Gestalt
Phenomenology 2 Description
3 Horizontalism
BRACKETING
• Deskripsi langsung dan konkret tentang apa yang terjadi, bukan dengan
interpretasi "Jelaskan”, jangan "tafsirkan”
• Terapis harus meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah secara
potensial sama pentingnya
• Gerak tubuh, intonasi suara, ekspresi wajah sama pentingnya dengan apa
yang sedang diungkapkan klien
1 Kehadiran (Presence)
2 Konfirmasi
Dialogue
3 Inklusi
4 Komunikasi Terbuka
CREATIVE ADJUSTMENT
• Dalam teori gestalt hanya satu figure yang bisa muncul dari ground
pengalaman kita dalam satu waktu
1 Id Function
3 Personality Function
GESTALT CYCLE OF EXPERIENCE
4. ENCOUNTER/ACTION
Resistance Process : Retroflection 5. INTERACTION /
3. EXCITEMENT/ FULL CONTACT
MOBILIZATION Resistance Process : Deflection
Resistance Process :
Projection
SELF 6. ASSIMILATION /
INTEGRATION
2. AWARENESS
Resistance Process :
Resistance Process :
Egotism
Introjection
7. DIFFERENTIATION/ CLOSURE /
1. SENSATION / PERCEPTION
WITHDRAWAL
Resistance Process : Desensitization
Resistance Process : Confluence
Metodologi
Gestalt
(Mann, 2010)
THE HERE AND NOW
• Keyakinan dasar terapi Gestalt adalah bahwa masa kini meliputi masa lalu
dan membantu mempengaruhi masa depan. Semua yang kita pelajari,
semua yang kita alami adalah dibawa pada saat ini
• Terapis gestalt bekerja dengan data disini dan saat ini (here and now)
menghindari memikirkan masa lalu atau mengantisipasi masa depan
PARADOXICAL THEORY OF CHANGE
“Change occurs when one becomes what he is, not when he tries to
become what he is not”
1 Augmenting
2 Enactment
Experiment
3 Imagining
4 Staying at Impasse
ASSESSMENT DAN DIAGNOSIS
3 Field Condition
FASE TERAPI GESTALT
1 The Beginning
Fase Terapi 2 Working Through
Gestalt
3 Integration and Ending
FASE 1 – THE BEGINNING
• Membuat wadah yang aman untuk terapi
• Mengembangkan aliansi kerja
• Menggunakan pertanyaan fenomenologis
• Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab diri.
• Meningkatkan self support, terutama dengan klien yang rapuh.
• Mengidentifikasi dan mengklarifikasi kebutuhan yang muncul.
• Memprioritaskan aspek diagnosis yang paling penting.
• Mempertimbangkan masalah budaya dan masalah lain yang potensial.
• Membuat rencana kondisi khusus (misalnya, self harm, pelecehan seksual)
• Membuat rencana terapi bersama dengan klien
FASE 2 – WORKING THROUGH