Anda di halaman 1dari 122

HUKUM

PERTANGGUNGAN
DAN ASURANSI

1
PENGERTIAN
Menurut Ketentuan Pasal 246 KUHD, Asuransi atau
Pertanggungan adalah Perjanjian dengan mana
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung
dengan menerima premi untuk memberikan penggantian
kepadanya karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya
akibat dari suatu evenemen (peristiwa tidak pasti).

Elsi Kartika Sari, Hukum Dalam Ekonomi


(Jakarta: Grasindo, 2008) hlm.103 2
Menurut ketentuan Undang-undang No. 2 tahun 1992
tentang Usaha Perasuransian (UU asuransi), asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa
yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.

Elsi Kartika Sari, Hukum Dalam Ekonomi


(Jakarta: Grasindo, 2008) hlm.103 3
Berdasarkan definisi tersebut di atas maka asuransi
merupakan suatu bentuk perjanjian dimana harus dipenuhi syarat
sebagaimana dalam Pasal 1320 KUH Perdata, namun dengan
karakteristik bahwa asuransi adalah persetujuan yang bersifat
untung-untungan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1774
KUHPerdata.

Menurut Pasal 1774 KUH Perdata, “Suatu persetujuan


untung–untungan (kans-overeenkomst) adalah suatu perbuatan
yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak
maupun bagi sementara pihak, bergantung kepada suatu kejadian
yang belum tentu”.

Muslim & Laila, Hukum Bisnis (Malang:


Polinema Press, 2018) hlm. 154 4
SEJARAH ASURANSI
1. Jaman Sebelum Tahun Masehi
Pada umumnya manusia mempunyai naluri selalu berusaha
untuk menyelamatkan jiwanya dari berbagai ancaman terhadap
dirinya termasuk ancaman kekurangan makanan/pangan. Salah satu
riwayat mengenai masalah ini tercantum pada Al-Qur’an ayat 49
dan Kitab Injil Testamen Lama Genesus 41, yang meriwayatkan
tentang raja negeri Mesir yang bermimpi melihat 7 ekor sapi yang
kurus masing-masing menelan seekor sapi yang gemuk. Dalam
mimpinya yang kedua, raja tersebut melihat 7 butir gandum yang
berat dan berisi dimakan habis oleh 7 butir gandum yang kosong.

Ignatius Rusman Y.S, Sejarah &


Perkembangan Asuransi (2016) hlm.1 5
Nabi Yusuf A.S mengartikan mimpi tersebut dimana
akan terjadi masa kemakmuran selama 7 tahun dan masa
kekeringan selama 7 tahun pula. Ia kemudian memberikan
saran agar pada saat panen yang melimpah tersebut dibuat
sebagian cadangan gandum untuk digunakan kelak pada
masa paceklik yang akan datang.
Selain daripada itu, sebuah buku kuno dari India yang
dinamakan Rig Veda yang ditulis dalam Bahasa Sansekerta
menyebutkan riwayat tentang Yoga Kshema yang berarti
pertanggungan. Riwayat tersebut diatas adalah sebagai
bukti bahwa manusia senantiasa memikirkan dan
mempersiapkan kehidupan masa depannya.

Ignatius Rusman Y.S, Sejarah &


Perkembangan Asuransi (2016) hlm.1 6
2. Bottomry Contract
Dari penelitian para ahli terhadap sejarah pertumbuhan asuransi
banyak yang menyoroti bahwa Bottomry Contract ini merupakan awal
terbentuknya asuransi. Bottomry Contract ini adalah suatu cara
pembiayaan perdagangan yang mempunyai sifat khusus. Riwayatnya
yaitu sekitar tahun 2.250 SM bangsa Babylonia, yang hidup di daerah
sungai Euphrat dan Tigris (sekarang wilayah Irak), pada waktu itu
pedagang atau pemilik kapal dapat mengambil barang-barang dagangan
untuk dijual ke tempat-tempat lain tanpa membayar harga barang tersebut
terlebih dahulu, namun mereka diwajibkan untuk membayarnya kelak
dengan pembayaran bunganya dan ditambah pula dengan sejumlah uang
sebagai imbalan atas resiko yang telah dipikul oleh pemberi barang. Akan
tetapi jika ternyata barang-barang tersebut dirampok dalam perjalanan,
maka para pedagang akan dibebaskan dari kewajiban tersebut. Kontrak
perjanjian ini adalah mirip dengan asuransi dalam bentuknya masih
primitif.

Ignatius Rusman Y.S, Sejarah &


Perkembangan Asuransi (2016) hlm.1-2 7
3. Tahun 600 sebelum masehi
Tahun 600 sebelum masehi India pun ternyata sudah mengenal
praktek Bottomry ini

4. Tahun 400 Sebelum Masehi


Dari tulisan Plutarach dan dari cerita mengenai Demostinus didapat
suatu petunjuk bahwa Yunani pun sejak tahun 400 sebelum masehi telah
mengenal praktek Bottomry

5. Tahun 215 Sebelum Masehi


Pada tahun 215 sebelum Masehi pemerintah Kerajaan Romawi dminta
oleh para supplier perlengkapan dan perbekalan tentara kerajaan untuk
menerima suatu konsepsi pemberian perlindungan kepada mereka
terhadap segala resiko kerugian yang mereka derita atas barang - barang
mereka yang berada di kapal sebagai akibat daripada bahaya maritim /
pelayaran seperti halnya serangan musuh
Ignatius Rusman dan badai
Y.S, Sejarah &
Perkembangan Asuransi (2016) hlm. 2 8
6. Tahun 50 Sebelum Masehi
Kira-kira 50 tahun sebelum masehi, Cicero memberi
penjelasan tentang praktek pemberian perlindungan atau jaminan
terhadap keselamatan pengiriman uang atau surat-surat berharga
selama dalam perjalanan. Sebagai imbalannya, maka pihak yang
diberi perlindungan tersebut memberikan semacam balas jasa
berupa uang premi kepada pihak pemberi perlindungan.

7. Tahun 50
Kaisar Claudius mengeluarkan suatu jaminan kepada para
importir atau pemasok barang terhadap semua kerugian yang
mereka derita sebagai akibat angin badai, tentunya dengan
dikenakan premi

Ignatius Rusman Y.S, Sejarah &


Perkembangan Asuransi (2016) hlm. 2 9
8. Tahun 200
Para saudagar dan aktor di Italia mendirikan semacam lembaga asuransi
yang disebut Collegia Tenniorium dengan maksud untuk membantu para janda
dan anak - anak yatim para anggotanya. Para bekas budak belian yang
diperbantukan kepada ketentaraan pun membentuk lembaga yang serupa
dengan nama Collegia Nititum, hal mana kumpulan tersebut dimaksudkan
agar para bekas budak tersebut apabila meninggal dapat dikuburkan secara
layak.

9. Tahun 1194-1266
Perkembangan lembaga yang mirip dengan asuransi tumbuh terus dan
akhirnya pada masa pemerintahan Ratu Elenor di Belgia dibentuk undang-
undang asuransi yang tercantum dalam Roles D'Oleron

Ignatius Rusman Y.S, Sejarah &


Perkembangan Asuransi (2016) hlm. 2-3 10
Sejarah Asuransi di Indonesia
Bisnis asuransi masuk ke Indonesia pada waktu penjajahan
Belanda dan negara kita pada waktu itu disebut Nederlands Indie.
Keberadaan asuransi di Indonesia ini sebagai akibat dari
berhasilnya Bangsa Belanda dalam sektor perkebunan dan
perdagangan di negeri jajahannya.
Perasuransian di Indonesia dapat dibagi dalam dua kurun
waktu, yakni zaman penjajahan sampai tahun 1942 dan zaman
sesudah perang dunia II atau zaman kemerdekaan.

https://jurnal.pasarpolis.com/2017/10/11
/sejarah-asuransi-di-indonesia/ 11
Perusahaan-perusahaan asuransi yang ada di Hindia Belanda
pada zaman penjajahan itu adalah :
Perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh orang Belanda
Perusahaan-perusahaan yang merupakan Kantor Cabang dari
perusahaan asuransi yang berkantor pusat di Belanda, Inggris dan
di negri lainnya.
Dengan sistem monopoli yang dijalankan di Hindia Belanda,
perkembangan asuransi kerugian di Hindia Belanda terbatas pada
kegiatan dagang dan kepentingan bangsa Belanda, Inggris, dan
bangsa Eropa lainnya. Manfaat dan peranan asuransi belum
dikenal oleh masyarakat, lebih - lebih oleh masyarakat pribumi.

https://jurnal.pasarpolis.com/2017/10/11
/sejarah-asuransi-di-indonesia/ 12
DASAR HUKUM
1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992
tentang Usaha Perasuransian
Undang-undang ini merupakan dasar hukum utama
dari seluruh kegiatan perasuransian di Indonesia.
Pada peraturan ini diatur secara detil mengenai
ruang lingkup perasuransian, bentuk kegiatan bisnis
asuransi yang diperbolehkan, proses bisnis asuransi,
pembentukan perusahaan asuransi serta larangan
bagi perusahaan asuransi dalam menjalankan
usahannya.
https://dosenekonomi.com/bisnis/asura
nsi/dasar-hukum-asuransi 13
UU No.2 Tahun 1992 secara menyeluruh mengatur kegiatan asuransi yang
ada di Indonesia agar segala kegiatan asuransi sesuai dengan hukum yang
berlaku dan mampu mewujudkan keadilan bersama, berikut hal-hal yang
diatur dalam UU No.2 Tahun 1992, yaitu:
a.Ketentuan umum dan ruang lingkup asuransi.
b.Bidang usaha perasuransian.
c.Jenis usaha perasuransian.
d.Ruang lingkup usaha perusahaan perasuransian.
e.Penutupan objek asuransi.
f.Bentuk hukum usaha asuransi.
g.Kepemilikan perusahaan asuransi.
h.Perizinan usaha.
i.Pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan perasuransian.
j.Kepailitan dan likuidasi.
k.Ketentuan pidana.

https://dosenekonomi.com/bisnis/asura
nsi/dasar-hukum-asuransi 14
2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(Burgelight Wet Boek)
Sebenarnya peraturan produk kolonial Belanda ini sudah tidak berlaku lagi
namun berdasarkan peraturan peralihan segala sesuatu yang belum diatur
pada peraturan yang baru maka peraturan lama masih dipakai. Hal tersebut
berarti KUH Perdata masih berlaku sampai saat ini namun hanya pasal-
pasal tertentu saja seperti pasal yang mengatur tentang perjanjian pada
umumnya seperti Pasal 1320 yang berbunyi: Untuk sahnya perjanjian
diperlukan empat syarat yaitu kesepakatan mereka yang mengikatkan
dirinya, kecakapan dalam membuat suatu perikatan, suatu pokok persoalan
tertentu, dan suatu sebab yang tidak terlarang. Serta pasal-pasal perikatan
yang berkaitan dengan perjanjian, karena asuransi itu pada dasarnya
adalah bentuk perjanjian maka tetap tunduk pada Pasal 1320 KUH Perdata
ini.

https://dosenekonomi.com/bisnis/asura
nsi/dasar-hukum-asuransi 15
Manfaat asuransi adalah memberikan jaminan yang
bersifat menguntungkan kepada pihak tertanggung jika
terjadi sesuatu yang merugikan atau merusak dimana
kejadian tersebut tidak dapat dipastikan waktunya.
Karena sifat itulah asuransi juga harus menyesuaikan
dengan ketentuan yang terdapat pada Pasal 1774 KUHP,
yang menyatakan bahwa “suatu persetujuan untung-
untungan ialah suatu perbuatan yang hasilnya, yaitu
mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak
maupun bagi sementara pihak, tergantung pada suatu
kejadian yang belum pasti.”

https://dosenekonomi.com/bisnis/asura
nsi/dasar-hukum-asuransi 16
3. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
Kegiatan usaha perasuransian tidak hanya termasuk dalam masalah pidana
saja, namun jika dilihat dengan lebih teliti lagi ternyata dalam KUHD juga
mengatur tentang asuransi. Khusus dalam Bab 9 KUHD menjelaskan tentang
asuransi dan pertanggungan secara umum yang dijelaskan secara terperinci
dalam Pasal 246-286. Dari sekian banyak pasal yang ada dalam Bab 9 KUHD,
yang paling sesuai dengan penjelasan asuransi secara umum adalah Pasal
246 yang menyebutkan bahwa “Asuransi atau pertanggungan adalah suatu
perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan dirinya kepada
seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan
penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu
peristiwa yang tidak tertentu.”

https://dosenekonomi.com/bisnis/asura
nsi/dasar-hukum-asuransi 17
Sekilas jika diperhatikan penjelasan asuransi secara umum
dalam pasal 246 diatas akan sangat terlihat kemiripannya dengan
penjelasan asuransi secara umum dalam UU No.2 Tahun 1992,
bahkan jika diambil intisari dari apa yang dijelaskan akan memiliki
arti dan maksud yang sama. Dalam Bab 9 KUHD secara
menyeluruh menjelaskan tentang ketentuan tentang jenis
pertanggungan dari asuransi, batas maksimal pertanggungan yang
diberikan asuransi, prosedural proses pertanggungan yang
berlaku, penyebab batalnya proses pertanggungan, dan
pertanggungan disusun secara tertulis dalam suatu akta atau polis.

https://dosenekonomi.com/bisnis/asura
nsi/dasar-hukum-asuransi 18
4. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun
1992
Tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.
PP Nomor 73 Tahun 1992 ini adalah peraturan pelaksana dari
UU Nomor 2 Tahun 1992 sehingga mengatur secara teknis
tentang usaha asuransi di Indonesia seperti teknis pembentukan
usaha asuransi, pemberian sanksi terhadap perusahaan asuransi
dan lain sebagainya. PP Nomor 73 Tahun 1992 ini telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 dengan
beberapa perubahan sehubungan dengan pembentukan
perusahaan asuransi.

https://dosenekonomi.com/bisnis/asura
nsi/dasar-hukum-asuransi 19
UNSUR-UNSUR
PERTANGGUNGAN (246 KUHD)

Menurut Ketentuan Pasal 246 KUHD, Asuransi atau


Pertanggungan adalah Perjanjian dengan mana penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi
untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang
mungkin dideritanya akibat dari suatu evenemen(peristiwa tidak
pasti).

https://www.kajianpustaka.com/2017/10/peng
ertian-unsur-prinsip-manfaat-asuransi.html 20
Unsur-unsur asuransi menurut pasal 246 KUHD asuransi
terdapat 4 unsur,yaitu :

1.  Pihak Tertanggung (Insured) 


Adalah seseorang / badan yang berjanji untuk membayar uang premi
kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur. Hak
dari tertanggung adalah mendapatkan klaim asuransi, kewajiban
tertanggung adalah membayar  premi kepada pihak asuransi.

2.  Pihak   Penanggung   (Insure)   


Adalah suatu badan yang berjanji akan membayar sejumlah uang
(santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-
angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu.
Hak dari penanggung adalah mendapatkan premi, kewajiban penanggung
adalah memberikan klaim sejumlah uang kepada pihak tertanggung
apabila terjadi sesuatu hal yang sudah diperjanjikan.
https://www.kajianpustaka.com/2017/10/peng
ertian-unsur-prinsip-manfaat-asuransi.html 21
3. Peristiwa (Accident)
Peristiwa yang dimaksud dalam konteks ini adalah suatu
kejadian yang tidak tentu ataupun tidak diketahui sebelumnya.

4. Kepentingan (Intereset)
Kepentingan  yang  dimaksud  dalam  konteks  ini  yang 
mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang tidak
tentu.

https://www.kajianpustaka.com/2017/10/peng
ertian-unsur-prinsip-manfaat-asuransi.html 22
Seperti yang telah disebutkan pada pengertian asuransi di atas,
tujuan utama asuransi adalah sebagai berikut :
1.Untuk mengalihkan sejumlah risiko yang ada pada suatu pihak kepada
pihak perusahaan asuransi. Jaminan bagi suatu pihak untuk mendapat
perlindungan atas segala risiko kerugian yang mungkin terjadi.
2.Untuk memperkecil potensi kerugian yang lebih besar bila
mengeluarkan biaya sendiri saat terjadi suatu risiko.
3.Khusus untuk asuransi jiwa tertentu (asuransi jiwa), asuransi dapat
menjadi tabungan karena sebagian biaya premi akan dikembalikan
kepada nasabah.

https://www.maxmanroe.com/vid/finansi
al/pengertian-asuransi.html 23
4. Untuk efisiensi bagi sebuah perusahaan karena mengurangi
biaya untuk pengawasan, pengamanan, dan perlindungan
yang memakan banyak biaya dan waktu.
5. Untuk mendapatkan ganti rugi kepada pihak nasabah sesuai
dengan nilai premi asuransi.
6. Untuk menutup loss of earning power seseorang atau suatu
badan usaha ketika sudah tidak bekerja atau tidak berfungsi
lagi.
7. Sebagi dasar bagi pihak Bank dalam memberikan kredit
kepada seseorang atau badan usaha karena Bank
membutuhkan perlindungan atas dana yang dipinjamkan
kepada nasabah.

https://www.maxmanroe.com/vid/finansi
al/pengertian-asuransi.html 24
Pihak-pihak atau pelaku asuransi terdiri dari:
1. Nasabah
Yaitu orang/badan yang mengalihkan/transfer risiko terhadap pihak lain
dengan pembayaran berupa premi kepada perusahaan asuransi.

2. Perusahaan Perasuransian
Dalam UU No. 2 Tahun 1992 Perusahaan Perasuransian adalah
Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi Jiwa, Perusahaan
Reasuransi, Perusahaan Pialang Asuransi, Perusahaan Pialang Reasuransi,
Agen Asuransi, Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi, dan Perusahaan
Konsultan Akturia.

3. Pemerintah
Pemerintah berperan sebagai regulator (pembuat kebijakan) untuk
menciptakan usaha yang sehat dan bertanggung jawab, yang sekaligus
mendorong kegiatan perekonomian pada umumnya.
http://askrida.com/pengertian-pelaku-dan-
prinsip-asuransi.html#.XJUGaSgzbIU 25
HUBUNGAN ASURANSI
DENGAN RESIKO
Hubungan antara risiko dan asuransi adalah hubungan
langsung yang substansial dan strategis. Motivasi utama
masyarakat untuk membeli asuransi adalah karena keberadaan
risiko yang penuh ketidakpastian. Proteksi asuransi merupakan
salah satu sarana efisien dalam pengendalian risiko secara
finansial melalui mekanisme pengalihan risiko ke asuransi (Risk
Transfer Mechanism). Hubungan yang ada tersebut untuk risiko-
risiko yang dapat diasuransikan (insurable risk) yang mempunyai
karakter khusus. Risiko mengimplikasikan beberapa bentuk
ketidakpastian akan suatu hasil pada situasi tertentu di masa yang
akan datang dan cenderung tidak dikehendaki.

http://www.belajar-asuransi.com/2016/07/hubungan-
antara-risiko-dan-asuransi.html 26
PENGERTIAN RESIKO
Secara lebih luas, risiko didefinisikan sebagai bahaya, akibat atau
konsekuensi yang bisa terjadi yang disebabkan oleh proses yang sedang
berlangsung maupun kejadian tertentu yang akan terjadi di masa mendatang.
Risiko adalah hal yang selalu dihadapi oleh manusia dan sifatnya sangat tidak
menentu. Oleh karena itu asuransi memandang risiko sebagai uncertainty atau
ketidakpastian.
Dalam asuransi risiko bisa disebabkan oleh aktivitas personal (personal
activity) ataupun aktivitas bisnis/usaha (business activity). Contoh risiko
pribadi adalah sakit, kecelakaan, maupun risiko finansial yang disebabkan
oleh meninggalnya seseorang. Contoh risiko usaha adalah kebangkrutan,
kehilangan ataupun kerusakan yang diakibatkan oleh berbagai macam hal
seperti kebakaran, bencana alam dan lain sebagainya hal ini juga berlaku pada
asuransi kesehatan, asuransi mobil, ataupun asuransi perjalanan.

https://www.cermati.com/artikel/jenis-dan-macam-
macam-risiko-asuransi-yang-wajib-diketahui 27
KARAKTERISTIK RESIKO
1. Risiko Murni (Pure Risk)
Karakteristik dari pure risk adalah risiko bila itu
memang terjadi pasti menimbulkan kerugian dan
apabila tidak terjadi maka tidak akan menimbulkan
kerugian maupun tidak akan menimbulkan
keuntungan. Artinya dalam pengertian risiko murni,
maka kerugian pasti terjadi. Contoh dari risiko ini
adalah kebakaran, kecelakaan, bangkrut dan lain
sebagainya.

https://www.cermati.com/artikel/jenis-dan-macam-
macam-risiko-asuransi-yang-wajib-diketahui 28
2. Risiko Spekulatif (Speculative Risk)
Kebalikan dari risiko murni, risiko spekulatif
masih mengandung dua kemungkinan jika peristiwa
yang dianggap risiko tersebut benar-benar terjadi.
Misalnya ketika berinvestasi saham di bursa efek,
maka peristiwa atau proses investasi tersebut akan
menimbulkan risiko spekulatif, yaitu di satu sisi ada
kemungkinan untung secara finansial dan di lain sisi
ada risiko kerugian.

https://www.cermati.com/artikel/jenis-dan-macam-
macam-risiko-asuransi-yang-wajib-diketahui 29
3. Risiko Khusus (Particular Risk)
Risiko khusus adalah suatu risiko yang dampak
maupun penyebabnya hanya mempengaruhi
lingkungan lokal (pribadi) baik secara kuantitas
maupun kualitas. Contohnya adalah pengangguran
ataupun seorang pencuri. Ketika seseorang mencuri
maka risiko yang ditimbulkan hanya mempengaruhi
individu tersebut.

https://www.cermati.com/artikel/jenis-dan-macam-
macam-risiko-asuransi-yang-wajib-diketahui 30
4. Risiko Fundamental (Fundamental Risk)
Kebalikan dari risiko khusus, risiko fundamental
akan menimbulkan dampak yang sangat luas. Risiko
ini bisa disebabkan oleh faktor atau pihak tertentu
seperti bencana alam, kebijakan pemerintah dan
lain sebagainya.

https://www.cermati.com/artikel/jenis-dan-macam-
macam-risiko-asuransi-yang-wajib-diketahui 31
5. Risiko Individu (Individual Risk)
Risiko individu adalah berbagai macam kemungkinan
yang terjadi di kehidupan sehari-hari yang dapat
mempengaruhi kapasitas finansial seseorang, harta
kekayaanya maupun risiko tanggung-jawab. Individual risk
dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu personal risk,
property risk dan liability risk. Dalam personal risk sering kali
dikaitkan dengan pengaruh suatu hal atau kemungkinan-
kemungkinan yang secara langsung akan berdampak pada
individu tertentu, seperti finansial seseorang. Contoh risiko
pribadi adalah cacat fisik, kehilangan pekerjaan, meninggal
dunia dan lain sebagainya.

https://www.cermati.com/artikel/jenis-dan-macam-
macam-risiko-asuransi-yang-wajib-diketahui 32
6. Risiko Harta (property risk)
Merupakan kerugian yang terkait dengan kepemilikan
suatu benda akibat kehilangan, pencurian ataupun
kerusakan. Risiko harta dapat dikategorikan lagi menjadi dua
jenis yaitu kerugian secara langsung (direct losses) dan
kerugian tak langsung (consequential).

https://www.cermati.com/artikel/jenis-dan-macam-
macam-risiko-asuransi-yang-wajib-diketahui 33
7. Risiko Tanggung-Gugat (liability risk)
Merupakan risiko tanggung-jawab yang harus kita
berikan kepada pihak lain. Dengan kata lain, risiko ini untuk
menanggung kerugian orang lain akibat ulah atau hal yang
kita sebabkan. Misalnya, dalam peristiwa kecelakaan, ketika
Anda menabrak orang lain maka ini disebut dengan risiko
tanggung-gugat (liability risk).

https://www.cermati.com/artikel/jenis-dan-macam-
macam-risiko-asuransi-yang-wajib-diketahui 34
Terkait dengan berbagai risiko yang telah dijelaskan di atas,
tidak semua resiko yang mendapat perlindungan dari perusahaan
asuransi. Hanya resiko fundamental dan resiko murni saja yang
bisa diasuransikan dengan syarat-syarat tertentu, sebagai berikut:

1. Risiko harus terjadi dengan ketidaksengajaan dan tidak


bisa diprediksi
2. Risiko yang dapat ditanggung harus berisifat homogen dan
umum terjadi
3. Dampak dari risiko tersebut bisa dinilai dengan uang atau
secara finansial

https://www.cermati.com/artikel/jenis-dan-macam-
macam-risiko-asuransi-yang-wajib-diketahui 35
4. Harus ada obyek yang dipertanggungkan atau yang
diasuransikan misalnya harta benda, sakit, kerugian dan lain
sebagainya.
5. Obyek yang diasuransikan tidak bertentangan dengan
aturan yang berlaku dan kepentingan umum. Misalnya, narkoba
tidak bisa dijadikan sebagai obyek asuransi.
6. Premi yang dibebankan harus sesuai dengan tingkat risiko
yang diasuransikan. Meskipun pertanggungan boleh melebihi
harga atau kepentingan yang sebenarnya, namun hanya dalam
batas tertentu saja (asuransi ganda).

https://www.cermati.com/artikel/jenis-dan-macam-
macam-risiko-asuransi-yang-wajib-diketahui 36
KAPAN RESIKO DAPAT
DIASURANSIKAN

Tidak semua kerugian yang timbul karena terjadinya


peristiwa atau risiko yang dapat diasuransikan. Risiko
dapat diasuransikan ketika telah memenuhi sejumlah
kualifikasi risiko. Adapun sejumlah kualifikasi adalah
sebagai berikut :

https://www.cermati.com/artikel/jenis-dan-macam-
macam-risiko-asuransi-yang-wajib-diketahui 37
1. Kerugian akibat risiko yang timbul
dapat dapat dinilai secara finansial

Obyek pertanggungan yang diasuransikan bila


mengalami kerugian harus dapat dinilai secara finansial
atau dapat dihitung dalam satuan mata uang. Misalnya
kerugian ditaksir mencapai Rp. 500 juta, atau Rp. 2.500
juta dan sebagainya. Dengan jumlah kerugian yang dapat
diidentifikasi, diukur dan dinilai secara finansial, maka akan
dapat digunakan sebagai patokan dan pola untuk
menetapkan nilai pertanggungan dan nilai besarnya ganti
rugi

https://www.cermati.com/artikel/jenis-dan-macam-
macam-risiko-asuransi-yang-wajib-diketahui 38
2. Kerugian memiliki frekuensi yang
besar
Risiko kejadian yang diasuransikan haruslah merupakan risiko
kejadian yang banyak terjadi, atau memiliki frekuensi yang besar,
bahkan sangat besar. Hal ini mudah dipahami, oleh dua alasan;
pertama karena pengukuran terhadap terjadinya risiko dilakukan
melalui teori kemungkinan (probability theory). Alasan kedua,
apabila kejadian risiko jumlah sedikit, maka besaran jumlah
kerugian menjadi sangat besar. Dengan demikian, maka semakin
besar frekuensi kejadian risiko, semakin menjadikan kemungkinan
antara jumlah premi yang diterima dengan jumlah kerugian yang
akan dibayarkan oleh perusahaan asuransi. Dalam usaha asuransi
berlaku hukum bilangan besar, atau yang dikenal dengan the law of
the large number, yang artinya semakin banyak populasi obyek
pertanggungan semakin rendah tarif preminya.
https://www.cermati.com/artikel/jenis-dan-macam-
macam-risiko-asuransi-yang-wajib-diketahui 39
3. Peristiwa terjadi secara tiba-tiba

Jaminan untuk mendapatkan ganti rugi dari perusahaan


asuransi adalah risiko yang terjadinya secara tiba-tiba dan
tidak diketahui asal muasalnya (sudden and unforeseen).
Risiko yang sudah dapat diperkirakan akan terjadi baik dalam
waktu pendek atau dalam waktu panjang dampak
kerugiannya tidak dapat diasuransikan.

https://www.cermati.com/artikel/jenis-dan-macam-
macam-risiko-asuransi-yang-wajib-diketahui 40
4. Memiliki unsur insurable interest

Seseorang dan atau sesuatu organisasi bila akan


mengasuransikan suatu obyek pertanggungan haruslah
memiliki kepentingan atas obyek pertanggungan yang akan
diasuransikan tersebut. Artinya apabila obyek pertanggungan
yang diasuransikan tersebut mengalami kerusakan maka orang
atau organisasi tersebut mengalami kerugian, baik material
maupun non material. Dengan demikian apabila tidak ada
kepentingan terhadap obyek pertanggungan maka seseorang
dan atau sesuatu organisasi tidak ada perjanjian asuransi.

https://www.cermati.com/artikel/jenis-dan-macam-
macam-risiko-asuransi-yang-wajib-diketahui 41
5. Tidak bertentangan dengan
ketentuan normatif

Asuransi adalah sebuah perjanjian antara seseorang dan


atau sesuatu organisasi dengan satu atau lebih perusahaan
asuransi. Asuransi dan usaha perasuransian itu sendiri diatur
oleh sejumlah ketentuan dan peraturan yang dimuat dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, Tentang Usaha
Perasuransian. Dengan demikian jelas kiranya bahwa asuransi
tidak bertentangan dengan ketentuan dan atau norma-norma
lainnya.

https://www.cermati.com/artikel/jenis-dan-macam-
macam-risiko-asuransi-yang-wajib-diketahui 42
6. Kutasi premi secara wajar

Pemerintah berkepentingan dengan kegiatan


perasuransian. Kepentingan tersebut terkait dengan tujuan
untuk regulasi, untuk menghimpun dana masyarakat, maupun
untuk tujuan-tujuan pelaksanaan kebijakan-kebijakan
Pemerintah lainnya. Oleh karena itu maka agar seluruh unsur
yang terkait dalam dinamika kehidupan ekonomi dan sosial
maka premi yang dibebankan kepada konsumen, pembeli
asuransi, harus wajar dan terjangkau oleh mereka yang
membutuhkannya.

https://www.cermati.com/artikel/jenis-dan-macam-
macam-risiko-asuransi-yang-wajib-diketahui 43
PERJANJIAN DALAM
ASURANSI
Asuransi merupakan salah satu jenis
perjanjian khusus yang diatur dalam KUHD.
Sebagai perjanjian, maka ketentuan syarat-syarat
sah suatu perjanjian dalam KUHPdt berlaku juga
bagi perjanjian. Dalam perjanjian asuransi
kebakaran ini berlaku ketentuan Pasal 1320
KUHPdt. Menurut Pasal 1320 KUHPdt, syarat-
syarat sah perjanjian:

44
1. Kesepakatan
Sebelum ada persetujuan, biasanya pihak-pihak mengadakan
perundingan (negotiation), pihak yang satu memberitahu kepada
pihak yang lain mengenai benda yang menjadi objek, pengalihan
risiko, pembayaran premi, evenemen, ganti kerugian dan syarat-
syarat khusus asuransi. Pihak yang lain menyatakan pula
kehendaknya, sehingga tercapai persetujuan. Hal ini berhubungan
dengan asas konsensual yang mengandung arti bahwa perjanjian
itu terjadi sejak saat tercapai kata sepakat (konsensus) antara
pihak-pihak dalam hal ini penanggung dan tertanggung mengenai
pokok perjanjian asuransi sejak saat perjanjian mengikat dan
mempunyai kekuatan hukum.

http://digilib.unila.ac.id/8645/3/BAB
%20II.pdf. 45
2. Kewenangan
Kewenangan berbuat ada yang bersifat subjektif dan
ada yang bersifat objektif. Kewenangan subjektif
artinya sudah dewasa yakni mencapai 21 tahun atau
sudah kawin walaupun belum 21 tahun ( Pasal 1330
KUHPdt), sehat ingatan, tidak berada di bawah
perwalian, atau pemegang kuasa yang sah. Kewenangan
objektif artinya tertanggung mempunyai hubungan yang
sah dengan objek asuransi karena benda tersebut adalah
kekayaannya sendiri.

http://digilib.unila.ac.id/8645/3/BAB
%20II.pdf. 46
3. Suatu hal tertentu
Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian, objek
perjanjian, prestasi yang wajib dipenuhi. Objek tertentu dalam
perjanjian asuransi adalah objek yang diasuransikan, dapat
berupa harta kekayaan dan kepentingan yang melekat pada
pada harta kekayaan (asuransi kerugian), dapat pula berupa
jiwa dan raga manusia (asuransi jiwa). Objek perjanjian harus
ditentukan dengan jelas dan pasti. Kejelasan mengenai pokok
perjanjian atau objek perjanjian ialah untuk kemungkinan
pelaksanaan hak dan kewajiban pihak-pihak.

http://digilib.unila.ac.id/8645/3/BAB
%20II.pdf. 47
4. Suatu sebab yang halal (kausa yang
halal)
Undang-undang tidak memperdulikan apa yang menjadi
sebab orang mengadakan perjanjian, yang diperhatikan atau yang
diawasi oleh undang- undang ialah “isi perjanjian” yang
menggambarkan tujuan yang hendak dicapai oleh pihak-pihak,
apakah dilarang oleh undang-undang atau tidak, apakah
bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan atau tidak
(Pasal 1337 KUHPdt).

http://digilib.unila.ac.id/8645/3/BAB
%20II.pdf. 48
Syarat pertama dan kedua di atas merupakan syarat
subjektif dan syarat ketiga dan keempat dinamakan
syarat objektif. Syarat subjektif jika tidak dipenuhi
maka perjanjian dapat dibatalkan sedangkan syarat
objektif jika tidak dipenuhi maka perjanjian batal demi
hukum.

http://digilib.unila.ac.id/8645/3/BAB
%20II.pdf. 49
Terjadinya Perjanjian Asuransi
Untuk menyatakan kapan terjadinya perjanjian
asuransi yang dibuat oleh tertanggung dan penanggung
itu terjadi dan mengikat kedua pihak terdapat 2 (dua)
teori perjanjian yaitu:

Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia.


(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002) hlm. 54 50
1. Teori Tawar-Menawar (bargaining
theory)
Menurut teori ini setiap perjanjian hanya akan terjadi antara kedua
pihak apabila penawaran (offer) dari pihak yang satu dihadapkan
dengan penerimaan (acceptance) oleh pihak lainnya dan sebaliknya.
Hasil yang diharapkan adalah kecocokan/kesesuaian penawaran dan
penerimaan secara timbal balik antara kedua pihak. Titik temu antara
penawaran dan penerimaan secara timbal balik menciptakan
kesepakatan yang menjadi dasar perjanjian antara kedua pihak.
Terjadinya perjanjian asuransi didahului oleh serangkaian perbuatan
penawaran dan penerimaan yang yang dilakuakan oleh tertanggung dan
penanggung (Perusahaan Asuransi) secara timbal balik.

Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia.


(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002) hlm. 54 51
2. Teori Penerimaan (acceptance theory)

Menurut teori penerimaan, saat terjadi perjanjian tergantung pada kondisi


kongkret yang dibuktikan oleh perbuatan nyata (menerima) atau dokumen perbuatan
hukum (bukti penerimaan). Melalui perbuatan nyata atau dokumen perbuatan hukum,
baru dapat diketahui saat terjadi perjanjian,yaitu di tempat, pada hari dan tanggal
perbuatan nyata (penerimaan) itu dilakukan, atau dokumen perbuatan hukum (bukti
penerimaan) itu ditanda tangani/diparaf oleh pihak-pihak. Berdasarkan teori
penerimaan, perjanjian asuransi terjadi dan mengikat pihak-pihak pada saat penawaran
sungguh-sungguh diterima oleh tertanggung. Sungguh-sungguh diterima artinya
penawaran tertulis pihak penanggung sungguh-sungguh diterima oleh pihak
tertanggung walaupun isi tulisan itu belum dibacanya. Sungguh-sungguh diterima itu
dibuktikan oleh tindakan nyata tertanggung, biasanya dengan menandatangani suatau
pernyataan yang diberikan oleh penanggung yang disebut nota persetujuan (cover
note). Atas dasar nota persetujuan ini kemudian dibuatkan akta perjanjian asuransi oleh
penanggung yang disebut polis asuransi.

Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia.


(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002) hlm. 54 52
ASURANSI = PERJUDIAN ?
Sering muncul kekhawatiran dalam masyarakat apakah perjanjian
asuransi termasuk kedalam perjudian. Pertanyaan ini muncul
dikarenakan asuransi termasuk kedalam perjanjian untung-untungan
seperti halnya perjudian dan gambling, sehubungan adanya unsur
digantungkan pada suatu syarat peristiwa yang belum tentu terjadi.
Pasal 1774 KUH Perdata menyatakan tentang perjanjian untung-
untungan adalah sebagai berikut:
‘Suatu pertujuan untung-untungan adalah suatu perbuatan yang
hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak, maupun
bagi sementara pihak, bergantung pada suatu kejadian yang belum
tentu. Demikian adalah: perjanjian pertanggungan; bunga cagak
hidup; perjudian dan pertaruhan. Perjanjian yang pertama diatur di
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang’
Tuti Rastuti, Aspek Hukum Perjanjian Asuransi
(Yogyakarta: Medpress Digital, 2016) hlm.38-39 53
Dari Pasal 1774 KUH Perdata, dapat disimpulkan bahwa
perjanjian untung-untungan (kans overeenkomst) terdiri dari:
1.Asuransi (verzekering)
2.Bunga cagak hidup (Lijfrente)
3.Permainan dan perjudian/pertaruhan (Spel & Weddenschap)
Kans overeenkomst adalah suatu perjanjian yang prestasinya
digantungkan pada suatu peristiwa yang belum pasti. Kritik
terhadap asuransi ditempatkan dalam Kans overeenkomst tidak
tepat, karena akhirnya ada yang berpendapat bahwa asuransi
sama dengan judi, padahal antara kedua hal tersebut terdapat
perbedaan yang prinsip. Perbedaan tersebut yaitu:

Tuti Rastuti, Aspek Hukum Perjanjian Asuransi


(Yogyakarta: Medpress Digital, 2016) hlm. 39 54
I. Asuransi masuk pada perikatan perdata, sedangkan permainan dan
perjudian masuk dalam kategori perikatan alam/alamiah/bebas. Perikatan
perdata adalah perikatan yang melahirkan akibat hukum. Sedangkan
perikatan alam/bebas adalah perikatan yang tidak melahirkan akibat
hukum.
II. Asuransi merupakan perikatan perdata, maka di dalamnya ada unsur
schuld dan haftung, sedangkan dalam permainan dan perjudian hanya
ada schuld saja. Dalam pasal 1788 KUH Perdata menyatakan bahwa:
‘Undang-undang tidak memberikan suatu tuntutan hukum dalam halnya
suatu utang yang terjadi karena perjudian atau pertaruhan.’. Menurut
pasal 1791 KUH Perdata, apabila pihak yang kalah membayar sukarela,
maka dia tidak dapat memintanya kembali, berbeda dengan perikatan
perdata bahwa kewajiban dasar hukumnya adalah Undang-
undang/hokum dan perjanjian itu sendiri sebagaimana yang diatur dalam
pasal 1131 KUH Perdata

Tuti Rastuti, Aspek Hukum Perjanjian Asuransi


(Yogyakarta: Medpress Digital, 2016) hlm. 39-40 55
III. Kepentingan merupakan syarat mutlak dalam perjanjian asuransi. Apabila
akan menutup perjanjian asuransi, tertanggung harus mempunyai
kepentingan (belang/interest), sebagaimana yang diatur dalam pasal 250
KUHD. Kepentingan adalah kekayaan yang apabila terkena bencana
akan menimbulkan kerugian. Pengertian lain dari kepentingan adalah hak
subjektif seseorang yang dapat hilang/berkurang nilainya jika terjadi
suatu peristiwa, sedangkan di dalam permainan dan perjudian,
kepentingan baru terjadi apabila terjadi peristiwa.

Tuti Rastuti, Aspek Hukum Perjanjian Asuransi


(Yogyakarta: Medpress Digital, 2016) hlm. 40 56
Selain ketiga hal tersebut, terdapat perbedaan antara
asuransi dengan perjudian dalam sisi tujuan. Dalam
judi, orang-orang bertaruh untuk menang. Sedangkan
dalam asuransi, orang-orang bertaruh untuk kalah.
Tidak ada yang ingin bertaruh untuk kalah. Asuransi
merupakan suatu bentuk proteksi, bukan sebagai suatu
jalan pintas untuk mendapatkan uang.

Safir Senduk, Mengantisipasi Resiko (Jakarta:


PT Elex Media Komputindo, 1999) hlm. 20-21 57
POLIS
Polis asuransi merupakan sebuah bukti perjanjian tertulis yang
dilakukan oleh pihak perusahaan asuransi (penanggung) dengan
nasabah pengguna layanan asuransi (tertanggung), yang isinya
menjelaskan segala hak dan kewajiban antara kedua belah pihak
tersebut. Polis asuransi akan menjadi bukti tertulis yang sah dalam
perjanjian yang dilakukan oleh pihak penanggung dan pihak
tertanggung.
Dengan adanya polis asuransi, maka kedua belah pihak yang
melakukan perjanjian asuransi tersebut akan terikat dan memiliki
masing-masing tanggung jawab sebagaimana yang telah disepakati
sejak awal. Polis asuransi merupakan hal yang sangat penting di dalam
layanan asuransi itu sendiri, karena polis akan melindungi setiap hak
dan kewajiban nasabah dan pihak perusahaan asuransi.

https://www.cermati.com/artikel/pengertian-polis-
asuransi-dan-cara-memilih-polis-yang-tepat 58
Isi Polis

Menurut ketentuan pasal 256 KUHD, setiap polis (kecuali


mengenai asuransi jiwa) harus memuat syarat-syarat khusus
berikut ini:
a.Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi;
b.Nama tertanggung, untuk diri sendiri atau pihak ketiga;
c.Uraian yang jelas mengenai benda yang diasuransikan;
d.Jumlah yang diasuransikan (nilai pertanggungan);
e.Bahaya-bahaya/evenemen yang ditanggung oleh
penanggung;

Deny Guntara, "Asuransi dan Ketentuan-ketentuan Hukum yang


mengaturnya", Jurnal Justisi Ilmu Hukum. Vol. 1 No. 1, 2016, hlm. 34 59
f. Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir yang menjadi
tanggungan penanggung;
g. Premi asuransi;
h. Umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh
penanggung dan segala janji-janji khusus yang diadakan
antara para pihak, antara lain mencantumkan BANKER’S
CLAUSE, jika terjadi peristiwa (evenemen) yang
menimbulkan kerugian penanggung dapat berhadapan
dengan siapa pemilik atau pemegang hak.

Deny Guntara, "Asuransi dan Ketentuan-ketentuan Hukum yang


mengaturnya", Jurnal Justisi Ilmu Hukum. Vol. 1 No. 1, 2016, hlm. 34 60
Fungsi polis bagi nasabah pengguna
asuransi (tertanggung):

 Menjadi alat bukti tertulis atas jaminan penanggungan atas


berbagai risiko dan penggantian kerugian yang mungkin
terjadi pada tertanggung, di mana kerugian tersebut tertulis
di dalam polis
 Menjadi bukti pembayaran premi yang diberikan kepada
pihak perusahaan asuransi selaku penanggung
 Menjadi bukti paling otentik untuk menuntut penanggung,
jika sewaktu-waktu lalai atau tidak memenuhi jaminan yang
menjadi tanggungannya

https://www.cermati.com/artikel/pengertian-polis-
asuransi-dan-cara-memilih-polis-yang-tepat 61
Fungsi polis bagi perusahaan asuransi
(penanggung):

 Menjadi alat bukti atau tanda terima premi asuransi yang


dibayarkan oleh pihak tertanggung
 Menjadi bukti tertulis atas jaminan yang diberikannya
kepada tertanggung untuk membayar ganti rugi yang
mungkin diderita oleh tertanggung
 Menjadi bukti paling otentik untuk menolak tuntutan ganti
rugi atau klaim yang diajukan oleh tertanggung, jika
penyebab kerugian tersebut tidak memenuhi syarat polis
yang dimiliki

https://www.cermati.com/artikel/pengertian-polis-
asuransi-dan-cara-memilih-polis-yang-tepat 62
KLAUSULA EKSONERASI
Klausula eksonerasi adalah “suatu klausula dalam suatu perjanjian, dimana ditetapkan
adanya pembebasan atau pembatasan dari tanggung jawab tertentu, yang secara normal menurut
hukum. seharusnya menjadi tanggung jawabnya”. Klausula eksonerasi dimungkinkan karena
adanya asas kebebasan berkontrak. Dapat dibayangkan dengan dimungkinkannya orang
memperjanjikan suatu klausula eksonerasi dapat membawa akibat, bahwa hak dan kewajiban dari
para pihak menjadi jauh tidak berimbang.
Adanya klausula eksonerasi ini tentunya sangat merugikan debitur, karena debitur yang
menginginkan perjanjian tersebut hanya dihadapkan pada 2 (dua) pilihan yaitu menandatangani
atau menolak perjanjian yang disodorkan kepadanya tanpa bisa merundingkan apa yang
diinginkannya.
Pencantuman klausula eksonerasi ini terjadi karena posisi para pihak dalam perjanjian berada
dalam posisi yang tidak seimbang, sehingga salah satu pihak yang lebih kuat yang menentukan
syarat-syarat dalam perjanjian, sementara di pihak lainnya dalam posisi terjepit dan sangat
memerlukan perjanjian tersebut. Kondisi seperti inilah yang rentan menimbulkan adanya
penyalahgunaan keadaan dari pihak yang menentukan syarat-syarat dalam perjanjian terhadap
pihak lainnya.

Zakiyah, “Klasula Eksonerasi Dalam Perspektif Perlindungan


Konsumen”. Al’Adl. Vol. IX Na. 3, 2017 hlm. 436-437 63
CONTOH KLAUSULA EKSONERASI
Contoh dari klausula eksonerasi dapat dilihat pada praktik perbankan. Sebelum adanya
UUPK, dalam memberikan kredit, bank mencantumkan syarat sepihak di mana ada
klausula yang menyatakan bahwa Bank sewaktu-waktu diperkenankan untuk merubah
(menaikan/menurunkan) suku bunga pinjaman (kredit) yang diterima oleh Debitur,
tanpa pemberitahuan atau persetujuan dari debitur terlebih dahulu atau dengan kata lain
ada kesepakatan bahwa debitur setuju terhadap segala keputusan sepihak yang diambil
oleh Bank untuk merubah suku bunga Kredit, yang telah diterima oleh Debitur pada
masa/jangka waktu perjanjian kredit berlangsung. Dengan adanya UUPK, bank
diberikan larangan untuk menyatakan tunduknya debitur kepada peraturan yang berupa
aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh
Bank dalam masa perjanjian kredit. Sehingga apabila masih ada pencantuman klausula
demikian pada perjanjian kredit Bank, maka perjanjian ini adalah dapat diminta
pembatalan oleh Debitur. Ketentuan ini sepenuhnya bertujuan untuk melindungi
kepentingan konsumen (debitur) pengguna jasa perbankan. Jadi pembatasan
penggunaan klausula eksonerasi ini dapat ditemui dalam UUPK.

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52b66e4e181a5/keabsahan-perjanjian-yang-meng
andung-klausula-eksonerasi/
64
OBJEK ASURANSI
Yang dipergunakan pada umumnya adalah harta benda
seseorang atau tepatnya milik atas harta benda, misalnya ; rumah,
bangunan, perhiasan dan benda berharga lainnya. Dalam hal ini
dikatakan bahwa yang dipertanggungkan adalah sama dengan
benda pertanggungan. Disamping itu bisa terjadi bahwa obyek
pertanggungan tidak sama dengan benda pertanggungan.
Contohnya asuransi kendaraan bermotor, benda
pertanggungannya adalah tanggung jawab pemilik apabila
kendaraan itu membuat celaka orang lain.

https://tulisanterkini.com/artikel/artikel-
ilmiah/9451-subyek-dan-obyek-asuransi.html 65
Jadi ada 3 (tiga) hal yang dapat dipertanggungkan (obyek
asuransi), yaitu :
Risiko pribadi, yaitu kehidupan dan kesehatan.
Hak milik atas benda
Tanggung jawab atau kewajiban yang harus dipikul seseorang.
Obyek pertanggungan dikenal pula dengan sebutan
“Kepentingan”. Kepentingan merupakan unsur utama dalam
pertanggungan.
Pasal 250 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
menyebutkan bahwa, bila pada waktu pertanggungan seorang
tertanggung tidak mempunyai kepentingan atas benda yang
dipertanggungkan, penanggung tidak wajib memberi ganti rugi.

https://tulisanterkini.com/artikel/artikel-
ilmiah/9451-subyek-dan-obyek-asuransi.html 66
Mengingat pentingnya obyek pertanggungan tersebut maka
tidak setiap kepentingan dapat dipertanggungkan. Agar dapat
dipertanggungkan, kepentingan yang dimaksud harus memenuhi
syarat tertentu.
Pasal 268 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
menyatakan, bahwa yang dapat menjadi obyek asuransi ialah
semua kepentingan yang :
a.Dapat dinilai dengan sejumlah uang
b.Dapat diancam oleh macam bahaya
c.Tidak dikecualikan oleh undang-undang

https://tulisanterkini.com/artikel/artikel-
ilmiah/9451-subyek-dan-obyek-asuransi.html 67
JENIS ASURANSI DALAM
KUHD
Menurut Pasal 247 KUHDagang, ada 5 (lima) jenis asuransi,
yaitu :
a.Asuransi terhadap kebakaran,
b.Asuransi terhadap bahaya yang mengancam hasil pertanian,
yang belum dipanen,
c.Asuransi Jiwa,
d.Asuransi terhadap bahaya laut dan perbudakan,
e.Asuransi terhadap bahaya yang mengancam pengangkutan di
darat dan perairan di darat.

http://repository.unpas.ac.id/3649/5/BA
B%20II.pdf 68
Pasal 247 KUHDagang kalau dibandingkan dengan
perkembangan asuransi itu sendiri pada saat ini kurang
tepat, karena sekarang sudah banyak dikenal jenisjenis
asuransi yang tidak disebutkan diatas.
Walaupun begitu Pasal 247 KUHDagang tersebut
masih membuka untuk menerima jenis asuransi lain
yang diciptakan menurut perkembangan di dalam
masyarakat. Hal ini dimungkinkan karena pasal tersebut
belum menunjuk jenisjenis asuransi dengan memakai
kata ”antara lain”.

http://repository.unpas.ac.id/3649/5/BA
B%20II.pdf 69
PRINSIP-PRINSIP ASURANSI
Sebagaiman dinyatakan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
menyebutkan bahwa penyelenggara usaha perasuransian atau pihak
yang bertindak sebagai pihak penangung hanya boleh dilakukan oleh
badan hukum yang berbentuk perusahaan perseroan (persero), koperasi,
perseroan terbatas dan usaha bersama (mutual).
Keberadaan aturan tersebut menandakan bahwa asuransi
merupakan kegiatan yang dianggap penting dalam kehidupan, karena
memang asuransi melibatkan keuangan masyarakat pada tingkat yang
cukup luas seperti layaknya Perbankan. Oleh karena itu, dalam asuransi
terdapat beberapa prinsip yang tidak boleh lepas dari segala kegiatan
asuransi. Adapun prinsip-prinsip asuransi adalah sebagai berikut:

https://www.notarisdanppat.com/prinsip-
prinsip-dalam-asuransi/ 70
1. Prinsip Kepentingan
Secara implisit prinsip kepentingan ini dapat di pahami dari
ketentuan pada pasal 250 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
sebagai berikut:
‘Apabila seorang yang telah mengadakan pertanggungan untuk
dirinya sendiri, atau apabila seorang yang untuknya telah diadakan
suatu pertanggungan, pada saat diadakannya pertanggungan itu tidak
mempunyai kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan itu,
maka penangung tidaklah diwajibkan memberikan ganti rugi.’
Dalam ketentuan tersebut dapat dipahami bahwa adanya
kepentingan merupakan syarat bagi penanggung untuk memberikan
suatu ganti rugi atas premi yang dibayarkan. Tanpa adanya kepentinga
berarti tidak ada alasan untuk melakukan perjanjian asuransi.

https://www.notarisdanppat.com/prinsip-
prinsip-dalam-asuransi/ 71
2. Prinsip Itikad Baik dan Kejujuran
Sempurna
Mengenai di anutnya prinsip itikad baik ini dapat kita lihat dalam
ketentuan pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang sebagai
berikut:
‘Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak
memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh si tertanggung.
Betapapun itikad baik ada padanya, yang demikian sifatnya, sehingga
seandainya si penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya
perjanjian itu tidak akan ditutup atau tidak ditutup dengan syarat-
syarat yang sama, mengakibatkan batalnya pertanggungan.’

https://www.notarisdanppat.com/prinsip-
prinsip-dalam-asuransi/ 72
3. Prinsip Indemnity
Yang dimaksud dengan indemnity adalah prinsip keseimbangan dalam
ganti rugi. Prinsip ini secara eksplisit tercantum dalam pasal 253 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang yang menjealskan bahwa:
‘Kerugian/kerusakan yang diderita oleh tertanggung akan diganti oleh
penanggung secara seimbang sesuai dengan kerugian riil yang diderita.’
Tujuan utama dari adanya asuransi bagi pihak tertanggung adalah harapan
atas penggantian terhadap kerugian yang diderita akibat terjadinya suatu
peristiwa yang tidak pasti. Sedangkan kewajiban yang dimiliki penanggung
atau janji yang diberikannya adalah mengganti kerugian atas suatu peristiwa
yang tidak pasti terjadinya dengan syarat membayar premi. Hal tersebutlah
yang pada dasarnya menjadi hakikat dari perjanjian asuransi. Oleh karena itu,
prinsip ini pada dasarnya memberikan jaminan kepada tertanggung bahwa ia
akan dikembalikan ke keadaan semula seperti sebelum ia mengalami kerugian.

https://www.notarisdanppat.com/prinsip-
prinsip-dalam-asuransi/ 73
4. Prinsip Suborgasi

Prinsip ini juga diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum


Dagang yang tertera dalam pasal 284 sebagai berikut:
‘Seseorang penanggung yang telah membayar kerugian sesuatu
barang yang dipertanggungkan, menggantikan si penanggung dalam
segala hak yang diperolehnya terhadap orang-orang ketiga
berhubungan dengan penerbitan kerugian tersebut, dan si tertanggung
itu adalah bertanggung jawab untuk setiap perbuatan yang dapat
merugikan hak si penanggung terhadap orang-orang ketiga itu.’

https://www.notarisdanppat.com/prinsip-
prinsip-dalam-asuransi/ 74
Merupakan sebuah prinsip dimana pihak penanggung siap
menggantikan kedudukan dari tertanggung terhadap
hubungannya dengan pihak ketiga. Prinsip ini merupakan
konsekuensi logis dari adanya prinsip indemnity sebagaimana
dijelaskan di atas. Jika keduanya dihubungkan dapat diambil
pemahaman bahwa dalam hal kerugian yang diderita oleh
tertanggung menyangkut hubungannya dengan pihak ketiga
sehingga menimbulkan kerugian pihak ketiga, maka tertanggung
pada dasarnya tidak berhak menanggung kerugian tersebut, maka
penanggunglah yang menggantikan posisi tertanggung dalam hal
hubungannya dengan pihak ketiga tersebut.

https://www.notarisdanppat.com/prinsip-
prinsip-dalam-asuransi/ 75
5. Prinsip Kontribusi/Saling Menanggung

Prinsip ini tercantum dalam pasal 278 Kitab Undang-Undang


Hukum Dagang sebagai berikut:
‘Apabila dalam satu-satunya polis, meskipun pada hari-hari yang
berlainan oleh berbagai penangugng telah diadakan penanggungan
yang melebihi harga, maka mereka itu bersama- ama, menurut
keseimbangan daripada jumlah-jumlah untuk mana mereka telah
menandatangani polis tadi memikul hanya harga sebenarnya yang
dipertanggungkan. Ketentuan yang sama berlakunya, apabila pada
hari yang bersamaan, mengenai satu-satunya barang, telah diadakan
berbagai penanggungan.’

https://www.notarisdanppat.com/prinsip-
prinsip-dalam-asuransi/ 76
Dari ketentuan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa,
apabila ada seorang tertanggung mengasuransikan satu objek
kepada beberapa penanggung, maka pada saat terjadi peristiwa
beberapa penangung tersebut tidak memiliki kewajiban untuk
menangung melebihi harga yang telah disepakati dalam polis
asuransi.

https://www.notarisdanppat.com/prinsip-
prinsip-dalam-asuransi/ 77
6. Prinsip sebab akibat
Dalam prinsip sebab akibat, bahwa kerugian yang terjadi, haruslah oleh
suatu sebab atas risiko yang merupakan tanggungan penanggung. Jika tidak
maka penanggung dibebaskan dari kewajibannya membayar ganti rugi.
Pada perjanjian asuransi tanggungan dari penanggung selalu dicantumkan
dalam polis asuransi. Adapun yang dimaksud dengan polis asuransi adalah
sebagaimana dijelaskan dalam pasal 225 KUHD sebagai berikut:
‘Pertanggungan harus dilakukan secara tertulis dengan akta, yang diberi
nama polis.’
Jadi, untuk melihat apakah suatu peristiwa memiliki kaitan sebab-akibat
dengan tanggungan penanggung, maka yang dijadikan patokan adalah polis
dari perjanjian asuransi. Jika dalam polis kerugian yang diderita tertanggung
mengandung unsur sebab-akibat maka penangung wajib mengganti kerugian
tersebut.

https://www.notarisdanppat.com/prinsip-
prinsip-dalam-asuransi/ 78
SUBROGASI
Subrogasi berkaitan dengan suatu keadaan dimana kerugian
yang dialami Tertanggung merupakan akibat dari kesalahan pihak
ke III (orang lain). Menunjuk pasal 1365 KUH Perdata, pihak ke
III yang bersalah tersebut harus membayar ganti rugi kepada
Tertanggung, padahal Tertanggung juga mempunyai Polis
Asuransi.

http://www.jurnalhukum.com/perbedaan
-cessie-dan-subrogasi/ 79
HUBUNGAN SUBROGASI
DENGAN ASURANSI
Terdapat 2 alasan adanya subrogasi timbul dalam
perjanjian asuransi, yaitu:
1.Subrogasi ini berlaku apabila kontrak asuransi yang
bersangkutan adalah kontrak indemnitas.
2.Subrogasi diberlakukan dengan maksud mencegah
Tertanggung memperoleh penggantian lebih besar dari
ganti rugi penuh (full indemnity), oleh sebab itu
Subrogasi dianggap sebagai pendamping Indemnity
(corollary of Indemnity).

https://www.akademiasuransi.org/2012/
09/prinsip-subrogasi_18.html 80
Timbulnya Hak Subrogasi
Terdapat 4(empat) keadaan atau sumber-
sumber dimana seorang Penanggung
memperoleh Hak Subrogasi, yaitu :

https://www.akademiasuransi.org/2012/
09/prinsip-subrogasi_18.html 81
1. TORT (Perbuatan melanggar Hukum)
Tort  adalah perbuatan yang melanggar Hukum kepatuhan. Apabila pokok
pertanggungan mengalami kerugian/kerusakan yang dijamin dalam polis dan
disebabkan oleh kesalahan/kelalaian pihak ketiga (sesuai dengan pasal 1365 &
1369 KUHPerdata), maka Pihak ketiga yang menimbulkan kerugian atau
kerusakan tersebut wajib bertanggung jawab atas seluruh kerugian atau
kerusakan yang terjadi.
Setelah Penanggung membayar ganti-rugi atas kerugian/kerusakan yang
diderita oleh Tertanggung, maka Penanggung memperoleh Hak Subrogasi dari
pihak Tertanggung untuk menuntut pihak ketiga tersebut yang mengakibatkan
kerugian atau kerusakan atas kepentingan Tertanggung tersebut
Contoh: Kendaraan bapak Yadi yang diasuransikan telah ditabrak oleh
mobil bapak Budi. Kerusakan kendaraan bapak Yadi kemudian diperbaiki oleh
perusahaan asuransi tersebut, maka perusahaan asuransi tersebut mempunyai
hak subrogasi untuk menuntut bapak Budi yang menimbulkan kerugian
tersebut.

https://www.akademiasuransi.org/2012/
09/prinsip-subrogasi_18.html 82
2. CONTRACT ( Perjanjian atau Kontrak)
Hak dan Tanggung-jawab masing-masing pihak yang mengadakan
kontrak atau perjanjian tersebut, lazimnya disebutkan didalam kontrak atau
perjanjian tersebut. Sehingga apabila salah satu pihak karena kelalaiannya
menjalankan kontrak atau perjanjian tersebut, sehingga menimbulkan kerugian
pada pihak yang lain, maka ia (pihak yang bersalah) wajib mengganti
kerugian tersebut.
Apabila Penanggung telah membayar ganti-rugi pada Tertanggung, maka
Penanggung dapat meminta ganti-rugi atau penggantian kembali kepada pihak
yang bersalah tersebut.

https://www.akademiasuransi.org/2012/
09/prinsip-subrogasi_18.html 83
Dalam hubungannya dengan Subrogasi terdapat dalam 2(dua) hal penting

a.Seseorang yang memiliki Contractual Right untuk mendapatkan kompensasi


dengan tidak mengindahkan kesalahan. Misalnya :
Seorang  karyawan  dalam  kontrak kerjanya  dengan Perusahaan X tercantum
bahwa Perush.X tetap membayar gaji walaupun ia tidak hadir bekerja karena sakit
atau suatu kecelakaan. Apabila karyawan tersebut mempertanggungkan juga untuk
jaminan C dalam As. Kecelakaan diri (Cacad Sementara), Maka subrogasi tersebut
dapat diperoleh kembali dari Perush. X dimana ia bekerja.

b.Kebiasaan yang berlaku dalam perdagangan terdapat ketentuan bahwa pihak


ballee harus bertanggung jawab atas kerusakan atau kerugian yang terjadi pada
barang-barang milik Tertanggung diserahkannya. Misalnya : dalam suatu
pengangkutan, maka pihak pengangkut harus ber-tanggung jawab atas kerugian
atau kerusakan sebagai akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukannya atau
para karyawannya, Maka apabila terjadi kerusakan atau kerugian dikarenakan
perbuatan atau kelalaian perusahaan Ballei tersebut, maka pihak Ballei tersebut
harus bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi.

https://www.akademiasuransi.org/2012/
09/prinsip-subrogasi_18.html 84
3. LAW  (Undang-undang)
Di Inggriss, apabila terjadi kerusuhan yang
mengakibatkan kerugian atau kerusakan, maka
Pemerintah daerah setempat yang akan bertanggung
jawab, dalam hal ini adalah pihak Kepolisian.
Apabila Penanggung telah membayar ganti-rugi
kepada Tertanggung, maka Pe-nanggung dapat meminta
ganti-rugi atau penggantian kembali kepada pihak
Kepolisian (Hak Subrogasi).
Hak Tertanggung untuk menuntut hanya diberikan
7(tujuh) hari setelah adanya kerusuhan tersebut

https://www.akademiasuransi.org/2012/
09/prinsip-subrogasi_18.html 85
4. SUBJECT MATTER OF INSURANCE (Pokok
Pertanggungan)
Dalam hal terjadi klaim yang dianggap sebagai klaim Total
Loss (kerugian total), maka Tertanggung akan menerima ganti
rugi penuh.
Apabila terdapat Salvage (sisa barang), maka salvage tersebut
akan menjadi milik Penanggung setelah klaim atas kerugian
tersebut diselesaikan atau dibayar.
Salvage tersebut mempunyai nilai ekonomis bila dijual dan
merupakan Claim Recoveryà ini merupakan salah satu dari Hak
Subrogasi.

https://www.akademiasuransi.org/2012/
09/prinsip-subrogasi_18.html 86
ASURANSI RANGKAP
Asuransi rangkap tidak disebut secara eksplisit dalam KUHD,
namun dapat dilihat ketentuan mengenai asuransi ini dalam Pasal 252
KUHD :
‘kecuali dalam hal yang ditntukan oleh undang-undang, tidak
boleh diadakan asuransi kedua untuk waktu yang sama dan untuk
evenemen yang sama atas benda yang sudah diasuransikan dengan
nilai penuh, dengan ancaman asuransi yang kedua tersebut batal.’
Dari ketentuan Pasal di atas diketahui bahwa apabila suatu benda
telah diasuransikan dengan nilai penuh, tidak boleh lagi diasuransikan
untuk waktu yang sama dan atas evenemen yang sama. Jika masih
diadakan lagi asuransi kedua, maka asuransi kedua ini menjadi batal.
Asuransi semacam ini disebut asuransi rangkap.

https://www.scribd.com/document/352603596/Makala
h-Asuransi-Asuransi-Rangkap-Dan-Reasuransi 87
Namun, ada asuransi rangkap yang tidak dilarang seperti
yang diatur dalam pasal 233 KUHD ;
‘apabila beberapa asuransi dengan itikad baik diadakan untuk
benda yang sama, sedangkan asuransi pertama diadakan dengan
nilai penuh, maka asuransi inilah yang mengikat dan asuransi
lainnya dibebaskan. Apabila asuransi pertama tidak diadakan
dengan nilai penuh,maka asuransi-asuransi berikutnya hanya
mengikat untuk nilai sisanya menurut urutan waktu asuransi itu
diadakan.’
Dari dua Pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa asuransi
rangkap adalah asuransi atas suatu benda yang sama, evenemen
yang sama, dan dalam waktu yang sama diadakan beberapa
asuransi. Pelarangan dalam asuransi rangkap adalah apabila
asuransi pertama sudah diadakan dengan nilai penuh.
https://www.scribd.com/document/352603596/Makala
h-Asuransi-Asuransi-Rangkap-Dan-Reasuransi 88
Contoh Asuransi Rangkap
Mobil Pak Budi diasuransikan pada sebuah perusahaan asuransi.
Kendaraan tersebut kemudian diasuransikan untuk yang kedua kalinya pada
perusahaan asuransi yang lain.
Berdasarkan kasus tersebut, terdapat 2 akibat hukum yang diterima oleh
Pak Budi, yaitu:
1.Jika kendaraan bermotor diasuransikan pada perusahaan asuransi dengan
nilai penuh, maka setelahnya tidak dapat diasuransikan lagi pada perusahaan
yang lain dan akibat hukum asuransi yang kedua adalah batal
2.Jika kendaraan bermotor diasuransikan pada perusahaan asuransi dengan
nilai sebagian atau tidak penuh, maka setelahnya dapat diasuransikan lagi
pada perusahaan lain, tetapi hanya mengikat untuk nilai sisanya menurut
urutan waktu asuransi itu diadakan, dan hal ini dibenarkan UU.

https://aanmuhsinin.wordpress.com/2013/06/28/asur
ansi-rangkap-pada-asuransi-kendaraan-bermotor/ 89
BERAKHIRNYA ASURANSI
1. Jangka waktu berlakunya sudah habis
Asuransi biasanya diadakan untuk jangka waktu tertentu,
misalnya 1 (satu) tahun. Jangka waktu ini biasanya terdapat pada
asuransi kebakaran, kendaraan bermotor. Ada juga asuransi yang
diadakan untuk jangka waktu yang lama, misalnya 10 (sepuluh)-
20 tahun atau lebih yang biasanya terdapat pada asuransi jiwa.
Jangka waktu asuransi tersebut ditetapkan dalam polis. KUHD
tidak mengatur secara tegas jangka waktu asuransi. Apabila
jangka waktu yang ditentukan itu habis, maka asuransi berakhir.

Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia.


(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002) hlm. 133 90
2. Perjalanan Berakhir
Asuransi dapat diadakan berdasarkan perjalanan. Asuransi berakhir
apabila perjalanan berakhir atau tiba ditempat tujuan. Asuransi berdasarkan
perjalanan ini pada umumnya diadakan untuk asuransi pengangkutan baik
pengangkutan barang maupun penumpang dari tempat pemberangkatan
ketempat tujuan.
3. Terjadi Evenemen diikuti klaim
Dalam polis dinyatakan terhadap evenemen apa saja asuransi itu
diadakan. Apabila sementara asuransi berjalan terjadi evenemen yang
ditanggung dan menimbulkan kerugian, penanggung akan menyelidiki apakah
benar tertanggung mempunyai kepentingan terhadap benda yang
diasuransikan. Di samping itu, apakah evenemen yang terjadi itu benar bukan
karena kesalahan tertanggung dan sesuai dengan evenemen yang telah
ditetapkan dalam polis. Bila benar, maka dilakukan pemberesan berdasarkan
klaim tertanggung. Dengan pemenuhan ganti kerugian berdasarkan klaim
tertanggung, maka asuransi berakhir.

Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia.


(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002) hlm. 133 91
4. Asuransi berhenti atau dibatalkan
Berhentinya asuransi dapat terjadi karena kesepakatan antara
tertanggung dan penanggung misalnya karena premi tidak dibayar
ataupun karena faktor di luar kemauan tertanggung dan penanggung
seperti terjadi pemberatan resiko setelah asuransi berjalan.
5. Asuransi gugur
Asuransi gugur biasanya terdapat dalam asuransi pengangkutan.
Jika objek yang diasuransikan tidak jadi diangkut, maka asuransi gugur.
Tidak jadi diangkut dapat terjadi karena kapal tidak jadi berangkat atau
baru akan melakukan perjalanan tetapi dihentikan.

Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia.


(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002) hlm. 133 92
Berakhirnya perjanjian asuransi dapat terjadi
karena kemungkinan sebagai berikut:

1. Dalam hal tertanggung memberi keterangan yang tidak benar atau


menyembunyikan fakta sebenarnya mengenai keadaan objek yang
diasuransikan (Pasal 251 KUHD).
2. Jika sudah diketahui bahwa sudah ada kerugian sebelum atau pada
saat dibuatnya perjanjian asuransi (Pasal 269 KUHD).
3. Jika perjanjian asuransi dengan sengaja dibuat untuk mencari
keuntungan dengan itikad tidak baik, penipuan dan kecurangan
sehingga merugikan pihak penanggung (Pasal 282 KUHD).
4. Penutupan perjanjian asuransi atas objek asuransi yang menurut
peraturan Perundang-Undangan tidak boleh diperdagangkan (Pasal
599 Ayat (4) KUHD).

Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia.


(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002) hlm. 133 93
PENGGOLONGAN
ASURANSI

94
PENGGOLONGAN SECARA
YURIDIS
Menurut penggolongan secara yuridis, asuransi dibagi menjadi dua yaitu:

1. Asuransi Kerugian (Schadeverzekering)


Asuransi kerugian adalah suatu perjanjian asuransi yang berisikan ketentuan
bahwa penanggung mengikatkan dirinya untuk melakukan prestasi berupa
memberikan ganti kerugian kepada tertanggung seimbang dengan kerugian yang
diderita oleh pihak yang tertanggung. Termasuk kedalam golongan asuransi
kerugian, adalah:
a.Asuransi pencurian (theft insurance)
b.Asuransi pembongkaran (burglary insurance)
c.Asuransi perampokan (robbery insurance)I
d.Asuransi kebakaran (fire insurance)
e.Asuransi terhadap bahaya yang mengancam hasil pertanian (crop insurance)

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/13/jbptunikompp
-gdl-s1-2004-saripatmia-603-BAB+II+r-i.doc. 95
2. Asuransi Jumlah (Sommenverzekering)
Asuransi jumlah adalah suatu perjanjian asuransi yang berisi
ketentuan bahwa penanggung terikat untuk melakukan prestasi
berupa pembayaran sejumlah uang yang besarnya telah
ditentukan sebelumnya. Contoh:
a.Asuransi jiwa
b.Asuransi sakit (apabila prestasi penanggung sudah ditentukan
sebelumnya).
c.Asuransi kecelakaan (apabila prestasi penanggung berupa
pembayaran sejumlah uang, besarnya sudah ditentukan
sebelumnya).

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/13/jbptunikompp
-gdl-s1-2004-saripatmia-603-BAB+II+r-i.doc. 96
PENGGOLONGAN BERDASAR
KEHENDAK PARA PIHAK
Menurut penggolongan berdasarkan kriteria ada tidaknya kehendak bebas para
pihak, asuransi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Asuransi sukarela (voluntary insurance)
Asuransi sukarela adalah suatu perjanjian asuransi yang terjadinya didasarkan
kehendak bebas dari pihak-pihak yang mengadakannya. Dalam arti tidak ada paksaan
atau pengaruh dari luar untuk mengadakan perjanjian murni dari dalam diri orang itu
sendiri.. Contoh asuransi kebakaran, asuransi jiwa, asuransi pengangkutan, asuransi
kecelakaan, dan lain-lain.

b. Asuransi wajib (compulsory insurance)


Asuransi wajib yang terbentuk diharuskan oleh suatu ketentuan perundang-
undangan, contoh Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang Kendaraan
Umum (Undang-undang Nomor 33 Tahun 1964 jo PP Nomor 17 Tahun 1965), Jaminan
Sosial Tenaga Kerja (Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992.

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/13/jbptunikompp
-gdl-s1-2004-saripatmia-603-BAB+II+r-i.doc. 97
PENGGOLONGAN BERDASAR
SIFAT PENANGGUNG
Menurut penggolongan berdasarkan sifat dari penanggung, asuransi
dibagi menjadi dua yaitu:
a. Asuransi premi (premieverzekering)
Asuransi premi merupakan suatu perjanjian asuransi antara
penanggung dan masing-masing tertanggung dan antara tertanggung
yang satu dengan yang lain tidak ada hubungan hukum. Dalam
perjanjian asuransi ini, setiap tertanggung mempunyai kewajiban untuk
membayar premi kepada penanggung.

b. Asuransi saling menanggung (onderlinqeverzekering)


Dalam asuransi saling menanggung terdapat suatu perkumpulan
yang terdiri dari para tertanggung sebagai anggota. Antara para anggota
terdapat suatu hubungan hukum dan mempunyai tujuan yang sama.

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/13/jbptunikompp
-gdl-s1-2004-saripatmia-603-BAB+II+r-i.doc. 98
ASURANSI SYARIAH

Asuransi syariah adalah pengaturan pengelolaan risiko yang


memenuhi ketentuan syariah, tolong menolong secara mutual
yang melibatkan peserta dan operator. Syariah berasal dari
ketentuan-ketentuan di dalam al-Qur’an dan asSunnah.

Iqbal Muhaimin, Asuransi Umum Syariah dalam


Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005) hlm. 2 99
Asuransi dalam islam dikenal dengan istilah takaful yang
berarti saling memikul resiko di antara sesama orang, sehingga
antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas resiko
yang lainnya. Saling pikul resiko ini dilakukan atas dasar tolong-
menolong dalam kebaikan dimana masing-masing mengeluarkan
dana/ sumbangan/ derma (tabarru‟) yang ditunjuk untuk
menanggung resiko tersebut.

Muhammad Firdaus et al, Briefcase book Edukasi Profesional Syariah


Sistem Operasional Asuransi Syariah (Jakarta: Renaisan, 2005) hlm. 17 100
Akad Asuransi Syariah
Akad yang digunakan dalam asuransi syariah
adalah akad tijarah dan akad tabarru. Akad tijarah
adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk
tujuan komersial missal mudharabah, wadiah,
wakalah. Sedangkan Akad tabarru adalah semua
bentuk yang dilakukan dengan tujuan kebaikan dan
tolong-menolong, bukan semata-mata untuk tujuan
komersial (memberikan derma).

Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian


Syariah Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 138-139 101
Untuk tata cara operasional asuransi sudah ada
ketentuan dalam undang-undang Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 dan sudah
ada DPS (dewan pengawas syariah) untuk mengawasi
kegiatan usaha asuransi syariah, dan fatwa-fatwa DSN
(dewan syariah nasional) sebagai pedoman kegiatan
asuransi syariah terutama dalam penghitungan dana
tabarru‟ yang harus sesuai dengan fatwa DSN-MUI
dengan No: 12/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman
umum pada asuransi syariah.

Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian


Syariah Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 138-139 102
Pengelolaan Dana Asuransi Syariah

Pada asuransi jiwa syariah (life insurance), untuk


produk yang mengandung unsur saving dana yang
dibayarkan peserta dibagi langsung dalam dua rekening
yaitu rekening peserta dan rekening tabarru. Kemudian
total dana diinvestasikan dan hasilnya dibagi secara
proposional antara peserta dan pengelola. Kemudian
pada asuransi kerugian syariah dimana tidak
mengandung unsur saving, terjadi akad mudharabah
antara peserta dan pengelola.

Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian


Syariah Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 138-139 103
Jenis–jenis Asuransi Syariah
Asuransi syariah terdiri dari dua jenis yaitu:

a.Takaful Keluarga (Asuransi Jiwa)


Adalah bentuk asuransi syariah yang memberikan perlindungan
dalam menghadapi musibah kematian dan kecelakaan atas diri
peserta asuransi takaful. Produk asuransi takaful keluarga meliputi :
1.Takaful berencana
2.Takaful pembiayaan
3.Takaful pendidikan
4.Takaful dana haji
5.Takaful berjangka
6.Takaful kecelakaan siswa
7.Takaful kecelakaan diri
8.Takaful khairat keluarga

Hendi Suhendi dan Deni K Yusuf, Asuransi Takaful dari Teoritis


Ke Praktik (Bandung: Mimbar Pustaka, 2005) hlm. 68 104
b. Takaful Umum (Asuransi Kerugian)
Adalah bentuk asuransi syariah yang memberikan perlindungan finansial
dalam menghadapi bencana atau kecelakaan atas harta benda milik peserta
takaful. Produk-produk Asuransi Takaful umum adalah :33
1.Takaful kebakaran
2.Takaful kendaran bermotor
3.Takaful pengangkutan
4.Takaful Resiko Pembangunan
5.Takaful Resiko Pemasangan
6.Takaful Penyimpanan Uang
7.Takaful Gabungan
8.Takaful Aneka
9.Takaful rekayasa/Engineering

Hendi Suhendi dan Deni K Yusuf, Asuransi Takaful dari Teoritis


Ke Praktik (Bandung: Mimbar Pustaka, 2005) hlm. 68 105
PERBEDAAN ASURANSI SYARIAH
DENGAN ASURANSI
KONVENSIONAL
 Perbedaan antara kedua asuransi tersebut
yang paling signifikan terletak pada prinsipnya.
 Dalam asuransi konvensional perjanjian
dilakukan layaknya prinsip jual beli dimana
kedua pihak yang terkait salig mengharapkan
keuntungan yang sebesar-besarnya dan
kerugian yang sekecil-kecilnya

106
ASURANSI KREDIT
Asuransi kredit yaitu proteksi yang diberikan
oleh asuransi kepada bank umum/lembaga
pembiayaan keuangan atas risiko kegagalan debitur
di dalam melunasi fasilitas kredit atau pinjaman
tunai (cash loan) seperti kredit modal kerja, kredit
perdagangan, dan lain-lain yang diberikan oleh bank
umum/lembaga pembiayaan keuangan.

Tuti Rastuti. Aspek Hukum Perjanjian Asuransi


(Yogyakarta: Medpress Digital, 2016) hlm. 113 107
Subjek Tertanggung dalam Asuransi
Kredit
Pada asuransi kredit yang menjadi tertanggung
adalah Bank/Lembaga Pembiayaan Keuangan yang
mengajukan permintaan asuransi kredit bukan debitur
yang meminjam dana dari Bank Umum/Lembaga
Pembiayaan Keuangan tersebut. Dengan demikian
asuransi kredit merupakan biparty agreement dimana
hanya ada dua pihak yang terlibat yaitu perusahaan
asuransi sebagai penanggung dan bank umum/lembaga
pembiayaan sebagai tertanggung.

Tuti Rastuti. Aspek Hukum Perjanjian Asuransi


(Yogyakarta: Medpress Digital, 2016) hlm. 113 108
Kriteria Kredit yang Dapat Dijamin
pada Asuransi Kredit
Kriteria kredit yang dapat dijamin pada asuransi kredit adalah
kredit yang diberikan :
1.Berdasarkan norma-norma perkreditan yang sehat, wajar, dan
berlaku umum.
2.Sesuai dengan manual pemberian kredit yang sesuai SE BI.
3.Debitur yang memiliki izin usaha yang ditentukan oleh pihak
yang berwenang dan tidak bertentangan dengan hukum.
4.Debitur yang tidak sedang dalam proses kepailitan atau telah
dinyatakan pailit atau bubar demi hukum.
5.Debitur yang tidak memiliki tunggakan kredit yang
digolongkan kualitas kredit diragukan.
Tuti Rastuti. Aspek Hukum Perjanjian Asuransi
(Yogyakarta: Medpress Digital, 2016) hlm. 114 109
Syarat-Syarat Pengajuan Asuransi
Kredit
Bank Umum/Lembaga Pembiayaan Keuangan yang mengajukan
asuransi kredit harus menyerahkan dokumen-dokumen berikut
berikut ke calon penanggung:
1.Perjanjian kerja sama atau surat kesepakatan bersama antara
perusahaan asuransi sebagai penanggung dan Bank Umum/Lembaga
Pembiayaan Keuangan sebagai tertanggung.
2.Akta perusahaan debitur, company profile debitur, laporan
keuangan debitur 3 tahun terakhir.
3.Fotokopi/tembusan perrmohonan kredit dan debitur ke Bank
Umum/Lembaga Pembiayaan Keuangan, memorandum persetujuan
kredit dari Bank Umum/Lembaga Pembiayaan Keuangan ke debitur.

Tuti Rastuti. Aspek Hukum Perjanjian Asuransi


(Yogyakarta: Medpress Digital, 2016) hlm. 114 110
Risiko Pada Asuransi Kredit
Risiko yang dapat dijamin pada asuransi kredit adalah risiko yang
timbul karena :
1.Debitur tidak melunasi kredit pada saat kredit yang bersangkutan
jatuh tempo dengan ketentuan usaha debitur sudah tidak ada/tidak
berjalan lagi.
2.Debitur dinyatakan dalam keadaan insolvent dan untuk itu harus
memenuhi salah satu dari hal-hal berikut :
- Debitur dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri yang
berwenang.
- Debitur dikenakan likuidasi berdasarkan keputusan
pengadilan yang berwenang dan untuk itu telah ditunjuk likuidatur.
- Debitur, sepanjang bukan badan hukum ditempatkan di
bawah pengampuan.

Tuti Rastuti. Aspek Hukum Perjanjian Asuransi


(Yogyakarta: Medpress Digital, 2016) hlm. 115 111
3. Debitur melarikan diri/menghilang/tidak lagi diketahui alamatnya.
4. Terjadinya penarikan kembali kredit sebelum jangka waktu kredit
berakhir, yaitu khusus untuk kredit dengan jangka waktu lebih dari
dua tahun, dengan syarat bahwa penarikan kembali kredit tersebut
memenuhi salah satu ketentuan berikut:
- Dimaksudkan untuk mencegah atau mengurangi
terjadinya kerugian yang lebih besar apabila kredit tersebut
dilanjutkan.
- Disebabkan karena adanya ketidaksesuaian atau
penyimpangan yangdilakukan debitur atas ketentuan-
ketentuan dalam perjanjian kredit.
5. Risiko lain-lain yang disepakati oleh tertanggung dan penanggung
yang dituangkan dalam perjanjian kerja sama atau surat
kesepakatan bersama.

Tuti Rastuti. Aspek Hukum Perjanjian Asuransi


(Yogyakarta: Medpress Digital, 2016) hlm. 115 112
ASURANSI SOSIAL

113
LINGKUP ASURANSI SOSIAL

Asuransi Sosial merupakan program asuransi yang


diselenggarakan secara wajib berdasarkan suatu undang-
undang, dengan tujuan untuk memberikan perlindungan
dasar bagi kesejahteraan masyarakat. Asuransi sosial
adalah program asuransi yang diselenggarakan secara
wajib berdasarkan suatu undang-undang, dengan tujuan
untuk memberikan perlindungan dasar bagi kesejahteraan
masyarakat.

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_2_1992
.htm 114
Asuransi Sosial di Indonesia
Beberapa asuransi sosial yang ada di Indonesia :
1.TASPEN (Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri)
didirikan untuk memberikan jaminan pensiun.
2.ASKES bertujuan memberikan pelayanan kesehatan
yang optimal bagi penduduk.
3.ASABRI bertujuan memberikan perlindungan bagi
prajurit ARI terhadap resiko hilangnya penghasilan
karena putusnya hubungan kerja atau meninggal dunia.
4.Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas.

https://id.wikipedia.org/wiki/Asuransi_so
sial 115
ASURANSI JIWA
Asuransi Jiwa merupakan suatu kontrak
perjanjian antara pemegang polis dan perusahaan
asuransi atau insurer yang mana pihak asuransi
berjanji untuk membayar nominal uang apabila
terjadi risiko kematian terhadap pihak pemegang
asuransi/polis.

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/11/penger
tian-asuransi-jiwa-jenis-polis-manfaat-contoh.html 116
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHF),
asuransi jiwa diatur dalam Buku 1 Bab X pasal 302 s.d pasal 308
KUHD. Dan sesuai dengan ketentuan Pasal 255 KUHD, asuransi
jiwa harus diadakan secara tertulis dengan bentuk akta yang
disebut polis. Menurut ketentuan pasal 304 KUHD, polis asuransi
jiwa memuat:
a.Hari diadakan asuransi;
b.Nama tertanggung;
c.Nama orang yang jiwanya diasuransikan;
d.Saat mulai dan berakhirnya evenemen;
e.Jumlah asuransi;
f.Premi asuransi.

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/11/penger
tian-asuransi-jiwa-jenis-polis-manfaat-contoh.html 117
Dasar Hukum Asuransi Jiwa
Dalam KUHD asuransi jiwa diatur dalam
Buku 1 Bab X pasal 302 - pasal 308 KUHD.
Dengan demikian sudah tepat jlka definisi
asuransi dalam Pasat 1 angka (1) Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1992 dijadikan titik
totak pembahasan dan ini ada hubungannya
dengan ketentuan Pasal 302 dan Pasal 303
KUHD yang membolehkan orang
mengasuransikan jiwanya.
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/11/pengertia
n-asuransi-jiwa-jenis-polis-manfaat-contoh.html 118
Penanggung, Tertanggung,
Penikmat
Dalam asuransi jiwa, jika terjadi evenemen matinya tertanggung, maka
penanggung wajib membayar uang santunan, atau jika berakhirnya jangka waktu
asuransi tanpa terjadi evenemen, maka penanggung wajib membayar sejumlah
uang pengembalian kepada tertanggung. Penanggung adaiah Perusahaan Asuransi
Jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulanggan risiko yang dikaitkan dengan
hidup atau matinya seseorang yang diasuransikan. Perusahaan Asuransi Jiwa
merupakan badan hukum milik swasta atau badan hukum milik negara.
Asuransi dapat juga diadakan untuk kepentingan pihak ketiga dan ini harus
dicantumkan dalam polis. Dalam asuransi jiwa, pihak ketiga yang berkepentingan
itu disebut penikmat. Penikmat ini dapat berupa orang yang ditunjuk oieh
tentanggung atau ahli waris tertanggung. Munculnya penikmat ini apabila terjadi
evenemen meninggalnya tertanggung. Dalam hal ini, tertanggung yang meninggal
itu tidak mungkin dapat menikmati santunan, tetapi penikmat yang ditunjuk atau
ahli waris tertanggunglah sebagai yang berhak menikmati santunan.

https://www.seputarpengetahuan.co.id/
2017/11/pengertian-asuransi-jiwa-jenis-
polis-manfaat-contoh.html 119
Evenemen Dan Santunan
Dalam Pasal 304 KUHD yang mengatur tentang isi polis, tidak ada
ketentuan keharusan mencantumkan evenemen dalam polis asuransi jiwa
berbeda dengan asuransi kerugian, Pasal 256 ayat (1) KUHD mengenai isi
polis mengharuskan Pencantuman bahaya-bahaya yang menjadi beban
penanggung. Dalam asuransi jiwa yang dimaksud dengan hahaya adalah
meninggalnya orang yang jiwanya diasuransikan. Meninggalnya seseorang itu
merupakan hal yang sudah pasti, setiap makhluk bernyawa pasti mengalami
kematian. Akan tetapi kapan meninggalnya seseorang tidak dapat dipastikan.
lnilah yang disebut peristiwa tidak pasti (evenemen) dalam asuransi jiwa.
Uang santunan adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh penanggung
kepada penikmat dalam hal meninggalnya tertanggung sesuai dengan
kesepakatan yang tercantum dalam polis. Penikmat yang di maksud adalah
orang yang ditunjuk oleh tertanggung atau orang yang menjadi ahli warisnya
sebagai yang berhak menerima dan menikmati santunan sejumlah uang yang
dibayar oleh penanggung.
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/11/pengerti
an-asuransi-jiwa-jenis-polis-manfaat-contoh.html 120
Asuransi Jiwa Berakhir
1. Karena Terjadi Evenemen
Dalam asuransi jiwa, satu-satunya evenemen yang menjadi beban penanggung
adalah meninggalnya tertanggung. Apabila dalam jangka waktu yang diperjanjikan
terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung, maka penanggung berkewajiban
membayar uang santunan kepada penikmat yang ditunjuk oleh tertanggung atau kepada
ahli warisnya. Sejak penanggung melunasi pembayaran uang santunan tersebut, sejak
itu pula asuransi jiwa berakhir.
2. Karena Jangka Waktu Berakhir
Dalam asuransi jiwa tidak selalu evenemen yang menjadi beban penanggung itu
terjadi bahkan sampai berakhirnya jangka waktu asuransi. Apabila jangka waktu
berlaku asuransi jiwa itu habis tanpa terjadi evenemen, niaka beban risiko penanggung
berakhir. Akan tetapi, dalam perjanjian ditentukan bahwa penanggung akan
mengembalikan sejumtah uang kepada tertanggung apabila sampai jangka waktu
asuransi habis tidak terjadi evenemen. 

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/11/penger
tian-asuransi-jiwa-jenis-polis-manfaat-contoh.html 121
3. Karena Asuransi Gugur
Menurut ketentuan Pasal 306 KUHD: “Apabila orang yang
diasuransikan jiwanya pada saat diadakan asuransi ternyata sudah
meninggal, maka asuransinya gugur, meskipun tertanggung tidak
mengetahui kematian tersebut, kecuali jika diperjanjikan lain”,
 Pasal 306 KUHD ini mengatur asuransi jiwa untuk kepentingan
pihak ketiga.
4. Karena Asuransi Dibatalkan
Asuransi jiwa dapat berakhir karena pembatalan sebelum
jangka waktu berakhir. Pembatalan tersebut dapat terjadi karena
tertanggung tidak melanjutkan pembayaran premi sesuai dengan
perjanjian atau karena permohonan tertanggung sendiri. 

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/11/penger
tian-asuransi-jiwa-jenis-polis-manfaat-contoh.html 122

Anda mungkin juga menyukai