Anda di halaman 1dari 23

Toksikologi

Kelompok 10

Rusdiana Dewi (068)


Rizki Nurhidayah W (133)
Evy febry F (183)
Agung Permata (216)
KASUS
Belasan Warga Keracunan Usai Santap Jamur Hutan
 LUBUKLINGGAU – Belasan warga RT 08 Kelurahan Muara Enim
Kecamatan Lubuklinggau Barat I keracunan seusai mengonsumsi jamur
hutan yang menjadi lauk untuk berbuka puasa, Rabu (24/7). 

Empat warga harus dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr


Sobirin Lubuklinggau. Mereka adalah Yon, 35, Agnes, 51, Ahmad, 25,
dan Ida, 35, yang harus mendapatkan perawatan serius lantaran
mengalami mual-mual, menggigil, berkeringat, dan pusing.
Sementara korban lainnya langsung diperbolehkan pulang pada
keesokan harinya, Kamis (25/7). Ketua RT 08 Poniman menuturkan,
keracunan bermula ketika salah seorang warga mengambil jamur di
hutan. 
Selanjutnya, warga tersebut membagi- bagikan jamur yang telah dimasak kepada tetangga
lainnya untuk disantap saat berbuka puasa. “Nah, seusai santap jamur di rumah masing-masing,
sekitar pukul 20.00 WIB di saat warga lainnya akan pergi ke masjid untuk tarawih, justru
banyak warga yang mengalami muntah-muntah. Seluruh korban mengaku mual dan pusing
seusai menyantap jamur,” ujarPoniman. Menurut Poniman, warga sebenarnya sudah sering
mengonsumsi jamur hutan untuk disantap sebagai lauk makan. 

Kasus keracunan ini baru pertama kali terjadi di tempat mereka. Sementara itu, Kepala Dinas
Kesehatan (Dinkes) Kota Lubuk Linggau dr Nawawi mengatakan, pihaknya tengah melakukan
pemeriksaan terhadap jamur yang diduga menjadi pemicu keracunan. Dia juga mengimbau
warga agar menyantap makanan dengan terlebih dulu melihat kehigienisannya. 

“Memang benar ada sejumlah warga yang diduga alami keracunan, yang disebabkan jamur
hutan dan sebagian dari mereka ada yang dirawat dan ada pula yang sudah pulang,” ungkap dia.
Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Kota Lubuklinggau AKBP Dover Cristian Lumban Gaol
melalui Kasat Reskrim AKP Karimun Jaya mengatakan, pihaknya telah mendapatkan laporan
mengenai belasan warga Muara Enim yang menderita keracunan. 

Pihaknya juga telah melakukan pendataan terhadap korban-korban keracunan tersebut.


“Diduga, keracunan itu akibat mengonsumsi jamur hutan,” ujar dia.
Disantap pada saat buka puasa, kira-kira jam 18.00 WIB

Warga mengalami muntah-muntah pada pukul 20.00 WIB

Gejala keracunan timbul 2 jam setelah mengkonsumsi


jamur Rapid onset

Gejala lainnya mengalami mual-mual, menggigil,


berkeringat, dan pusing.

Bentuk jamur tidak disebutkan. Hasil pemeriksaan medis


tidak disebutkan.
Diagnosis Awal Keracunan Jamur

Gejala keracunan timbul 2 jam setelah


mengkonsumsi jamur Rapid onset
Rapid Onset

Neurologis Mirip
Disulfiram

Iritan Saluran Cerna


Inocybe geophylla
Amanita muscaria Amanita pantherna
Coprinus atramentarius
Diagnosis Keracunan Jamur Berdasarkan Gejala
Klinis
Gejala Klinis Kelompok Rapid Onset
Gejala klinis akan terlihat sekitar 1 jam setelah menyantap
jamur (gejala efek muskarinik), yaitu berupa salivasi,
keringat, dan lakrimasi dalam jumlah besar, sekresi bronkus
yang bertambah, miosis, bradikardi, sakitperut, nausea,
muntah, dan diar.
Penanganan : berikan antidotum yang khas yaitu atropin.
Klasifikasi Obat Pereda
Gejala

• Dekontaminasi Saluran
Cerna

• Antiemetik

• Antagonis reseptor H2
Penanganan
penangananyang khas sesungguhnya belum ditemukan.
Penanganan yang dianjurkan sampai saat ini hanya bersifat
suportif, yaitu dengan melakukan hal-hal berikut :
1. Pembilasan lambung dan pemberian arang aktif
2. Pemasangan pipa duodenum
3. Dialisis
4. Terapi medikamentosa
Iritan Saluran Cerna
Onset keracunan ini berlangsung cepat (rapid onset) dan
bukan lambat (delay onset). Sebagian jamur menyebabkan
muntah dan diare yang akan mereda dalam beberapa hari.
Kasus fatal jarang terjadi, kecuali bila keracunan menyerang
anak atau lansia, yang berkaitan dengan dehidrasi serta
ketidakseimbangan elektrolit.
Neurologis
Kerusakan neurotoksin akibat keracunan jamur dapat dibagi menjadi
neurotoksin muscarine, muscimol (ibotanic acid), dan psilocybin.
Muskarin adalah derivate-furan yang bersifat sangat beracun dan
terdapat sebagai alkaloida. Reseptor muskarin setelah di aktivasi oleh
neurotransmitter asetilkolin atau kolinergika dapat menimbulkan
semua efek fisiologis sesuai dengan reseptor subtipe M1, M2, M3.
Gejala keracunan muscarine akan tampak 15-30 menit setelah
menyantap jamur jenis Inocybe geophylla atau Clitocybe dealbata,
yang khas berupa hipersalivasi, hiperlakrimasi, dan berkeringat
banyak. Gejala ini akan berlanjut sebagai nyeri perut, nausea berat,
diare, pandangan kabur, dan kesulitan bernafas bila jamur yang
tersantap terlalu banyak. Gejala biasanya akan mereda dalam 2 jam,
kecuali bila telah terjadi gagal ginjal jantung dan napas, yang
biasanya berujung sebagai kematian.
Lanjutan….
 Amanita muscaria dan Amanita pantherna menghasilkan ibotenis
acid dan muscimol. Kedua zat ini berefek serupa, tetapi muscimol 5 kali
lebih kuat ketimbang ibotenic acid. Ibotenic Acid secara struktural mirip
dengan asam glutamat, sementara muscimol secara struktural mirip
dengan GABA. Keduanya berperan seperti neurotransmiter yang
mengontrol aktivitas neuronal pada SSP. Muscimol memiliki daya ikat
yang tinggi kepada reseptor GABA-A dan meniru peranan GABA,
Muscimol juga meningkatkan kadar serotonin SSP dan mengurangi
tingkat Katekholamin, berpotensi menyebabkan halusinasi, kejang, dan
myoclonus.Gejala awal berupa ketidaknyamanan perut yang akan segera
terasa sekitar 1-2 jam setelah menyantap jamur tersebut. Rasa kantuk
yang dirasa sebagai perasaan pusing, bahkan kerap tertidur, merupakan
gejala utama yang dilanjutkan oleh keadaan gaduh, gelisah, ilusi, dan
delirium. Gajala biasanya lenyap dalam beberapa jam. Keracunan yang
menyerang orang dewasa jarang berakhir fatal, tetapi dapat
menyebabkan kejang serta koma selama paling tidak 12 jam bila
menyerang anak.
Genus Psilocybe, Panaeolus, Copelandia, Gymnopilus, Conocybe dan
Pluteus memproduksi toksin Psilocybin. Racun utama pada jamur
Psilocybe yaitu psilocybin, psilocin, baeocystin, norbaeocystin yang
dapat melepaskan efek neurotoksik mirip dengan LSD (d-lysergic acid)
dengan struktur kimia yang berkaitan erat dengan serotonin, pengaruhnya
terutama pada susunan saraf pusat (halusinasi) selain itu juga melepaskan
beberapa efek pada saraf periferal. Psilocybin berinteraksi dengan 5-HT
(Serotonin) reseptor yang mengikat dengan afinitas tinggi pada 5-HT2A
dan tingkat lebih rendah pada 5-HT1A. Psilocybin, psilocin, baeocystin,
norbaeocystin tidak hilang dengan memasak jamur tersebut. Gejala
keracunan akan berkembang dalam kurun waktu 10 menit sampai 2 jam
setelah tertelan:
 10-30 menit pertama akan timbul rasa gelisah, lemah, nyeri otot, dan
rasa tidak nyaman pada perut.
 30-60 menit timbul visual efek/halusinasi dan distorsi persepsi,
berkeringat, kemerahan pada wajah, dan ketiadaan koordinasi.
 60-120 menit semua gejala diatas menjadi sering muncul.
Racun yang Menyerupai Disulfiram
Keracunan ini didominasi oleh Coprinus atramentarius. Jamur
ini sesungguhnya dapat dimakan, tetapi tidak boleh
mengonsumsi minuman beralkohol dengan segera setelah
menyantap jamur tersebut karena adanya bahaya yang timbul
akibat akumulasi asetaldehid. Jamur ini menghasilkan asam
amino coprine, yang dipecah menjadi cyclopronone hydrate
dalam tubuh manusia, yaitu zat yang mengganggu pemecah
alkohol. Meminum alkohol pada 72 jam setelah menyantap
jamur akan berakibat buruk dan menyebabkan sakit kepala,
nausea, muntah, kemerahan, dan gangguan sistem
kardiovaskular, meskipun dapat menghilang dengan
sendirinya selama 2-3 jam.
 Toksin ini dikatakan seperti Antabuse (disulfiram) yaitu obat untuk
mencegah alkoholik dari minuman beralkohol dan memiliki gejala yang
hampir identik. Mekanisme pasti dari coprine tidak diketahui.
Diperkirakan bahwa efek toksik disebabkan oleh penghambatan yang
ireversibel dari asetaldehida dehidrogenase, enzim yang bertanggung
jawab untuk metabolisme etanol pada tahap asetaldehida. Ketika masuk
bersamaan dengan alkohol, kadar serum asetaldehida meningkat. Hasil
asetaldehida dengan konsentrasi tinggi menyebabkan gejala tidak
nyaman seperti flushing, mual, sakit kepala, pusing, dan hipotensi. Selain
itu juga dapat menimbulkan kemerahan pada leher dan wajah, rasa logam
pada mulut, sensasi geli/gatal (tingling) pada tungkai, mati rasa pada
tangan, palpitasi, kepala berdenyut-denyut.
 Disulfiram yang digunakan sebagai agen alkohol, juga menghambat
asetaldehida dehidrogenase menghasilkan gejala yang sama ketika
alkohol tertelan. Berbeda dengan disulfiram, coprine tidak menghambat
dopamin beta-hidroksilase, enzim bertanggung jawab terhadap sintesis
norepinefrin.
1. Dekontaminasi Saluran Cerna
Dekontaminasi saluran cerna bekerja dengan mengikat racun
yang masih berada didalam saluran cerna, sehingga
kemungkinan racun terserap secara sistemik dapat
diminimalkan.
2. Antiemetik
antiemetik digunakan untuk mengendalikan rasa
mual dan muntah. Metoklopramid adalah zat
prokinetik yang meningkatkan motilitas saluran
cerna dan mempercepat pengosongan lambung.
Mekanisme kerja preparat ini adalah memblok
reseptor dopamin yang terdapat dalam zona
pemicu kemoreseptor (chemoreceptor trigger
zone) sistem saraf pusat.
3. Antagonis reseptor H2
antagonis reseptor H2 digunakan sebagai penyekat (blocker)
kompetitif yang ireversibel pada reseptor H2 (terutama di sel
parietal tempat penghambatan sekresi asam lambung).
Namun, karena berdaya selektif tinggi, tidak akan
mempengaruhi reseptor H1 dan tidak berefek antikolinergik.

Anda mungkin juga menyukai