peritoneum 2 jam setelah makan)
tidak ada proses fagositosis oleh sistem imun. Sehingga bakteri 2. ESO levofloxacin mual jika mual tidak
sangat mudah berkembang biak dan terjadilah SBP. Levofloxacin teratasi dengan penggunaan antasida dan
digunakan sebagai profilaksis SBP omeprazole, penggunaan ondansentron
dapat dilanjutkan
3. Monitoring tanda-tanda SIRS (nadi, suhu, RR)
dan hasil kultur bakteri
4. Menginformasikan cara rekonstitusi dan
penggunaan obat pada perawat
Ensefalopati Hepatik
(S) -
Obat Konseling
Infus Cara Rekonstitusi :
Ceftriaxon 1. Melarutkan 1 g Ceftriaxon dengan 9,6 ml WFI didapatkan konsentrasi 100mg/ml selanjutnya larutan
(iv) , 2x1 dicampur
gram kedalam infus hingga didapat konsentrasi kurang dari atau sama dengan 40mg/ml
2. Larutan harus bening, periksa secara visual untuk melihat adanya partikel atau perubahan warna
sebelum
diinjeksikan. Jika terdapat partikel / perubahan warna, maka harus dibuang.
3. Berikan secara infus intermiten 15-30 menit.
Infus asam Sediaan : 1 ampul mengandung Asam Traneksamat 100 mg/ml (500 mg/5 ml)
traneksama Cara pemberian :
t (iv), 1. Mengambil 5 ml Asam Tranexamat dari sediaan ampul.
4x500mg 2. Larutan harus jernih dan tidak berwarna. Periksa jika ada partikulat atau perubahan warna secara
visual sebelum disuntikkan.
3. Berikan melalui injeksi IV dengan kecepatan 1mL / menit (100 mg / menit).
Vitamin K Cara pemberian Vitamin k (10mg/mL larutan, mixed micelles vehicle setiap 1-mL ampoules)
(iv), 1. Mengambil 1 ml Vitamin K dari sediaan ampul.
4x10mg 2. Larutan injeksi harus jernih dan tidak berwarna. Periksa jika ada partikulat atau perubahan warna
secara visual sebelum disuntikan
3. Berikan melalui suntikan IV selama 3--5 menit.
Gray et al, 2011
Konseling
Obat Konseling
Omeprazole (iv), Sediaan : 1 vial mengandung 40 mg serbuk injeksi Omeprazole dengan disertai
2x40mg 10 ml pelarut khusus dalam ampul.
Cara pemberian :
1. Larutkan 40 mg Omeprazole dalam 10 ml pelarut dalam vial.
2. Segera keluarkan udara sebanyak mungkin dari vial kembali ke dalam spuit,
untuk mengurangi tekanan positif dan tambahkan sisa pelarut ke dalam vial.
3. Putar dan kocok vial untuk memastikan semua bubuk larut.
4. Larutan harus jernih dan tidak berwarna. Periksa jika ada partikulat atau
perubahan warna secara visual sebelum disuntikan
5. Berikan dengan suntikan IV selama 5 menit dengan kecepatan maksimal 4
ml/menit
Ondansentron Cara pemberian ondansentron (2mg/mL solution in 2-mL ampul)
(iv), 2x4mg 1. Mengambil 2 m dari dalam ampul.
2. Larutan injeksi harus jernih dan tidak berwarna. Periksa jika ada partikulat
atau perubahan warna secara visual sebelum disuntikan
3. Berikan melalui suntikan IV setidaknya selama 30 detik dan sebaiknya
selama 2--5 menit. Gray et al, 2011
Konseling
PASIEN
Obat Konseling
Lactulose Indikasi : dapat menyerap NH3→ terapi HE
sirup, Aturan pakai : diminum tiga kali sehari 15 ml, pada pagi, siang dan malam, 2 jam setelah
3x15ml makan (menghindari interaksi dengan antasida)
Cara penyimpanan : disimpan di tempat yg sejuk dan terhindar dari sinar matahari
Levofloxacin, Indikasi : antibiotik (spektrum luas), untuk mencegah dan mengobati SBP
2x500mg dan HE yang dapat diakibatkan oleh adanya bakteri yang bermigrasi.
Aturan pakai : diminum dua kali sehari 1 tablet (500mg), pada pagi, dan malam,
2 jam setelah makan (menghindari interaksi dengan antasida)
Cara penyimpanan : disimpan di tempat yg sejuk dan terhindar dari sinar matahari
MIMS, MedScape
DAFTAR PUSTAKA
Angeli, P., Guarda, S., Fasolato, S., Miola, E., Craighero, R., Del Piccolo, F., Antona, C.,
Brollos, L., Franchin, M., Cillo, U., Merkel, C., Gatta, A. Switch therapy with ciprofloxacin vs.
intravenous ceftazidime in the treatment of spontaneous bacterial peritonitis in patients
with cirrhosis: similar efficacy at lower cost. Alimentary Pharmacology & Therapeutics
23.p.75-84
Dipiro, J.T., Yee, G.c., Posey, M.C. 2020. Pharmacotherapy: A Patophysiologic Approach.
11th edition. McGraw-Hill Companies, USA.
Gkamprela E, Deutsch M, Pectasides D. Iron deficiency anemia in chronic liver disease:
etiopathogenesis, diagnosis and treatment. Ann Gastroenterol. 2017;30(4):405-413.
doi:10.20524/aog.2017.0152
Gray, A., Wright, J., Goodey, V., Bruce, L. 2011. Injectable Drugs Guide. Royal
Pharmaceutical Society of Great Britain, London, UK.
Pabinger, I; Friesman, D; Schochi, H; Streif, W; Toller, W. Tranexamic acid for treatment
and prophylaxis of bleeding and hyperfibrinolysis. Wien Klin Wochenschr. 129:303–316