US $ 60 MILLYAR
65 % MENGGUNAKAN
PENDUDUK DUNIA OBA
Tahun IOT IKOT Total
1992 20 429 449
1995 35 505 540
1997 76 555 631
1998 76 602 678
2002 105 907 1012
2004 129 1037 1166
2006 129 917 1046
2007 129 907 1036
ISU STRATEGIS :
Berdasarkan pengamatan di lapangan,
ditemukan berbagai simpul lemah dalam
rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan
pengembangan obat asli Indonesia.
Simpul-simpul lemah tersebut perlu diangkat
sebagai isu strategis untuk mendapatkan
penanganan secara tepat, professional dan
terpadu.
1. Hampir semua IKOT belum menerapkan Cara
Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB)
dan belum semua IOT menerapkan CPOTB.
2. Sumber bahan obat alam sebagian besar masih
merupakan hasil pengumpulan dari tanaman liar,
hutan dan tanaman pekarangan. Kegiatan budidaya
belum diselenggarakan secara professional.
3. Industri obat tradisional memperoleh bahan baku
obat bahan alam langsung dari pengumpul dan atau
pedagang (penyalur) simplisia yang masih tersebar.
4. Mutu simplisia umumnya kurang memenuhi
persyaratan yang diperlukan, akibat ketidak-
mampuan petani dan pengumpul dalam
mengolah simplisia secara baik.
5. Hampir semua industri obat tradisional, baik
IKOT maupun IOT, tidak pernah melakukan
bimbingan/ pelatihan teknis kepada
pengumpul dan petani.
6. Industri obat tradisional kurang memperhatikan
dan memanfaatkan hasil–hasil penelitian ilmiah
dalam pengembangan produk dan pasar. Dalam
pengembangan pasar industri obat tradisional
masih lebih menekankan pada kegiatan promosi,
dibanding dukungan ilmiah mengenai kebenaran
khasiat, keamanan dan kualitasnya.
7. Dalam era globalisasi dengan pasar bebasnya,
upaya standarisasi yang berlaku secara nasional /
internasional menjadi hal yang sangat penting.
Oleh karena itu penyusunan standar bahan baku
dan sediaan jadi perlu terus ditingkatkan.
Pengembangan obat bahan alam di Indonesia
ditujukan untuk pemanfaatan sumber daya
alam tanaman obat dan bahan alam obat
Indonesia lainnya secara optimal bagi
pembangunan kesehatan sekaligus
pembangunan industri obat tradisional
dengan tetap menjaga kelestarian sumber
daya alam tersebut.
SK Kepala Badan POM No. HK.00.05.4.2411 tanggal 17
Mei 2004, arah pengembangan OBA secara berjenjang:
Jamu, Obat Herbal Terstandar, Fitofarmaka
PERG. TING
PERG. TING
LEMB. RISET
LEMB. RISET
MASYARAKAT
MASYARAKAT
Upaya
melibatkan banyak pihak :
• Pemerintah,
• Industri,
• Institusi pendidikan dan penelitian,
• Petani
• Provider kesehatan.
• azas manfaat,
• azas ekonomi dan
• azas legalitas
Ada 5 (lima) pilar pengembangan OBA yang harus
mendapatkan penanganan secara bersamaan yaitu:
Prioritas
Pengembangan
CPOTB Quality Safety
• Penyakit Degeneratif
• Imunostimulator
Efficacy • Pemeliharaan
Penelitian untuk
memastikan kesehatan
khasiat dan
keamanan Teknologi dan formulasi
Dahulu kebanyakkan terfokus
pada segi aktivitas farmakologi
dari suatu ekstrak.
Sekarang mulai berkembang
pada penelitian fitokimia dari
fraksi-fraksi untuk menemukan
senyawa-senyawa bioaktif
murni yang mempunyai prospek
sebagai obat-obat baru yang H COOH
Ekstraksi
-. Metode yang sesuai (Refluks,
Maserasi, Perkolasi dll.) Fraksinasi
-. Pelarut yang sesuai (Air, EtOH, -. Metode yang sesuai.
MeOH) -. Pelarut yang sesuai.