Anda di halaman 1dari 14

Pendidikan dalam

Perspektif
Positivisme
Educational Philosophy
Start
About Us 01 02
Sejarah Positivisme
Positivisme Pendidikan

Positivisme dalam
03 Penelitian
Pendidikan
Sejarah
01 Positivisme
01 S e j a r a h 02 Positivisme Pendidikan 03 Positivisme dalam penelitian pendidikan

Mengapa bisa munculnya


Positivisme?
Munculnya positivisme kontemporer diawali oleh para
positivis logis, yaitu sekelompok filosuf pemikir ilmiah yang
bertemu secara regular di Vienna semasa Perang Dunia I
sampai Perang Dunia II.Para positivis logis mengusulkan dua
doktrin yang mendasari positivisme kontemporer.


“ Untuk memahami suatu ilmu, perlu
diketahui sejarahnya – Auguste comte

•4
01 S e j a r a h 02 Positivisme Pendidikan 03 Positivisme dalam penelitian pendidikan

Munculnya positivisme kontemporer diawali oleh para


positivis logis, yaitu sekelompok filosuf pemikir ilmiah yang
bertemu secara regular di Vienna semasa Perang Dunia I sampai
Perang Dunia II.Para positivis logis mengusulkan dua doktrin yang
mendasari positivisme kontemporer.

Pertama, pengetahuan yang asli adalah pengetahuan ilmiah


atau logika matematika, sedangkan pengetahuan teologis atau
metafisis hanyalah statement kepercayaan yang tidak dapat diuji
secara faktual. Kedua, semua ilmu memiliki metode yang berlaku
secara umum, yaitu mengobservasi fakta-fakta, mengusulkan
generalisasi yang menghubungkan fakta dengan fakta lainnya,
merumuskan teori untuk menjelaskan generalisasi tersebut, dan
menguji generalisasi dan teori secara empirik.

•5
01 S e j a r a h 02 Positivisme Pendidikan 03 Positivisme dalam penelitian pendidikan

Para positivis logis mengungkapkan apa yang mereka sebut “verifikasi teori makna”. Menurut
teori ini, sebuah statement akan bermakna hanya jika benar menurut arti term-termnya seperti
statement dalam logika dan matematika, atau dapat diverifikasi secara empirik seperti statement
dalam pengetahuan ilmiah. Namun demikian, muncul kritik atas pernyataan ini, yaitu jika teori
tersebutbenar, maka ia tidak mencakup hukum-hukum ilmiah dan teori ilmiah yang tidak bermakna
secara empirik. Hukum ilmiah seperti “setiap perbuatan melahirkan persamaan dan pertentangan
reaksi” tidak dapat diverifikasi secara empirik, karena ia meliputi sejumlah kasus yang tidak
terbatas, dan tidak dapat diobservasi secara ke-seluruhan. Sebuah teori ilmiah tidak bisa diverifikasi
secara empirik, karena sebagai suatu hukum ia menjelaskan aturan-aturan yang dapat diobservasi
dengan melakukan postulasi, dan aturan-aturan tersebut menyebabkan interaksi satuan-satuan
seperti partikel-partikel elemen yang juga tidak bisa diobservasi.

•6
Positivisme dalam
02 Pendidikan

7
01 S e j a r a h 02 Pendidikan Positivisme 03 Positivisme dalam penelitian pendidikan

Pendidikan Positivisme!

Positivisme mulai berpengaruh dalam filsafat pendidikan pada awal tahun 1950.Karya
Charles D. Hardie, Truth and Fallacy in Educational Theory, yang diterbitkan tahun 1942
menjadi karya yang populer pada waktu itu.Kemudian diikuti oleh karya D. J. O’Connor, An
Introduction to the Philosophy of Education.Kedua penulis ini mengkritisi teori-teori
pendidikan yang ada sebagai sesuatu yang tidak jelas, tidak ilmiah, hanya sekedar ekspresi
gagasan.Mereka menganjurkan para filosof pendidikan untuk menganalisis bahasa dan
konsep-konsep dalam tradisi para positivis.Mereka merekomendasikan agar penelitian
kependidikan dilakukan secara ilmiah.

Hardie mempertahankan bahwa teori pendidikan yang sejati harus memiliki struktur logika yang sama sebagai teori ilmiah. Teori ini meliputi;
1.premis-premis,,
2.hipotesis yang secara logis dideduksi dari premis-premis tersebut, dan
3.“kamus” statement-statement yang mendefinisikan term-term kunci dalam premis-premis.

•8
01 S e j a r a h 02 Pendidikan Positivisme 03 Positivisme dalam penelitian pendidikan

Pendidikan Positivisme!
Sementara itu, perhatian utama O’Connor tertuju kepada tabiat teori pendidikan dalam
hubungannya dengan human sciencies. Menurut O’Connor, kebanyakan teori pendidikan
seperti teori yang dibangun oleh Pestalozzi, Froebel, dan Montessori hanya sekedar
rasionalisasi dari praktik-praktik yang berhasil. Teori-teori yang dibangun
mengkombinasikan klaim-klaim metafisik, seperti “pendidikan adalah pengembangan
jiwa”, “pendidikan menurut alam”, dan statement-statement yang diderivasi dari pe-
ngalaman personal. Nilai utamanya terletak pada praktik-praktik yang direkomendasikan.
Teori-teori yang ada didasarkan pada working knowledge of human being, di mana guru atau
orang lain memperolehnya melalui praktik atau pengalaman. Pengetahuan semacam ini
menjadi kebutuhan para pendidik sampai jaman modern..

O’Connor juga menegaskan bahwa human sciencies menjadikan tabiat pengetahuan kita sistematis dan akan merujuk kembali kepada peristiwa-
peristiwa. Dalam beberapa kasus akan menyiapkan pengetahuan baru. Psikologi, misalnya, menyiapkan hipotesis-hipotesis yang sangat kokoh
mengenai intelegensi, persepsi, belajar, motivasi, dan lain-lainnya, serta memungkinkan kita untuk melakukan perubahan dalam pendidikan yang
diharapkan dapat bekerja. O’Connor menyebut teori ini sebagai “teori ilmiah sejati”, yaitu melalui penggambaran urutan fakta-fakta yang lebih sempit,
menggambarkannya secara langsung, kemudian ditambahkan dengan teori-teori dari physical sciences.
•9
Positivisme
03 dalam Penelitian
Pendidikan
01 S e j a r a h 02 Pendidikan Positivisme 03 Positivisme dalam Penelitian pendidikan

Positivisme telah menentukan prinsip-prinsip dan membuat langkah-langkah


prosedural dalam penelitian pendidikan. Jika kita menjadi peneliti yang dipandu oleh
prinsip-prinsip positivistik, kita akan mencari data yang dapat diverifikasi oleh
investigator yang kualified di mana saja di bumi ini. Data yang kita dapatkan harus
terbebas dari interpretasi personal. Observasi yang kita lakukan harus sesuai dengan apa
yang direkam oleh investigator. Jika memungkinkan, data harus bersifat kuantitatif,
tetapi hal ini tidak esensial.Beberapa data empirik dapat dikarakteristikkan dengan
“term-term tingkatan”, seperti lemah, sedang, kuat dari pada menyebutkan angka-angka.

Langkah yang kita lakukan selanjutnya adalah membuat generalisasi dari data, mengajukan hipotesis menurut keadaan dan persoalan yang sama
yang akan diobservasi.Langkah terakhir adalah mengkonstruk teori dengan mendeduksikan sejumlah generalisasi dari beberapa hipotesis pada level
yang lebih tinggi. Hipotesis tersebut menjelaskan mengapa sifat-sifat keberaturan yang telah diobservasi itu dapat terjadi dan kemudian membawa,
dalam skema intelektual yang tunggal, urutan fakta-fakta yang sebelumnya tidak berhubungan.

• 11
01 S e j a r a h 02 Pendidikan Positivisme 03 Positivisme dalam Penelitian pendidikan

Pendekatan positivistik, dalam perkembangan keilmuannya, telah membuahkan beberapa wilayah dalam penelitian
pendidikan.Dewasa ini, setidaknya ada dua “gerakan” yang dapat dijadikancontoh dalam pendekatan ini, yaitu behaviorism dan
cognitive science
1. Behaviorisme B.F.Skinner
Behaviorisme diperkenalkan pada awal tahun 1900-an oleh Ivan Pavlov di Rusia, dan oleh James B. Watson di Amerika
Serikat.Jika kita ingin memahami behaviorisme dengan baik, maka kita harus mempelajari aspek-aspek yang dapat diobservasi dan
dapat diukur dengan baik.Perilaku (behavior) di sini dimaksudkan sebagai respon organisme manusia atas stimulus, terutama sekali
dari lingkungan.Para behavioris cenderung mengabaikan fenomena mental seperti pemikiran dan mimpi, yaitu pada wilayah yang
tidak dapat diobservasi.Sebagian behavioris menyimpulkan dari eksperimen-eksperimen yang telah dilakukannya bahwa variabel-
variabel seperti motivasi, memori, dan tujuan, turut mencampuri antara stimulus dan respon dan melahirkan dampak-dampak pada
organisme.

• 12
01 S e j a r a h 02 Pendidikan Positivisme 03 Positivisme dalam Penelitian pendidikan

2. Ilmu Kognitif
Para ilmuwan lain dalam tradisi positivistik mempelajari otak manusia sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Di
bawah pendekatan ini, proses-proses dan struktur-struktur mental, seperti proses di mana anak mendapatkan fakta dan
keterampilan-keterampilan baru dan struktur-struktur di mana ia mengorganisir kembali pengetahuannya, dibentuk menurut
program-program komputer, kemudian para peneliti bekerja melalui komputer ini untuk mengobservasi hasil-hasilnya.
Komputer bekerja untuk mensimulasikan bekerjanya pikiran.Operasi yang dilakukan olehkomputer digunakan untuk
merepresentasikan proses-proses mental. Dalam bahasa Ulric Neisser, penggagas awal pendekatan ini, “tugas psikolog adalah
mencoba memahami kognisi manusia sebagaimana manusia mencoba menemukan bagaimana komputer itu diprogram”.20
Ilmu kognitif yang fokusnya sangat eksklusif pada pikiran, ide-ide dasarnya berpangkal pada behaviorisme, tetapi spiritnya
adalah positivistik.Bagi ilmuwan kognitif, pikiran tidak ubahnya sebagai suatu sistem dari bagian-bagian dan proses-proses
interaksi, dan dipelajari terpisah dari jiwa yang memilikinya

• 13
Anggota :

Thanks
 Nuzul Kadri A24119052
 Jumrah T. A24119032
 Angela Priska wati A24119034
 Rahmi A24119065
 Nurafni Amelia A24119077
 Nurfadila A24119041 for your
Attention
Dosen Pengampuh :

Dr. Jusman Mansyur, M. Si

Educational Philosophy

Anda mungkin juga menyukai