Anda di halaman 1dari 7

PARADIGMA HUKUM

STEVANY AFRIZAL, M.SOS


Hukum Sebagai Sistem Nilai
Hukum sebagai perwujudan nilai-nilai artinya untuk melindungi dan memajukan nilai-nilai
yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Hukum harus mampu memenuhi ukuran moral
tertentu dan ia tidak layak disebut hukum apabila memperlihatkan kegagalan-kegagalan :
1. Kegagalan untuk mengeluarkan aturan (to achief rules)
2. Kegagalan untuk mengumumkan aturan tersebut kepada publik (to publicize)
3. Kegagalan karena menyalahgunakan perundang-undangan yang berlaku surut (retroactive
legislation)
4. Kegagalan karena membuat aturan-aturan yang saling bertentangan (contraditory rules)
5. Kegagalan karena menuntut dilakukannya perilaku diluar kemampuan orang yang diatur
(beyond the power of the affected)
Lanjutan
6. kegagalan karena sering melakukan perubahan
7. kegagalan untuk menyerasikan aturan dengan praktik
penerapannya.
Donald Black menolak untuk membicarakan nilai-nilai, karena
sosiologi hukum seharusnya konsisten sebagai ilmu mengenai fakta,
sehingga segala sesuatunya didasarkan pada apa yang diamati dan
dikualifikasikan. Berbeda dengan Philip Selznick berpendapat bahwa
hakikat dari hukum justru terletak pada karakteristik dari hukum
sebagai institusi yang menunjang dan melindungi nilai-nilai
Hukum Sebagai Ideologi
1. Karl Marx, hukum merupakan bangunan atas yang ditopang oleh interaksi antara kekuatan-
kekuatan dalam sektor ekonomi.

2. Karl Ranner mengkaji perubahan-perubahan dalam konsep pemilikan

Paradigma ideologi dalam hukum juga dijumpai dalam bidang hukum kontrak, berhubungan
dengan ras di Amerika Serikat.
Hukum Sebagai Institusi
Institusi adalah suatu sistem hubungan sosial yang menciptakan keteraturan dengan
mendefinisikan dan membagikan peran-peran yang saling berhubungan didalam institusi.
Institusi terdiri dari:
1. nilai
2. Kaidah
3. Peran
4. organisasi
Hukum sebagai institusi sama juga dengan menerima, bahwa institusi hukum seperti pengadilan
tunduk pada hukum-hukum yang berlaku untuk institusi pada umumnya.
Hukum Sebagai Rekayasa Sosial
1. Penggunaan paradigma ini menekankan pada efektivitas hukum
2. penggunaan hukum sebagai sarana rekayasa sosial tidak dapat dilepaskan dari
anggapan serta paham bahwa hukum itu merupakan sarana (instrumen) yang
dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan yang jelas.
3. Proses rekayasa sosial dengan menggunakan hukum merupakan proses yang
tidak berhenti pada pengukuran efektivitasnya, melainkan bergulir terus.
4. proses yang bersambungan terus itu mengandung arti, bahwa temuan-
temuan dalam pengukuran akan menjadi umpan balik untuk semakin
mendekatkan hukum kepada tujuan yang ingin dicapainya.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai