Anda di halaman 1dari 9

PRINSIP

NUREMBUR
G
Oleh :
Kelompok 6

1. Alda Belinda Vashti – 11010116140226


2. Al Fatih Abdan – 11000117130312
3. Ebenezer Agusman Sianipar - 11000119130509
Statuta dan praktek pengadilan Tokyo, Nuremberg, ICTY, ICTR, dan Statuta Roma adalah
sumber hukum internasional terpenting yang memberikan sumbangan definitif terhadap apa yang
disebut sebagai “international crimes” saat ini.

Statuta Pengadilan Nuremberg dan Tokyo tahun 1945 lah yang pertama kali menguraikan
kejahatan-kejahatan yang hingga saat ini dianggap sebagai tindak kejahatan internasional, yaitu :

1. Kejahatan Terhadap Perdamaian (Crimes Against Peace);

2. Kejahatan Perang (War Crimes) dan;

3. Kejahatan Terhadap Kemanusiaan (Crimes Against Humanity).


Prinsip-prinsip Nuremberg :

Prinsip I
Setiap orang yang melakukan perbuatan yang merupakan
kejahatan menurut Hukum Internasional bertanggung jawab atas
perbuatan tersebut dan dikenakan hukuman.

Prinsip 2
Fakta bahwa Hukum Internal tidak menjatuhkan hukuman atas suatu tindakan yang merupakan kejahatan
menurut Hukum Internasional, tidak membebaskan orang yang melakukan tindak tersebut dari tanggung
jawab menurut Hukum Internasional.
Prinsip III
Fakta bahwa seseorang yang melakukan suatu perbuatan yang merupakan kejahatan menurut Hukum

Internasional, bertindak sebagai Kepala Negara atau Pejabat Pemerintah yang bertanggung jawab, tidak

membebaskannya dari tanggung jawab menurut Hukum Internasional.

Prinsip IV
Fakta bahwa seseorang yang bertindak sesuai dengan perintah Pemerintahannya atau atasannya tidak
membebaskannya dari tanggung jawab di bawah Hukum Internasional, asalkan pilihan moral sebenarnya
mungkin baginya.
Prinsip V
Setiap orang yang dituduh melakukan kejahatan menurut Hukum
Internasional berhak atas pengadilan yang adil atas fakta dan hukum

Prinsip VI
Kejahatan yang selanjutnya ditetapkan dapat dihukum sebagai kejahatan menurut Hukum Internasional:
a. Kejahatan Terhadap Perdamaian (Crimes Against Peace)
1. perencanaan, persiapan, permulaan atau pengorbanan perang agresi atau perang yang melanggar
perjanjian, perjanjian atau jaminan internasional.
2. partisipasi dalam rencana bersama atau persekongkolan untuk pencapaian salah satu tindakan yang
disebutkan.
c. Kejahatan Terhadap Manusia (Crimes Against
Humanity)
Pembunuhan, pemusnahan,

b. Kejahatan Perang (War Crimes) perbudakan, deportasi , dan tindakan tidak manusiawi

pelanggaran hukum atau kebiasaan perang yang lainnya yang dilakukan terhadap penduduk sipil mana pun,

termasuk, namun tidak terbatas pada Pembunuhan, atau penganiayaan atas dasar politik, ras, atau agama, ketika

penganiayaan atau deportasi ke kerja paksa atau tindakan tersebut dilakukan atau penganiayaan tersebut

untuk tujuan lain dari penduduk sipil atau di wilayah dilakukan dalam pelaksanaan atau sehubungan dengan

pendudukan : perang atau orang di The Seas, kejahatan terhadap perdamaian atau kejahatan perang apa

membunuh di sandera, penjarahan dari publik atau pun.

milik pribadi, kehancuran yang tidak dibenarkan oleh Pimpinan, penyelenggara, penghasut dan kaki tangan yang

kebutuhan militer. berpartisipasi dalam perumusan atau pelaksanaan rencana


bersama atau persekongkolan untuk melakukan kejahatan di
atas bertanggung jawab atas semua tindakan yang
dilakukan oleh setiap orang dalam pelaksanaan rencana
tersebut.
Prinsip VII
Kerumitan dalam melakukan kejahatan terhadap perdamaian, kejahatan perang, atau kejahatan terhadap kemanusiaan sebagaimana diatur

dalam Prinsip VI merupakan kejahatan menurut hukum internasional.

Selain itu, dalam pengadilan Nuremberg dan Tokyo inilah pertama kali dikenal konsep individual
criminal responsibility.
Statuta ICTY memberikan sumbangan besar terhadap pengembangan konsep individual criminal responsibility dan
command responsibility dimana mereka yang dianggap bertanggung jawab pidana secara individu tidak hanya orang yang
melakukan tapi juga yang memerintahkan melakukan tindak kejahatan. ICTY pula yang memperkenalkan praktek penerapan
command responsibility dalam pengadilan pidana.
Dewan keamanan perserikatan bangsa-bangsa membentuk Pengadilan Pidana Internasional yaitu The international
Criminal Tribunal for Former Yugoslavia (ICTY) pada tanggal 23 mei 1993, pengadilan tersebut bersifat ad hoc karena
dibentuk hanya untuk mengadili kejahatan – kejahatan tertentu, pada saat tertentu dan di wilayah tertentu; yaitu

Untuk mengadili kejahatan – kejahatan tertentu yang dilakukan sejak 1 januari 1991 hingga sekarang dan locus delicti-

nya ada di wilayah bekas Negara Yugoslavia. Adapun jenis kejahatan yang berada di bawah yurisdiksi ICTY adalah:

1. Grave breaches of Geneva Convention of 1949;


2. Violation of the Laws or Customs of wae;
3. Genocide;
4. Crimes against humanity.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai