Anda di halaman 1dari 31

DIREKTORAT OBAT ASLI INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN


1. Apakah pengembangan obat asli Indonesia /
obat tradisional Indonesia saat ini sudah
sesuai dengan harapan Saudara ?

2. Menurut Saudara, bagaimana arah


pengembangan obat asli Indonesia / obat
tradisional Indonesia ke depan ? Apa yang
harus dilakukan untuk mencapai
pengembangan yang diharapkan tersebut ?
 Obat Asli Indonesia/Obat Bahan
Alam (OBA) Indonesia (JAMU )
telah dikenal sejak dahulu dan
digunakan secara turun-
temurun.
 Digunakan berdasarkan
pengalaman (data empiris).
 Merupakan kekayaan budaya
yang perlu dilestarikan dan
dikembangkan.
 Pengalaman membuktikan bahwa tidak
semua penyakit dapat diobati dengan
obat modern secara optimal.
 Dari berbagai hasil pengamatan
dilapangan dan penelitian
membuktikan bahwa Bahan Alam
memiliki manfaat sebagai obat
yang tidak kalah penting dengan
obat modern.
 Keanekaragaman hayati Indonesia
meliputi 30.000 jenis tanaman (terbesar
kedua di dunia).

Indonesia memiliki penduduk sekitar 250


juta jiwa (nomor 4 terbesar di dunia),
merupakan pasar yang sangat potensial
untuk obat-obat bahan alam
Dalam dua dasawarsa terakhir terjadi
Peningkatan penggunaan Obat Bahan Alam.

US $ 60 MILLYAR

PENJUALAN GLOBAL OBAT BAHAN ALAM

Obat-obat bahan alam telah diterima secara luas

65 % MENGGUNAKAN
PENDUDUK DUNIA OBA
Tahun IOT IKOT Total
1992 20 429 449
1995 35 505 540
1997 76 555 631
1998 76 602 678
2002 105 907 1012
2004 129 1037 1166
2006 129 917 1046
2007 129 907 1036
ISU STRATEGIS :
Berdasarkan pengamatan di lapangan,
ditemukan berbagai simpul lemah dalam
rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan
pengembangan obat asli Indonesia.
Simpul-simpul lemah tersebut perlu diangkat
sebagai isu strategis untuk mendapatkan
penanganan secara tepat, professional dan
terpadu.
1. Hampir semua IKOT belum menerapkan Cara
Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB)
dan belum semua IOT menerapkan CPOTB.
2. Sumber bahan obat alam sebagian besar masih
merupakan hasil pengumpulan dari tanaman liar,
hutan dan tanaman pekarangan. Kegiatan budidaya
belum diselenggarakan secara professional.
3. Industri obat tradisional memperoleh bahan baku
obat bahan alam langsung dari pengumpul dan atau
pedagang (penyalur) simplisia yang masih tersebar.
4. Mutu simplisia umumnya kurang memenuhi
persyaratan yang diperlukan, akibat ketidak-
mampuan petani dan pengumpul dalam
mengolah simplisia secara baik.
5. Hampir semua industri obat tradisional, baik
IKOT maupun IOT, tidak pernah melakukan
bimbingan/ pelatihan teknis kepada
pengumpul dan petani.
6. Industri obat tradisional kurang memperhatikan
dan memanfaatkan hasil–hasil penelitian ilmiah
dalam pengembangan produk dan pasar. Dalam
pengembangan pasar industri obat tradisional
masih lebih menekankan pada kegiatan promosi,
dibanding dukungan ilmiah mengenai kebenaran
khasiat, keamanan dan kualitasnya.
7. Dalam era globalisasi dengan pasar bebasnya,
upaya standarisasi yang berlaku secara nasional /
internasional menjadi hal yang sangat penting.
Oleh karena itu penyusunan standar bahan baku
dan sediaan jadi perlu terus ditingkatkan.
Pengembangan obat bahan alam di Indonesia
ditujukan untuk pemanfaatan sumber daya
alam tanaman obat dan bahan alam obat
Indonesia lainnya secara optimal bagi
pembangunan kesehatan sekaligus
pembangunan industri obat tradisional
dengan tetap menjaga kelestarian sumber
daya alam tersebut.
SK Kepala Badan POM No. HK.00.05.4.2411 tanggal 17
Mei 2004, arah pengembangan OBA secara berjenjang:
Jamu, Obat Herbal Terstandar, Fitofarmaka

OBAT HERBAL TERSTANDAR


Sediaan obat bahan alam yang
keamanan dan khasiatnya telah
diketahui secara turun temurun
berdasarkan pengalaman atau
empirik.
Sediaan obat bahan alam yang
dibuat dari bahan berupa ekstrak
atau simplisia yang telah
distandardisasi, status keamanan
dan khasiatnya telah dibuktikan
secara ilmiah yaitu melalui uji
praklinik.
Sediaan obat bahan alam yang
sudah dilakukan uji klinik secara
lengkap
DEPKES
DEPKES BADANPOM
BADAN POM
RS
RS
INDUSTRI
INDUSTRI
DOKTER
DOKTER
SEKTOR
SEKTOR
FARMASI
FARMASI TERKAIT
TERKAIT

PERG. TING
PERG. TING
LEMB. RISET
LEMB. RISET
MASYARAKAT
MASYARAKAT
Upaya
melibatkan banyak pihak :
• Pemerintah,
• Industri,
• Institusi pendidikan dan penelitian,
• Petani
• Provider kesehatan.

koordinasi dan kerjasama yang sinergis


antar pihak-pihak yang terkait.
Strategi
dengan pendekatan :

• azas manfaat,
• azas ekonomi dan
• azas legalitas
Ada 5 (lima) pilar pengembangan OBA yang harus
mendapatkan penanganan secara bersamaan yaitu:

1. Pemeliharaan mutu, keamanan dan kebenaran


khasiat.
2. Keseimbangan antara suplai dan permintaan
(demand).
3. Pengembangan dan kesinambungan antara industri
hulu, industri antara dan industri hilir.
4. Pengembangan dan penataan pasar, termasuk
penggunaan pada pelayanan kesehatan.
5. Penelitian, pendidikan dan pelatihan.
1. Pemeliharaan mutu, keamanan dan
kebenaran khasiat.

• Sifat fisik dan kandungan senyawa


dalam setiap obat bahan alam sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor a.l. :
habitat, hara tanah, ketinggian, iklim,
bibit , cara budidaya, cara panen dan
pasca panen. Mudah mengalami
perubahan.
• Cara produksi obat bahan alam.
2. Keseimbangan antara supplai dan
permintaan (demand).

• Harga simplisia sering anjlok karena


over supplai, sehingga mempengaruhi
minat petani untuk melakukan budidaya.
• Perlu pemetaan dan klasifikasi budidaya
jenis tanaman dengan menggunakan
indikator mutu hasil budidaya dan
kapasitas produksi sebagai instrumen
penilai.
3. Pengembangan dan kesinambungan antara
industri hulu, industri antara dan industri
hilir.

• Industri bahan baku (simplisia).


• Industri produk antara (ekstrak).
• Industri produk jadi
4. Pengembangan dan penataan pasar,
termasuk penggunaan pada pelayanan
kesehatan.

 Sistem pemasaran bahan baku (simplisia).


 Pengembangan pasar dalam negeri dan
ekspor.
 Pengembangan produk berbasis pembuktian
khasiat dan keamanan secara berjenjang
yaitu: Jamu, Obat Herbal Terstandar dan
Fitofarmaka.
5. Penelitian, pendidikan dan pelatihan.

 Keunggulan produk yang dilahirkan dari


hasil penelitian.
 Peningkatan pengetahuan dan pemahaman
masyarakat umum dan profesi kesehatan. .
Penelitian
Budidaya Standardisasi

UJI PRA KLINIK


Mutu Simplisia
UJI KLINIK

Prioritas
Pengembangan
CPOTB Quality Safety
• Penyakit Degeneratif
• Imunostimulator
Efficacy • Pemeliharaan
Penelitian untuk
memastikan kesehatan
khasiat dan
keamanan Teknologi dan formulasi
 Dahulu kebanyakkan terfokus
pada segi aktivitas farmakologi
dari suatu ekstrak.
 Sekarang mulai berkembang
pada penelitian fitokimia dari
fraksi-fraksi untuk menemukan
senyawa-senyawa bioaktif
murni yang mempunyai prospek
sebagai obat-obat baru yang H COOH

berasal dari bahan alam. H


HO H
Tanaman Obat
-. Mempunyai data empiris.
-. Tercatat dalam literatur.

Skrining Tanaman Obat


Ekstrak Yang Mempunyai
Aktivitas Farmakologi

Ekstraksi
-. Metode yang sesuai (Refluks,
Maserasi, Perkolasi dll.) Fraksinasi
-. Pelarut yang sesuai (Air, EtOH, -. Metode yang sesuai.
MeOH) -. Pelarut yang sesuai.

Uji Aktivitas Farmakologi Uji Aktivitas Farmakologi


Fraksi Yang Mempunyai
Aktivitas Farmakologi

Pemisahan Untuk Mendapatkan


Senyawa Murni (KK, KLT, HPLC,
dll.)

Uji Aktivitas Farmakologi


• Obat Asli Indonesia / Obat Bahan Alam (OBA)
Indonesia perlu digali untuk diteliti dan
dikembangkan secara optimal untuk dapat
digunakan meningkatkan derajat kesehatan
dan perekonomian masyarakat, menemukan
obat-obat baru dan menambah devisa negara.
• Obat Asli Indonesia / Obat Bahan Alam (OBA)
Indonesia harus memenuhi aspek aman,
bermanfaat dan bermutu.
• Obat Asli Indonesia harus menjadi tuan
rumah di negeri sendiri dan mampu bersaing
secara global.

Anda mungkin juga menyukai