Anda di halaman 1dari 63

Sindroma Koroner Akut

M.ZUL’IRFAN
DEFENISI

• Coronary Arterial
Disease (CAD) adalah
penyakit yang
dikarakteristikkan
dengan adanya
akumulasi plak di dalam
arteri koroner.
CORONARY HEART DISEASE

Clinical problem

• Stable angina
• Unstable angina
• Myocardial infarction
• Heart failure
• Arrhythmia
• Sudden death
a. Stable angina

Iskemia karena
stenosis
ateromatosa yang
stabil pada satu atau
lebih arteri koroner
b. Unstable angina
• Iskemia disebabkan
oleh terhambatnya
arteri koroner akibat
pecahnya plak atau
erosi dengan
trombosis dinamis
c. Myocardial infarction

• Nekrosis miokard
akibat oklusi akut
arteri koroner akibat
pecahnya plak atau
erosi dengan
trombosis
d. Heart failure

Disfungsi miokard
akibat iskemia atau
infark
e. Arrhythmia

• Gangguan
konduksi
listrik akibat
iskemi atau
infark .
• Plak secara progresif
membesar, menebal
dan membuat
perkapuran sehingga
menyebabkan lumen
arteri koroner
menyempit.
Bila oklusi sampai 75%
akan mengakibatkan
penurunan aliran
darah koroner dan
ketidak adekuatan
suplai oksigen ke otot
jantung

Acute Coronary Syndrom


(ACS) / Sindrom koroner
Akut (SKA)
• Acute Coronary Syndrome (ACS) adalah
sebuah istilah yang digunakan untuk
mendifinisikan komplikasi CAD yang dapat
muncul.
• Syndrome ini meliputi Unstable Angina
Pectoris (UAP), ST elevasi Miokard Infark
(STEMI), dan Non ST Elevasi Miokard Infark
(NSTEMI) (McCann et al., 2006).
Progression of coronary plaque over time Clinical Findings
Acute Coronary Syndromes
Sudden Cardiac Death

Acute silent
Angina occlusive
pectoris process
Endothelial dysfunction
Atherogenic Thrombogenic
risk factors risk factors
13
Age
20 years 60 years
Plak Stabil (stable plaque) Plak ruptur (ruptured plaque)

SUMBATAN
TOTAL
Clinical Spectrum
Chronic
• Stable Angina
• Silent Ischemia
• Mixed Angina
• Microvascular Angina
(Syndrome X)
• Stunned & Hibernating
Acute
• Unstable Angina
• Acute Myocardial
Infarction (NSTEMI,
STEMI)
• Sudden Cardiac Death
Prinzmetal Angina
18
Klassifikasi CAD

ANGINA SINDROMA
PEKTORIS STABIL KORONER AKUT

ANGINA PEKTORIS NON ST ST ELEVASI


TAK STABIL ELEVASI MI MI
Patofisiologi SKA

Erosi atau ruptur


plak

Pembentukan trombus dan


embolisasi

Angina Pektoris tak Stabil Infark Miokard tanpa ST Infark Miokard


(APTS) Elevasi dgn ST elevasi
(oklusi total
terjadi secara
mendadak)

Circulation 1998;98:2219-22
ATEROSKLEROSIS PLAK

PENURUNAN PASOKAN
OKSIGEN

OTOT JANTUNG
LAPAR
Plaque Disruption

UA NSTEMI STEMI

+ S. Markers

22
Angina Pektoris Tidak Stabil (APTS)
1. Angina saat istirahat
Timbul saat istirahat dan
berkepanjangan, biasanya > 20 menit

2. New-onset angina, Baru pertama muncul

3. Angina yang bertambah (progressif)


Sudah ada angina tp bertambah sering,
lebih lama, dgn pencetus yg lebih ringan
Acute Coronary Syndromes Coronary
Atherothrombosis

24
Infark Miokard Akut
 Nyeri dada khas infark: nyeri
dada atau leher atau rahang
(seperti ditekan atau dihimpit)
berlangsung lebih dari 30
menit, tidak hilang dengan
istirahat atau nitrat

 Disertai gejala sistemik :


berkeringat seluruh tubuh,
mual dan muntah, sesak

 Pemeriksaan fisik : Hipotensi,


ronkhi basah basal, keringat
dingin, edema paru, mitral
regurgitasi sesaat
LOKASI INFARK BERDASARKAN PERUBAHAN EKG

No Lokasi PERUBAHAN EKG


Lead

1. Anterior V1 – V4
2. Anteriar ekstensif V1 – V6
3. Inferior II , III, aVF
4. RV V3R – V5R
5. lateral I, aVL, V5, V6

26
T Wave – ST seg. changes
T-wave ∆

ST-seg ∆

Zone of ischemia
Path. Q waves
Zone of injury

Zone of necrosis
>0.03 seconds
Lateral
Septal Anterior >1/3 the total of
QRS

30
Inferior
PENINGKATAN BIOMARKER/ENZIM JANTUNG

Peningkatan nilai enzim di atas 2 x nilai batas atas normaL


menunjukan ada nekrosis jantung (infark miokard) :

• CKMB meningkat setelah 3 jam bila ada Infark miokard dan mencapai puncaknya
dalam 10 – 24 jam dan kembali normal dalam 2 – 4 hari. Operasi jantung,
miokarditis dan kardioversi elektrik dapat meningkatkan CKMB
• Troponin ada 2 jenis yaitu, Trop T dan Trop I. enzim ini meningkat setelah 2 jam bila
ada infark miokard dan mencapai puncaknya dalam 10 – 24 jam dan Trop T masih
dapat dideteksi setelah 5 – 14 hari, sedangkan Trop I setelah 5 10 hari
• CK, meningkat setelah 3 – 8 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncaknya
dalam 10 – 36 jam dan kembali normal dalam 3 – 4 hari.
• LDH, meningkat setelah 24 – 48 jam dan kembali normal dalam 8 – 14 hari
Contoh kasus.
Seorang pasien laki-laki datang ke iGD dengan
keluhan nyeri dada menjalar ke rahang dan bahu
kiri yang semakin lama semakin hebat sejak 2
jam yang lalu.
• Unstable Angina?
• Non Stemi?
• Stemi?
DIAGNOSIS

• Nyeri dada iskemik yang khas


• Evolusi EKG
• Peningkatan yang diikuti penurunan
kadar enzim-enzim jantung
SKA tanpa ST Elevasi

Trop T + Trop T negatif


NSTEMI (Infark non-Q)
CKMB naik Angina Pektoris tak Stabil
(APTS)
SKA dengan ST Elevasi

Infark Miokard Akut (Acute MCI)


Troponin T
CKMB Memerlukan terapi trombolitik (strepto
Kinase) atau Percutaneous Coronary Intervention
“ Time is muscle”

Myocardial Infarction is a true emergency in


cardiac care.
39
Myocardial Infarction is a true emergency in
cardiac care.
TATALAKSANA
A. STEMI:
1. Primary PTCA (Percutaneous Transluminal
Coronary Angioplasty)
2. Trombolytic (Bila mula serangan <12 jam)
3. Bila >12 jam heparin
TATALAKSANA
B. NSTEMI:
1. Primary PTCA pada kelompok risiko tinggi
2. Heparin
3. Aspirin
4. Nitrat
5. Obat penyekat beta
TRIASE AWAL DAN TATALAKSANA DI
EMERGENSI

PENILAIAN AWAL
• Riwayat penyakit, termasuk IMA atau tidak
• TTV dan pemeriksaan fisik
• EKG 12 lead
• Rontgen dada
• Pemantauan EKG
TRIASE AWAL DAN TATALAKSANA DI
EMERGENSI
TATALAKSANA AWAL :
• Morphine 2 – 4 mg tiap 5 – 10 menit  sebagai
analgetika dan venodilatasi
• Oksigen 4 l/menit  sat oksigen > 95 %
• Nitrogen sublingual atau IV  efek anti iskemik
dan anti hipertensi, jangan diberikan bila TD sistolik
< 90 mmHg dan bradikardia < 50 x/menit
• Aspirin 160 – 360 mg  mengurangi reoklusi
koroner
Penatalaksanaan di Rumah Sakit

Penanganan Dini
Penilaian dan stabilisasi hemodinamik
Monitoring EKG
Berikan aspirin 150 - 300 mg (dikunyah atau dihancurkan
sebelum diberikan, sehingga efek kerjanya cepat)
Berikan oksigen nasal atau sungkup  pertahankan
saturasi > 95 %
Berikan nitrat sublingual (kecuali TD sistolik < 90 mmHg)
Pasang IV akses sambil mengambil sampel darah untuk
pemeriksaan enzim jantung, pemeriksaan darah lengkap,
fungsi ginjal, gula darah dan profil lipid
Atasi nyeri dengan morfin 2 – 5 mg IV perlahan-
lahan dan dapat diulang dengan interval 5 – 15
menit sampai rasa nyeri hilang atau timbul tanda-
tanda intoksikasi (hipotensi, depresi pernapasan
dan muntah-muntah hebat).
Injeksi IM sebaiknya tidak dilakukan
Pertimbangkan kemungkinan dilakukan reperfusi,
baik dengan trombolitik maupun primary PTCA
PENANGANAN KHUSUS
• TERAPI REPERFUSI
– fibrinolitik : door-to-needle < 30 menit
– primary PTCA : door-to-dilatasi < 90 menit
• TERAPI CONJUNCTIVE
– aspirin
– heparin
• TERAPI TAMBAHAN
– BB, nitrogliserin, ACE inhibitor, statin
Kewaspadaan
Pemberian antiplatelet: Risiko perdarahan.
• aspirin
• Ticlopidine
• Clopidogrel (plavix)
• Prasugrel
Penentuan (Stratifikasi) Risiko:
Risiko Tinggi:
a. Nyeri dada yang berkepanjangan (>20 menit)
b. Gangguan hemodinamik (hipotensi, syok)
c. Post infarc angina
d. Peningkatan/positif troponin T
e. Aritmia utama (ventrikel takikardia/fibrillasi)
f. Diabetes Mellitus
KOMPLIKASI
• ARITMIA
– Takhiaritmia
– Bradiaritmia
• DISFUNGSI VENTRIKEL KIRI  pump problem
• SYOK KARDIOGENIK  Gagal jantung kiri atau
kanan
• DISFUNGSI VENTRIKEL KANAN volume
problem
Asuhan keperawatan

Pengkajian :
Riwayat kesehatan:
 Keluhan : Nyeri (ketidaknyamanan) dada,
 Tanyakan bagaimana mengatasi nyerinya dan pengobatannya,
kapan nyeri hilang.
 Dapatkan riwayat keluarga, modifiable factor : kebiasaan
makan, lifestyle, tingkat aktivitas fisik.
Asuhan keperawatan CAD

Pemeriksaan Fisik
• Catat adanya ketidaknyamanan di dada, epigatrik,
rahang, punggung dan lengan.
• Skala nyeri : 0 – 10, seperti terbakar atau tertekan.
• Tanyakan karakteristik ketidaknyamanan: onset,
lokasi, radiation, intensity, duration, precipitating,
and relieving factor.
• Kaji adanya gejala yang berhubungan: mual,
muntah, diaporesis, pusing, lemah, palpitasi dan
sesak nafas
Asuhan keperawatan CAD

Pemeriksaan kardiovaskular
• Kaji segera TD, HR, irama jantung: identifikasi
disritmia, sinus takikardi
• Kaji nadi perifer, suhu kulit : dingin, berkeringat, nadi
melemah, tidak ada.
• Auskultasi : S3 gallop (+), RR meningkat, ronchi basal
halus (+), wheezes (+)  HF.
S4 (+) jika pernah MI sebelumnya atau hipertensi.
• temperatur meningkat (pasca infak)
Asuhan keperawatan CAD

Psikososial
• Denial, takut, cemas dan marah (reaksi umum pasien atau
keluarga)

Diagnostik Test
Lab : Troponin T, CK-MB (+) atau meningkat Menunjukan infark
miokard.
EKG :
– ST depresi, T inverted menunjukan episode angina.
– ST elevasi, T inverted dan Q patologis  terjadi infark.
Stress test : perubahan gel ST dan T  iskemia miokard
Kateterisasi jantung, angiografi : mengetahui adanya lesi pada a.
coronaria.
Asuhan keperawatan CAD

Nursing diagnosis dan intervensi:


 Nyeri akut berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
Hasil yg diharapkan : dalam 30 menit awitan nyeri tidak
ada, skala nyeri menurun, tidak menunjukan kesakitan,
diaporesis (-)

 Kaji lokasi, karakteristik, durasi dan intesitas nyeri. Dan gejala


terkait: mual, diaporesis.
 Kaji TD dan HR
 Berikan obat nyeri sesuai program (morfin sulfat), observasi
efektifitasnya
 Tenangkan pasien selam episode nyeri
 Observasi adanya efek samping obat (hipotensi, bradikardi
 Berikan oksigen sesui program (2 – 4 l / mnt)
Asuhan keperawatan CAD

Nursing diagnosis dan intervensi:


 Penurunan CO b.d. penurunan kontraktilitas jantung sekunder
thdp iskemik dan infark

Kriteria hasil : CO adekuat ditandai dgn sitolik ≥ 90 mmHg, HR < 100


x/mnt, urin output ≥ 30 ml/jam, RR 12 – 20 x/mnt, ronkhi (-) edema <

- Kaji adanya indikator CO menurun : penurunan kesadaran,


S3 (+), sistolik < 90 mmHg, FJ > 100 x/mnt
- Obeservasi adanya edema paru : dispnea, ronkhi
- Obasevasi adanya urine output < 30 ml/jam, peningkatan BJ
urin
- Kaji adanya edema perifer
- Pertahankan infus IV
- Berikan obat sesuai program : penekat beta dan vasodilator
- Siapkan pasien untuk di rawat di ICCU.
Asuhan keperawatan CAD

Nursing diagnosis dan intervensi:


• Cemas berhubungan dengan nyeri dada, prognosis dan
ancaman terhadap kesehatan.
Kriteria hasil : cemas tidak ada, ditandai mengatakan cemas berkurang,
TTV dalam batas normal, tidak gelisah, dapat beritirahat
– Jelaskan kepada pasien dan keluarga perlunya dirawat, pem.
Diagnostic, dan pemberian terapi.
– Anjurkan pasien untuk mengatakan ketakutannya berkaitan
dengan sakitnya
– Dengarkan dan jawab pertanyaan pasien dengan singkat.
– Berikan obat untuk mengurangi cemas sesuai program
– Temani klien selama dalam perawatan kritis
Nursing diagnosis dan intervensi:
 Intoleransi aktivitas b.d. ketidakseimbanagn suplai dan
kebutuhan O2 sekunder thd penurunan kontraktilitas jtg
dan CO
Kriteria hasil : selama aktivitas jantung menunjukan toleransi thdp aktivitas
: sistolik < 20 mmHg sistolik saat istirahat, RR ≤ 20 x/mnt, HR ≤ 120 x/mnt
- Monitor terhadap intoleransi aktivitas
- Amati adanya gejala penurunan CO
- Observasi TTV, nadi perifer.
- Berikan O2 sesuai program
- Bed rest selama fase akut adanya penurunan CO
- Bantu pemenuhan ADLsesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik pengukuran nadi untuk mengukur toleransi
latihan.
SAVE OUR HEART
THANKS

Anda mungkin juga menyukai