1. SDN 40 Bulukumba
6. S2 MM Unismuh Makassar
MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
Kontrak Kuliah
1. Kehadiran
2. Kognitif
3. Afektif
4. Psikomotor
REFERENSI
VERSI BHS INGGRIS
1. Human Resource Development : Davic McGuire and Kenneth
TEORI TEORI
MANAJEMEN MSDM
TEORI HRD
Pengembagan Sosialisasi
Sosialisasi &
& Penempatan
Penempatan
Pengembagan SDM
SDM
Demand/Need Supply
Perubahan
Lingkungan
(internal &
eksternal
REKRUTMEN ADALAH USAHA MENCARI DAN MEMPENGARUHI TENAGA KERJA AGAR MAU
MELAMAR LOWONGAN PEKERJAAN YANG ADA DALAM SUATU PERUSAHAAN
( HASIBUAN, 2000 )
Rekrutmen adalah proses mendptkn sejumlah calon TK yg kualifaid untuk jabatan
/pekerjaan utama dilingkungan organisasi
(Nawawi, 2000:167)
Info/
Info Verifikasi
Pendaftaran Pengumuman
Rekrutmen Berkas
n
Tdk Valid
Gambar : Alur Proses Rekrutmen
KONSEP REKRUTMEN
SUMBER :
1. Internal
2. Eksternal
DASAR :
1. Analisa Jabatan METODE :
2. Supply & Demand REKRUTMEN 1. Tertutup
3. Regulasi 2. Terbuka
KENDALA :
1. Internal
2. Eksternal
2008/2009 25
Konsep Rekrutmen
a. Dasar Rekrutmen SDM
1. Analisa jabatan
3. Regulasi
b. Sumber TK
4. Internal Institusi : org2 yg telah mengabdi pd institusi baik tenaga sukarela ato honor.
5. Eksternal Institusi :kantor penempatan tk, lembaga pendidikan, referensi karyawan, serikat buruh, pencangkokan, Asosiasi Profesi (KADIN,
HIPMI, IAI) dan pasar tenaga kerja
c. Metode Rekrutmen
6. Tertutup : Rekrutmen dilakukan hanya untuk internal institusi seperti pengakatan tenaga honor, promosi
1. Tes pengetahuan
1. Wawancara
dasar Tertulis Wawancara Terstruktur
2. Tes kemampuan bhs
3. Tes psikologi 2. Wawancara tdk
4. Tes pengetahuan terstruktur
pekerjaan 3. Kombinasi
(kompetensi) Pengumuman & 4. Pemecahan masalah
5. Graphic Response Penempatan
Test (Poligraph)
Baru Lama
TNA
Hak Pegawai
Penghasilan (gaji pokok & bonus)
perkembangan terbaru adalah jam kerja yg fleksibel artinya org bisa tdk
berada dikantor ttp apa yg mjadi tugasnya hrs diselesaikan sesuai waktu
yg ditentukan.
Hak cuti : setiap pegawai memiliki hak cuti setiap tahun biasnya masa cuti
TNA
HRD/PSDM
PENDIDIKAN PELATIHAN
Penilaian
Berbasis Kinerja
HRD secara makro : suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan penduduk dlm rangka mencapai 7-an pembangunan
Konsep HRD makro
Country
Country Specific
Specific
Resources
Resources
Ekonomi Diklat
Pembangunan suatu negara memerlukan adanya SDA,
SDM dan IPTEK. Peran SDM sangat vital dalam
pembangunan suatu negara karena SDM yg dpt
mengendalikan sumber daya yg lainnya. Knp Jepang,
Singapura dan korea bisa maju dan menguasai
perekonomian pd hal negara tsb tidak memiliki SDA
yang memadai ternyata karena negara tsb terus
mengembangkan SDM masyarakatnya.
Eksistensi SDM dpt dilihat dari 2 aspek, yaitu kuantitas
Pengembangan dan
Pemberdayaan Organisasi dan
Pegawai
Tangible
Tangible Resource
Resource Intangible
Intangible Resource
Resource
Pendidikan
Pendidikan Formal
Formal Intellectual
Intellectual Capital
Capital Pendidikan
Pendidikan Non-formal
Non-formal
Hard
Hard Competence
Competence Soft
Soft Competence
Competence
Performance
Performance
Key Word Konsep HRD dalam konteks Mikro ditandai diakuinya intellectual
capital the human capital sebagai Asset organisasi (PSAK 19 Revisi 2010)
Perkembangan Kajian Firm-Specific Resource
Motives
Knowledge
Kompetensi
& Traits
Individu
SKill
self-
Kinerja = Kompetensi + concept
Motivasi
(KSAs)
knowledge, skills dan abilities
Penjelasan
Human
Human Capital
Capital
Intellectual
Intellectual Capital
Capital
Pendidikan
Pendidikan Formal
Formal Pendidikan
Pendidikan Non-formal
Non-formal Pendidikan
Pendidikan Nilai
Nilai
IQ
Hard
Hard Competence
Competence Soft
Soft Competence
Competence SQ
EQ
Motivasi
Motivasi Peformance Lingkungan
Lingkungan Kerja
Kerja
Key Word Konsep HRD dalam konteks Kinerja bahwa untuk dpt
meningkatkan kinerja maka perlu integrasi antara hard competence &
soft competence dengan dukungan motivasi kerja & lingkungan kerja
(Edi Jusriadi, 2017)
IQ
Kompetensi intelektual atau biasa disebut kecerdasan
intelektual merupakan bagian dari kecerdasan manusia
yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli
Psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20, kemudian
Lewis Ternman dari University Stanford berusaha
membakukan test IQ tersebut yang kemudian dikenal
sebagai test Stanford-Binet. Kecerdasan intelektual pada
awal abad ke-20 sampai menjelang akhir abad ke-20
dianggap sebagai determinan kecerdasan tunggal dari
setiap individu yang bertautan dengan aspek kognitif yang
kemudian di formalkan dalam bentuk pendidikan formal
atau pendidikan bergelar.
Sehingga perusahaan-perusahaan Internasional, Nasional
bahkan Lokal menjadikan kecerdasan intelektual sebagai
ukuran kesuksesan individu dalam bekerja.
IQ
Carruso, (1999) dalam penelitiannya menemukan
bahwa pada kenyataannya kemampuan intelektual yang
diukur dengan tingkat kecerdasan intelektual masih
merupakan hal yang penting dalam kesuksesan kerja.
Riggio, (2000:43), yang mengatakan bahwa kecerdasan
saja tidak terlalu memadai, karena kecerdasan hanya
suatu alat. Demikian pula pendapat Mudali (2002:3),
mengatakan bahwa untuk menjadi pintar tidak hanya
dinyatakan memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi,
tetapi untuk menjadi sungguh-sungguh pintar
seseorang haruslah memiliki kecerdasan emosional dan
kecerdasan spritual yang memadai.
EQ
Perdebatan terkait kecerdasan yang dibutuhkan individu agar dapat
sukses dalam karier dan pekerjaan kemudian dijawab Daniel Goleman
dalam bukunya yang berjudul “Emotional Intelligence : Why It Can
Matter More Than IQ” pada tahun 1995. Daniel Goleman menyatakan
bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu: pikiran
rasional dan pikiran emosional, dimana pikiran rasional digerakkan
oleh kemampuan intelektual, sedangkan pikiran emosional digerakkan
oleh kecerdasan emosi, sehingga kedua kecerdasan ini harus menjadi
determinan bagi prestasi yang dicapai individu. Istilah kecerdasan
emosional pertama kali dipopulerkan Peter Salovery dari Harvard
University and John Mayer dari University of New Hampsire pada tahun
1990.
Goleman (1995), yang menemukan bahwa kesuksesan hidup seseorang
hanya 20% ditentukan oleh kecerdasan intelektual, sedangkan 80%
lainnya ditentukan oleh faktor lain diantaranya adalah kecerdasan
emosional. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Kamidin
(2010), menemukan bahwa keterampilan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap prestasi kerja
SQ
Mudali, (2002); Zohar & Marshall, (2000),
mengatakan bahwa kunci untuk mencapai
karier dan kesuksesan dalam bekerja adalah
ketika terintegrasinya tiga kecerdasan pada
diri individu, yaitu: 1) kecerdasan intelektual,
2) kecerdasan emosional dan 3) kecerdasan
spritual.
Defenisi Pengembangan SDM
Pengembangan (development) diartikan sebagai
penyiapan individu untuk memikul tanggung jawab
yang berbeda atau lebih tinggi di dalam organisasi
2. Sasaran
3. Kebijaksanaan
4. Prosedur
5. Anggaran
6. Peserta
7. Kurikulum
8. Metode
9. Waktu
Manfaat Pengembangan SDM
Bagi organisasi : dapat meningkatkan
kinerja/produktivitas organisasi
Bagi Individu/karyawan : dapat membantu
Kognitif
Psikomotor
Afektif
dari:
a. Jenjang Pendidikan
Pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi
Jenjang pendidikan menunjukkan tingkat kompetensi akademik
(hard competence).
b. Linearitas bidang ilmu
Linearitas bidang ilmu dengan pekerjaan/tugas akan
berimplikasi pd karier dan kinerja.
Caplow (1965:31), mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang akan semakin besar kecenderungannya untuk
sukses di dalam pekerjaanya.
Pentingya menuntut ilmu (pendidikan) juga ditegaskan Allah SWT dalam
Pengembangan
Inisiasi Individu Inisiasi Institusi
SDM
Biaya sendiri
Beasiswa
atau sponsor
Beberapa fakta Terkait Urgensi Pendidikan
Pengembagan sumber daya manusia melalui pendidikan formal bukan
hanya dilakukan oleh negara-negara berkembang tetapi negara-negara
maju pun melakukan itu. Sebagai contoh:
Di Amerika Serikat ada suatu Asosiasi Jasa Asuransi yang melayani para
anggota militer AS dan keluarganya, Asosiasi ini mengeluarkan dana
sebesar 2,6 juta dolar AS setiap tahun untuk investasi pendidikan
karyawannya. Ternyata Deputi CEO Asosiasi Jasa Asuransi ini memiliki
pemahaman bahwa apabila perusahaan loyal atau memperhatikan
karyawannya maka karyawan akan menggunakan segala kemampuanya
untuk memberikan pelayanan terbaik untuk pelanggan (Lovelock dan
Wright, 2006).
Hal serupa dilakukan oleh perusahaan mobil Toyota Jepang, para
pemimpin Toyota yakin bahwa hal yang dapat menciptakan keunggulan
kompetitif berkelanjutan hanyalah orang-orang yang luar biasa yang
mereka kembangkan. Sehingga dalam lingkungan Toyota sering kita
mendengar pernyataan bahwa “kami tidak hanya membangun mobil
tetapi juga memgembangkan SDM”, (Liker dan Meier, 2008).
PELATIHAN
Pelatihan
1. Pengertian Pelatihan
Pelatihan adalah suatu proses untuk meningkatkan keterampilan dan
a.
a. Prinsip
Prinsip Pembelajaran
Pembelajaran (principles
(principles of
of learning)
learning)
b.
b. Hubungan
Hubungan dengan
dengan analisa jabatan (( relation to job analysis).
analisa jabatan ).
c.
c. Motivasi.
Motivasi.
e.
e. Seleksi
Seleksi Peserta
Peserta (selection
(selection of
of trainees)
trainees)
f.
f. Seleksi
Seleksi Pelatih
Pelatih (selection
(selection of
of trainer)
trainer)
g.
g. Sertifikasi
Sertifikasi Pelatih
Pelatih (trainer
(trainer certification)
certification)
h.
h. Metode
Metode Pelatihan
Pelatihan (trainingmethods)
(trainingmethods)
Organisasi
Karyawan
3. Tahapan perencanaan & pelaksanaan pelatihan
1. Tahap training needs Assesment (TNA) :
Tahap penilaian ini bermanfaat sebagai Road Map atau sumber informasi dan data yang dpt
digunakan bagian Human Resource Development (HRD) dalam menentukan jenis pelatihan,
materi, metode, peserta dan instruktur (Stoner, 2005).
Menurut Monday (2008), Ishak, Arep (2003:116) dan Siagian (2004:183), menyatakan bahwa
kebutuhan pelatihan dapat diklasifikasi dalam 3 (tiga) level/tingkatan analisis, yaitu:
a. Analisis level Organisasi
Kebutuhan pelatihan tingkat organisasi berkaitan dengan pelatihan standar seperti adanya
peraturan, kebijakan, dan program baru yang perlu diketahui karyawan. Untuk mengetahui
kuantitas & kualitas SDM dlm suatu organisasi shg dpt dibuat klasifikasi database SDM yg
memerlukan terapi diklat. Sistem penjaringan informasi dpt dilakukan melalui angket,
wawancara atau observasi.
b. Analisis level pekerjaan/jabatan
Kebutuhan Pelatihan tingkat jabatan dilakukan untuk meningkatkan kompetensi karyawan
yang dibutuhkan untuk jabatan tertentu. Analisis pekerjaan berkaitan info jenis pelatihan dan
kompetensi apa yang dibutuhkan untuk setiap jabatan/pekerjaan tertentu. Sistem penjaringan
informasi dpt dilakukan melalui tes2 personil, wawancara, rekomendasi dan evaluasi teman
sejawat.
c. Analisis level individu
Pelatihan tingkat individu merupakan model identifikasi Training Needs A ssesment (TNA) yang
didasarkan pada uraian pekerjaan, analisis tugas, dan staff appraisal masing-masing pegawai
Analisis individu berkaitan siapa yang membutuhkan pelatihan dan jenis pelatihan apa yg
bersifat mendesak/insidental dibutuhkan. Sistem penjaringan informasi dpt dilakukan melalui
achievement tes, observasi, wawancara.
1. Training Needs Assessment (TNA)
Analisis kebutuhan adalah penentuan kebutuhan
pelatihan dan pengembangan yang akan
dilakukan. Kegiatan ini sangat rumit dan sulit,
karena perlu mendiagnosis kompetensi
organisasi saat ini dan kompetensi yang
dibutuhkan sesuai dengan perubahan
lingkungan dan masa yang akan datang.
Analisis kebutuhan dilakukan melalui langkah-
langkah :
a. Analisis kebutuhan organisasi.
b. Analisis kebutuhan tugas.
c. Analisis kebutuhan pegawai.
a. Analisis Kebutuhan Organisasi
Analisis kebutuhan organisasi yaitu
mengidentifikasi strategi organisasi,
lingkungan organisasi pada saat ini dan masa
yang akan datang untuk mencapai tujuan.
Tantangan lingkungan menghendaki kompetensi
pegawai, ditandai dengan :
a. Lingkungan persaingan yang semakin ketat
sebagai akibat globalisasi.
b. Kecendeungan peningkatan outsourcing.
c. Perubahan-perubahan teknologi.
d. Keanekaragaman pegawai.
a. Analisis Kebutuhan Organisasi
Kompetensi dan perilaku sumber daya manusia agar
dapat bersaing, harus memiliki :
1. Inisiatif, mampu bekerja sama.
2. Kemampuan bekerja dalam kelompok.
3. Kemampuan evaluasi kinerja.
4. Kemampuan berkomunikasi dan mendengarkan.
5. Kemampuan menganalisis masalah.
6. Kemampuan mengambil keputusan.
7. Kemampuan mendapatkan dan memahami
informasi.
8. Kemampuan untuk melakukan rencana.
9. Kemampuan multikultural
b. Analisis Kebutuhan Tugas
Analisis tugas yaitu menganalisis tugas-tugas
yang harus dilakukan dalam setiap jabatan,
yang dapat dipelajari dari perilaku peran
tersebut, dan informasi analisis jabatan yaitu
uraian tugas, persyaratan tugas dan standar
unjuk kerja yang terhimpun dalam informasi
sumber daya manusia organisasi.
c. Analisis Kebutuhan Pegawai
Analisis kebutuhan pegawai adalah
menganalisis mengenai apakah ada pegawai
yang kurang dalam kesiapan tugas-tugas
atau kurangnya kemampuan, keterampilan
dan pengetahuan yang dapat diketahui dari
penilaian kinerja, observasi ke lapangan,
kuesioner.
2. Model Pendekatan TNA
Pendekatan Training Needs Assesment (TNA):
a. Pendekatan TNA makro, diterapkan pada tingkat
organisasi, artinya informasi sistem program
pelatihan bersifat by design dan bersifat Top
Down. Sehingga program pelatihan lebih
bersifat apa yang di inginkan organisasi.
b. Pendekatan TNA mikro, diterapkan pada tingkat
jabatan dan individu. Artinya bahwa informasi
sistem program pelatihan bersifat natural dan
bersifat Bottom Up. Sehingga program pelatihan
lebih bersifat apa yang di butuhkn karyawn.
Proses TNA
Setiap organisasi atau perusahaan pada saat melaksanakan pelatihan akan
dihadapkan pada pertanyaan – pertanyaan sebagai berikut :
1. Pelatihan apa yang
dibutuhkan?
5. Bagaimana cara
2. Siapa yang harus
mengetahui
dilatih?
efektivitas pelatihan?
2. Kompetensi
3. Kurikulum
1. Tujuan Program Pelatihan
memanfaatkan/menggunakan sistem
penggunaan laporan keuangan berbasis
website
Tujuan Jangka Panjang : Mampu memahami,
Metode Pelatihan
Peserta pelatihan
Instruktur
Media
Penanggungjawab
1. WAKTU PELATIHAN
Pelaksanaan pelatihan/seminar/workshop
harus mempertimbangkan waktu, karena
adanya pengaturan waktu yang tepat, maka
tidak ada jam efektif yang terbuang. Selain
waktu, tempat juga menentukan berhasil dan
tidaknya kegiatan
pelatihan/seminar/workshop. Tempat yang
tepat, sesuai dengan metode dan tujuan, akan
mendukung bagi tercapainya pelaksanaan
pelatihan/seminar/workshop yang tepat.
2. Metode Pelatihan
1. Pengertian Metode Pelatihan
Metode pelatihan adalah suatu cara atau strategi
untuk mencapai tujuan dan sasaran pelatihan.
Keberhasilan pelatihan salah satunya dipengaruhi
oleh ketepatan metode yang digunakan, karena
metode yang tepat akan memengaruhi proses dan
output pelatihan. Penggunaan metode mana yang
akan digunakan tergantung kepada faktor-faktor
seperti jenis pelatihan yang diberikan, pelatihan
diberikan kepada siapa, berapa usia para pesertanya,
pendidikan dan pengalaman peserta, dan tersedianya
instruktur yang cakap dalam suatu metode pelatihan
tertentu
2. Jenis metode pelatihan
a. Secara umum:
1. Dari sisi ruang lingkup ada 4 (empat) metode, yaitu:
1). Sistem Magang
Sistem ini merupakan sistem yang paling tua di dunia.
Sistem magang mempunyai prinsip
umum yaitu belajar sambil bekerja dan sebaliknya.
2). Sistem Peragaan
Untuk keterampilan tertentu sering kali dalam latihan
menggunakan peragaaan, dengan alat-alat tertentu serta
didemontrasikan cara pengerjaannya.
3). Sistem Bimbingan
Dengan sistem ini pelajaran langsung diberikan satu-persatu
sehingga para pegawai akan lebih cepat memahami pelajaran
yang diberikan.
4). Sistem Latihan Praktek
Dalam sistem ini seseorang lebih ditekankan untuk
melaksanakan latihan praktek seperti
sesungguhnya agar mereka dapat langsung bekerja.
2. Dari sisi pengenelan tugas
a. Pre-Service Training
Seorg pegawai/karyawan yang baru sebelum
melaksanakan tugas sesuai jabatan yg diamanahkan
maka biasanya pegawai/karyawan perlu melalui
proses diklat pra jabatan atau training.
Tujuan Pre-Service Training untuk memberikan
wawasan ato pengenalan lingkungan organisasi
terkait visi, misi, budaya kerja dll shg
pegawai/karyawan dpt menjalankan tugas dgn baik.
b. In- Service Training
Pelatihan ini ditujukan kpd pegawai/karyawan yg
sdh bekerja (pegawai lama).
Tujuan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan
kinerja pegawai/karyawan.
b. Secara khusus: metode pelatihan dalam jabatan dapat dibagi
dalam 4 (empat) metode, Cherrington (1995:358), yaitu:
1). on the job training
On the job training adalah suatu metode pelatihan yang
dilakukan dlm suatu unit tertentu tanpa meninggalkan
pekerjaan dan dapat dilakukan oleh teman sejawat yang
memiliki kompetensi tertentu yang dibutuhkan. Contoh Job
rotation dan transfer
2). off the job training
Off the job training, dilakukan di luar tempat kerja pegawai.
Pendidikan dan latihan ini mengacu pada simulasi pekerjaan yang
sebenarnya. Tujuannya adalah untuk menghindarkan tekanan-
tekanan yang mungkin mempengaruhi jalannya proses belajar.
Metode ini dapat juga dilakukan di dalam kelas dengan seminar,
kuliah dengan pemutaran film tentang pendidikan sumber daya
manusia. Contoh melalui teknik
presentasi dan simulasi
3. Peserta Pelatihan
1. On the job training
Karyawan Baru : karyawan yang baru diterima pada suatu
perusahaan.
Karyawan Lama : bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan kerja karyawan
2. off the job training
Internal perusahaan
Eksternal Perusahaan
4. Instruktur
Secanggih apapun kurikulum, metode dan alat
bantu, namun sentral kontrolx terletak pd peran
human capital (instruktur). Instruktur dalam
suatu pelatihan bisa bersumber dari internal dan
eksternal lembaga. Oki dlm proses pelatihan
maka seorg instruktur perlu melakukan :
1. Persiapan baik materi & mental
2. Perilaku/sikap pengajar
3. Suara
4. Tulisan
5. penguasaan alat peraga
6. Manajemen kelas
5. Alat Bantu /alat peraga
1. Pengertian alat bantu
Alat bantu adalah alat/media yg digunakan