Anda di halaman 1dari 64

PSIKIATRI

DISOMNIA
INSOMNIA
INSOMNIA NON-ORGANIK

A. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau


mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang buruk
B. Ggn min 3x/minggu dalam 1 bulan (DSM V: 3 bulan)
C. Preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli
berlebihan dengan akibatnya
D. Ketidakpuasan thd kuantitas atau kualitas tidur
sehingga mempengaruhi fungsi sosial atau pekerjaan
E. Adanya ggn lain tidak menyebabkan ggn insomnia
diabaikan
F. Kuantitas tidak dijadikan patokan
Tatalaksana Insomnia
Farmakoterapi
1. Initial insomnia/ Early insomnia (sulit masuk proses
tidur)
Sleep inducing : Benzodiazepine (short acting)
2. Broken insomnia/Middle insomnia (multiple
awakening)
Sleep maintaining: Phenobarbital, benzodiazepine
(long acting)
3. Delayed insomnia/ Maintenance insomnia/ Late
insomnia (proses tidur terlalu cepat, tidak bisa tidur
lagi)
Prolong latent phase trisiklik antidepresan (amitriptilin)
Tatalaksana Insomnia
Non farmakoterapi
a. Terapi tingkah laku
- edukasi
- Teknik relaksasi
- Terapi kognitif
- Kontrol stimulus
- Restriksi tidur
a. Gaya hidup
Obat anti insomnia/Hipnotika
Khasiat panjang
Flurazepam 15-30
Diazepam 4-80

Khasiat menengah
Estazolam 1-4
Nitrazepam 2.5 – 5

Khasiat pendek
Triazolam 0.125-0.25
Lorazepam 2-10

Amitriptilin 50-150
Diagnosis Banding Insomnia
Differential Diagnosis

- Normal sleep variations


short sleepers. Tidak ada ggn disiang hari
- Acute insomnia
onset lebih pendek
- Shift work types of circardian rhytm
- Parasomnia
Parasomnia
• Sleep walking/somnabulisme
• Nightmare
terbangun dari tidur karena mimpi buruk, dan bisa
menjelaskan kejadian mimpi buruk tsb
• Night terror
terbangun tidur tiba-tiba karena mimpi buruk, tanpa
mengetahui isi dari mimpi tsb
Hypersomnia (DSM V: Hypersomnolence Disorder)

- Salah 1 dari gejala berikut:


1. Masih merasa mengantuk di siang hari walaupun sudah tidur
cukup (7 jam) pada malam hari nya
2. Tidur selama 9 jam atau lebih dengan tetap merasa
mengantuk dan tidak merasa “refreshed”
3.Sulit untuk tetap terjaga penuh

syarat
- setidaknya 3x/minggu selama 3 bulan
- Terdapat gangguan pada fungsi: kognitif/ sosial/ okupasional
- Bukan merupakan akibat penggunaan zat tertentu
- Tidak memenuhi diagnosa lain (narcolepsy, parasomnia)
Hypersomnia (DSM V:Hypersomnolence Disorder)

Therapy:
Stimulants: Methylphenidate 20 – 30 mg dibagi 2-3
dosis, modafinil
Antidepresan
Sodium oxybate
Gangguan Somatoform
Gangguan Somatoform
• Gangguan somatisasi  Banyak gejala somatik, tapi pada
pemeriksaan tidak ada kelainan

• Hipokondriasis/ Illness anxiety disorder  ketakutan


akan menderita suatu penyakit tertentu (co/ “saya kanker
payudara dok”), meskipun sudah diperiksa dan diyakinkan
kalau pasien tidak sakit

• Malingering Pura-pura sakit dengan tujuan eksternal,


seperti malas kerja atau mendapatkan narkoba.
Malingering bukan penyakit.
Gangguan Somatoform
• Factitious disorder/ Muchaussen’s syndrome  Pura-pura
sakit karena ingin mendapat perhatian atau perawatan, bukan
karena tujuan eksternal. Factitious disorder adalah penyakit.

• Penyakit psikosomatik Penyakit-penyakit fisik yang


memiliki aspek mental (co/ hipertensi dengan stres, IBS)

• Nyeri somatoform Nyeri menetap yang tidak terjelaskan.

• Disfungsi otonomik somatoform  Bangkitan otonomik:


palpitasi, berkeringat, tremor, flushing.
Gangguan Somatoform
Gangguan konversi/ Functional Neurological
Symptomp Disorder  kelemahan/paralysis/abnormal
movement/ ggn menelan/ ggn bicara/ seizure/ ggn
sensoris/ ggn pengindra

Body dismorphic disorder  terobsesi penampilan,


camouflaging
Gangguan mental krn
zat psikoakif
Intoksikasi Tatalaksana Withdrawl Tatalaksana
Depresant (↓) TD turun TD naik
-Alkohol TD turun Metanol  etanol TD naik Diazepam 10-
Etanol  B1 (tiamin) 20mg PO
- Opioid (Kodein, - TD turun Naloxone 0,4 mg - TD naik - Clonidine 0,1-
morfin, heroin) - Pupil dilatasi IM/IV/SC, diulang tiap 5 - Pupil 0,3mg/4-6jam
menit konstriksi - Methadone
10-20mg/12
jam atau utk
detox

Stimultant (↑) TD naik TD turun


- Kokain Diazepam 10-30 mg PO Not usually
- Amfetamin Clordiazepoxid 10-25 mg needed
PO
Clobazam 3x10 mg
*palpitasi: +Propanolol
3 x 10-40 mg PO
Halusinogen Euphoria, Diazepam 10-30 mg PO - -
- cannabis halusinasi, gg.
Visual, auditory,
mata merah
Substances-Related Disorders (1)
Alcohol & CNS Depressant
Intoxication Witdrawal

• Disinhibition (eg, inappropriate sexual or • Anxiety or psychomotor agitation


aggressive behavior, impaired judgment, • Tremor
mood lability) • Craving
• Somnolence, stupor, or coma • Autonomic hyperactivity (eg, tachycardia,
• hypotension hypertension, sweating, hyperthermia,
• Impaired attention or memory Slurred arrhythmia)
speech • Insomnia
• Incoordination • Sensory distortions or hallucinations (eg,
• Unsteady gait transient visual, tactile, or auditory)
• Nystagmus • Nausea or vomiting
• Seizures
• Delirium
Intoksikasi Alkohol
Supportive dan Simptomatis:
- Perbaiki KU, ABC
- Infus thiamine
- Anxiolytic bila perlu
- Sering terjadi kejang: akibat hypokalemia dan
hypomagnesemia  koreksi
- Jika alkohol “oplosan” dengan menggunakan zat
methanol (dibuktikan dengan adanya as.format pada
urine)
Dapat diberikan infus ethanol
Ethanol 5%  5 g ethanol di dalam 1 L kristalloid
Psychostimulants: Cocaine & Amphetamines

Intoxication Witdrawal

• Stimulation (euphoria, hypervigilance, • Depression (dysphoria)


anxiety, tension, anger, impaired • Psychomotor retardation
judgment) • Fatigue (increased need for sleep)
• Psychomotor agitation (stereotyped • Increased appetite
behaviors, dyskinesias, dystonias) • Craving
• Energy (decreased need for sleep)
• Anorexia (nausea or vomiting, weight
loss)
• Autonomic arousal (tachycardia,
hypertension, pupillary dilation,
perspiration or chills)
• Chest pain, cardiac arrhythmias,
respiratory depression
• Confusion
Cannabis
Intoxication Witdrawal
• Euphoria, drowsiness, or None
sedation
• Sensation of slowed time
• Auditory or visual distortions,
dissociation
• Impaired judgment, motor
coordination, attention, or
memory
• Slowed reaction time
• Conjunctival injection
• Tachycardia
• Increased appetite
• Anxiety, acute panic
reactions, paranoia, illusions,
or agitation
Opioid
Substances-Related
Intoxication Disorders
Witdrawal (2)
• Activation or "rush" (early or with • Depressed mood and anxiety
low dosages) and • Dysphoria
sedation/apathy or "nod" (late or • Craving
with high dosages) • Piloerection ("goose flesh")
• Euphoria or dysphoria • Lacrimation or rhinorrhea
• Feelings of warmth, facial • Hyperalgia, joint and muscle
flushing, or itching aches
• Impaired judgment, attention, or • Diarrhea and gastrointestinal
memory cramping, nausea, or vomiting
• Analgesia • Pupillary dilation and
• Constipation photophobia
• Pupillary constriction • Insomnia
• Drowsiness • Autonomic hyperactivity (eg,
• Respiratory depression, areflexia, tachypnea, hyperreflexia,
hypotension, tachycardia tachycardia, hypertension,
• Apnea, cyanosis, coma sweating, hyperthermia)
• Yawning
Intoksikasi Heroine
Pemeriksaan Lab
- Drug screening (urine)  tidak lebih dari 24 jam. Metode
paper chromartography, Thin layer chromatography
- Rambut  Liquid chromatography dengan
menggunakan UV
Tatalaksana OD/ Intoksikasi akut
1. ABC
2. Naloxone inj initial 0.4-2.0 mg IV (anak: 0.01 mg/kgBB)
efek naloxone terlihat dalam 1-3 menit
Bila tidak respon: ulang naloxone 2 mg setiap 5 menit,
maks 10 mg
maintenance: Infus naloxone0.4-0.8 mg/jam IV
Intoksikasi Heroine
Intoksikasi kronik

- Perlu di hospitalisasi:
1. terapi withdrawal
2. terapi detoksifikasi
3. terapi rumatan(maintenance)
4. terapi komplikasi
5. terapi aftercare
Withdrawal Heroine/ Opioid
- 6-12 jam: lakrimasi, rhinorrhea, sering menguap,
gelisah
- 12-24 jam: tidur gelisah, irritable, tremor, midriasis
- 24-72 jam: depresi, nausea, vomitus, diare, kram perut,
nyeri otot dan tulang, dehidrasi, ggn elektrolit
- Selanjutnya, hiperaktivitas otonom mulai berangsur-
angsur berkurang dalam 7-10 hari

Tatalaksana Withdrawal Heroine


- Clonidine 0,1-0,2 mg/ 8 jam lalu dinaikkan hingga 0,8-
1,2 mg dan di tappering off setelah 10-14 hari
- Gejala lain dapat diperbaiki secara simptomatis
Detoksifikasi Heroine/ Opioid
- Drug of choice: Methadone
Dosis 5-10 mg/hari tiap 8-12 jam
- Lebih efektif dengan efek withdrawal ringan:
Buprenorphine dosis rendah
Dosis: 1.5-5 mg SL 3x/minggu
- Rapid detoxification: Clonidine , Naltrexone

Terapi Rumatan (Maintenance)


- Mtehadone dan Levo alfa acetyl methadol (LAAM)

Terapi Aftercare
Substances-Related Disorders -Tatalaksana
PSIKOTIK
SKDI PSIKIATRI
3. PSIKOSIS
- SKIZOFRENIA
- GANGGUAN WAHAM
- GANGGUAN PSIKOTIK
- GANGGUAN SKIZOAFEKTIF
- GANGGUAN BIPOLAR
- BABY BLUES
SKIZOFRENIA DAN GANGGUAN PSIKOTIK

SKIZOFRENIA  Lebih dari 1 bulan


Pedoman Diagnosis (PPDGJ)
1. Halusinasi auditorik
2. Bizzare delusion (PPDGJ)
ATAU
Sedikitnya 2 gejala secara jelas:
3. Halusinasi panca indra, waham yang mengembang
4. Arus pikiran yang terputus atau mengalami sisipan
5. Perilaku katatonik, gaduh gelisah posturing, stupor
6. Gejala negatif: apatis, bicara<<, menarik diri
Skizofrenia – Patogenesis
• Jaras dopamin di otak • Skizofrenia terjadi karena
– Jaras mesolimbik-mesokortikal ketidakseimbangan aktivitas
 berhubungan dengan dopamin di otak
tingkah laku – Gejala + karena ↑ aktivitas
dopamin di jaras mesolimbik
– Jaras nigrostriatal 
– Gejala - karena ↓ aktivitas
koordinasi gerakan sadar
dopamin di jaras mesokortikal
– Jaras tuberonfundibular 
menghambat sekresi prolaktin
– Jaras medullary periventrikular
 berhubungan dengan
kebiasaan makan
– Jaras incertohypotalamic 
belum diketahui fungsinya
Skizofrenia – Gejala Klinis, Diagnosis
• Gejala positif
– Halusinasi: auditori, visual, somatik, olfaktori, gustatori
– Delusi: bizarre (thought withdrawal, thought insertion,
delusions of control), non-bizarre (persecutory,
referential,grandiose, erotomanic,)
– Disorganisasi: menjawab pertanyaan dengan tidak
nyambung (tangensial) , sirkumstansial, berpindah-pindah
pokok pikir (derailment), menciptakan kata baru
(neologisme), disorganisasi linguistik (world salad,
inkoherensi)
• Gejala Negatif
– Affective symptoms,
– Cognitive dysfunction
Halusinasi
• Halusinasi penglihatan (visual, optik) adalah perasaan melihat
sesuatu objek tetapi pada kenyataannya tidak ada. 
• Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) adalah perasaan
mendengar suara-suara,berupa suara manusia, hewan atau mesin,
barang, kejadian alamiah dan musik. 
• Halusinasi penciuman (olfaktorik) adalah perasaan mencium sesuatu
bau atau aroma tetapi tidak ada. 
• Halusinasi pengecapan (gustatorik) adalah kondisi merasakan
sesuatu rasa tetapi tidak ada dalam mulutnya, seperti rasa logam. 
• Halusinasi peraba (taktil) adalah kondisi merasa diraba, disentuh,
ditiup, disinari atau seperti ada ulat bergerak di bawah kulitnya. 
• Halusinasi kinestetik /phantom phenomenon adalah kondisi merasa
badannya bergerak dalam sebuah ruang, atau anggota badannya
bergerak. Atau post amputasi, merasa kakinya masih utuh.
• Halusinasi Autoskopi: Penderita seolah-olah melihat dirinya sendiri
berdiri di hadapannya
Jenis Skizofrenia
1. Skizofrenia Simpleks
Kelainan yang tidak lazim dimana terjadi kehilangan
minat yang mencolok, kemalasan, dan penarikan diri
secara sosial
2. Skizofrenia paranoid
Halusinasi/waham mengancam yang menonjol
3. Skizofrenia Hebefrenik
Perubahan afektif yang tampak jelas
4. Skizofrenia Residual
5. Skizofrenia katatonik
Gangguan Skizoafektif
Gangguan skizoafektif ialah ggn episodik dg gejala afektif
dan skizofrenik yang sama-sama menonjol

Ggn Manik:
Perubahan mood disertai energi yang meninggi,
percepatan berbicara, kebutuhan tidur berkurang,
grandiositas, dan terlalu optimis

Ggn depresi:
Lihat Major Depressive Disorder
Terapi Farmakologis Ggn Psikosis

Tata laksana:
• Antipsikotik tipikal (murah, tapi kemungkinan efek
samping ekstrapiramidal tinggi) :
chlorpromazine, haloperidol

• Antipsikotik atipikal (frekuensi efek samping


ekstrapiramidal rendah, tapi mahal):
risperidon, aripirazole, clozapine, olanzapine,
quetiapine
Antipsikotik tipikal
• Memperbaiki gejala positif dari psikotik (gaduh
gelisah, halusinasi, waham)
• Tidak memperbaiki gejala negatif (afek yang datar,
menarik diri, apati, tidak ada keinginan untuk
berbuat)
• Mempunyai efek sedasi.
Dosis Antipsikotik tipikal
• Chlorpromazine 150-1800 mg/hari
• Flufenazine 5-15 mg/hari
• Trifluoperazine
5-30 mg/hari
• Perpenazine
8-24 mg/hari
• Haloperidol
1.5-30 mg/hari
Pemberian Dosis
• Lanjutkan pemberian antipsikotik minimal 3 bulan setelah gejala
hilang.

• Untuk pasien kronis dibutuhkan antipsikotik jangka panjang


bahkan seumur hidup dengan dosis minimal untuk mencegah
kambuh.

• Gunakan dosis terbagi 2-3 kali sehari. Untuk dosis pemeliharaan


dapat diberikan dosis tunggal.

• Pasien usia lanjut gunakan dosis ¼ - 1/3 dosis dewasa.

• Kadang kadang diperlukan pemeriksaan kadar obat didalam


darah untuk mengetahui kepatuhan minum obat, menghidari
toksisitas.
Efek Samping Antipsikotik Tipikal
• Acute Dystonia Reaction (ADR) atau spasme akut
pada otot wajah, leher, lidah, ekstraokuler.

• Akatisia (kegelisahan motorik berat)  kurangi dosis +


Antikolinergik (THP)/Propanolol/ Benzodiazepine
(Lorazepam, Klonazepam)
Efek Samping Antipsikotik
• Gejala parkinsonisme (tremor, akinesia, bungkuk dengan
ayunan tangan menghilang, cogwheeling)
Antikolinergik:
- Trihexyphenidil 2 mg TID
- Diphenhydramin 50-300 IM
- Sulfas atropin 0,25-1 IM/IV
- Amantandine

Tardive Dyskinesia
Sindrom yang terjadi lambat, dengan gerakan koreoatetoid
abnormal, gerakan otot abnormal, menghentak, balistik, seperti tik

• Neuroleptic malignant syndrome : parkinsonism + gangguan ttv


Antipsikotik atipikal
• Adalah antipsikotik generasi kedua yang lebih aman
dan lebih menguntungkan dari antipsikotik tipikal.

• Pada dosis terapeutik sangat minimal menimbulkan


gejala ext piramidal dan hyperprolactinemia

• Dapat memperbaiki gejala positif dan negatif dari


gejala skizofrenia.

• Sangat sedikit menimbulkan gangguan kognitif.

• Lebih ditolerir oleh pasien.


GAMBARAN OBAT ANTIPSIKOTIK ORAL ATIPIKAL
Jenis Dosis Efek Ekstrapir Aticholine Hipotensi
Antipsiko mg/hari Sedasi amidal rgik Orthostatik
tik
Clozapine 300-900 +++ 0/+ +++ +++
(Clozaril) dibagi 2-3
kali/hari
Olanzapin 5-20 + 0/+ +/++ +
e dibagi 1-2
(Zyprexa) kali/hari
Quetiapin 150-600 + 0/+ 0/+ +
e(Seroqu dibagi 2-3
el) kali/hari
Risperido 1-6 dibagi + 0/+ 0/+ +
ne(Risper 2-3
dal) kali/hari
(Abilify)

(lodapin)
BIPOLAR
a. Bipolar tipe I:
- Setidaknya ada satu episode mania atau campuran (ada
ciri mania dan depresi dalam saat bersamaan)
- Boleh ada episode depresi, boleh juga tidak

b. Bipolar tipe II:


- Setidaknya ada satu episode hipomania DAN satu
episode depresi mayor
F32. Episode Depresi
Gejala Utama • Gejala lainnya
1. Afek Depresi 1. Atensi berkurang
2. Tingkat PD <<
2. Kehilangan minat dan 3. Ide rasa bersalah/tidak
Kegembiraan berguna
4. Pandangan masa depan
3. Berkurangnya Energi suram
5. Tidur terganggu
6. Nafsu makan terganggu
 Episode depresif ringan: 2 gejala utama + 2 gejala
lain > 2 minggu

 Episode depresif sedang: 2 gejala utama + 3 gejala


lain, >2 minggu.

 Episode depresif berat: 3 gejala utama + 4 gejala


lain > 2 minggu. Jika gejala amat berat & awitannya
cepat, diagnosis boleh ditegakkan meski kurang dari
2 minggu.

 Episode depresif berat dengan gejala psikotik:


episode depresif berat + waham, halusinasi, atau
stupor depresif.
PPDGJ
Terapi Medikamentosa Bipolar

• Episode manik: lithium


• Episode campuran: asam valproat
• Episode depresi: lithium + lamotrigine/antidepresan.
Jadi, jangan beri antidepresan saja.
ANTIDEPRESAN
Jenis Obat Dosis Anticholine Sedasi Hipotensi Level Efek
mg/hari rgik Orthostatik Dalam
Plasma

Amitryptilin 50-300 ++++ ++++ ++ 110-250


(Laroxyl)

Clomiprami 25-250 +++ +++ ++ 80-100


ne(anafranil
)

Imipramine 30-300 ++ ++ +++ 200-350


(Tofranil)

Tetracyclic 50-225 ++ ++ + 200-300


Maproptiline
(Ludiomil)
GAMBARAN OBAT ANTIDEPRESAN SSRI
JENIS OBAT DOSIS ANTICHOLI SEDASI HIPOTENSI
MG/HARI NERGIK ORTHOSTAT
IK

PAROXETINE 20-50 0/+ 0/+ 0

FLUOXETINE 20-60 0 0 0

SERTRALINE 50-200 0 0/+ 0

FLUVOXAMINE 50-300 0 0/+ 0


Gangguan Cemas
4. GANGGUAN CEMAS LAINNYA
- GGN PANIK
- GAD
- GGN CAMPURAN CEMAS DEPRESI
- PTSD
- TRIKOTILOMANIA
5. ONSET MASA ANAK
- RETARDASI MENTAL
Ansietas
Diagnosis Karakteristik
Gangguan Ansietas berlebih terus menerus disertai ketegangan
cemas motorik (gemetar, sulit berdiam diri, dan sakit kepala),
menyeluruh hiperaktivitas otonomik (sesak napas, berkeringat,
palpitasi, & gangguan gastrointestinal), kewaspadaan
mental (iritabilita).
Gangguan panik Serangan ansietas yang intens & akut disertai perasaan
akan datangnya kejadian menakutkan. Tanda utama:
serangan panik yang tidak diduga tanpa adanya stimulus.
Fobia spesifik Rasa takut yang kuat dan persisten terhadap suatu objek
atau situasi, antara lain: hewan, bencana, ketinggian,
penyakit, cedera, dan kematian.
Fobia sosial Rasa takut yang kuat saat menjadi pusat perhatian

Agorafobia Kecemasan timbul di tempat atau situasi di mana


menyelamatkan diri sulit dilakukan atau tidak tersedia
pertolongan pada saat terjadi serangan panik.
PPDGJ
F43.1. PTSD
• Gejala cemas akibat • Tata laksana gangguan
suatu kejadian stres pasca trauma dan
traumatik dimana reaksi stres akut
gejala berlangsung satu – Nonfarmakologis:
bulan atau lebih: cognitive behavioral
gangguan stres pasca- therapy (CBT) dan eye
movement
trauma
desensitization therapy
• Reaksi stres akut (EMDR)
berlangsung < 30 hari – Farmakologis: SSRI
Trikotilomania
Ggn impulsif dimana pasien merasa ketegangan
meningkat dan dapat lega hanya dengan menarik atau
terus mencabuti rambut.
RETARDASI MENTAL
Ketentuan subtipe retardasi mental meliputi:
F70      :     Ringan                                                       Taraf IQ       :     50-69(debil)
F71      :     Sedang                                                      Taraf IQ       :     35-49(imbisil)
F72      :     Berat                                                         Taraf IQ       :     20-34 (Idiot)
F73      :     Sangat Berat                                             Taraf IQ       :     dibawah 20
F78      :     Lainnya, bila penilaian dari tingkat retardasi mental dengan memakai
prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena adanya
gangguan sensorik atau fisik misalnya buta, bisu tuli dan penderita yang
perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu.
F79      :     Yang Tidak Tergolongkan (unspecified), bila jelas terdapat retardasi
mental, tetapi tidak ada informasi yang cukup untuk menggolongkannya dalam
salah satu kategori tersebut diatas.
Untuk klasifikasi yang tidak tergolongkan dipakai apabila terdapat dugaan kuat
adanya retardasi mental tetapi individu tidak dapat dites dengan tes intelegensi
standar karena gangguannya terlalu berat atau mereka tidak kooperatif untuk
dites. Keadaan ini dapat terjadi pada anak, remaja atau dewasa. Pada bayi
karena tes yang tersedia tidak menghasilkan nilai IQ menurut angka, maka
penggolongan kedalam diagnosis ini dapat juga dilakukan bila terdapat
pertimbangan klinik yang menunjukkan fungsi intelektual dibawah rata-rata.
SKDI PSIKIATRI
6. TICS
-TRANSIENT TICS DISORDER
7. DISFUNGSI SEKSUAL
-GGN KEINGINAN SEKSUAL
-GGN ORGASMUS
-SEXUAL PAIN DISORDER
8. GGN TIDUR
-HIPERSOMNIA
Sexual Dysfunction
• Sexual desire disorders
– Hypoactive Sexual Desire Disorder (HSDD);
• Persistently or recurrently deficient (or absent) sexual fantasies and
desire for sexual activity
– Sexual Aversion Disorder (SAD)
• Persistent or recurrent extreme aversion to, and avoidance of, all (or
almost all) genital sexual contact with a sexual partner.
• Sexual arousal disorders
– Female Sexual Arousal Disorder (FSAD)
• Persistent or recurrent inability to attain, or to maintain until
completion of the sexual activity, an adequate lubrication-swelling
response of sexual excitement.
– Male Erectile Disorder
• Persistent or recurrent inability to attain, or to maintain until
completion of the sexual activity, an adequate erection.

Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry


Sexual Pain Disorder
VAGINISMUS
Recurrent, involuntary contraction of perineal muscle
surrounding the outter third of the vagina when the
vaginal penetration is attempted

DYSPAREUNIA
Persistent or recurrent genital pain that occurs just before,
during, or after sexual intercourse
Disfungsi Ereksi
Ketidakmampuan pria untuk mencapai atau mempertahankan ereksi

Terapi Non Farmakologi


Edukasi
Psikoterapi
Alat konstriksi vakum
Surgical: Implan atau prostheses

Farmakologis
PDE5 Inhibitor Sildenafil, tadalavil, Vardefinil
Androgen
Intraurethral Alprostadil (PgE1, vasoaktif)
Intracavernosal self injection
PARAFILIA
Batasan :
• Gangguan seksual yang ditandai oleh khayalan seksual yang khusus
• Desakan dan praktek seksual yang kuat
• Berulang dan menakutkan bagi seseorang

Termasuk:
ekshibisionisme : pamerkan alat genetalia
Fetihisme : Fokus seksual ada benda (celana dalam, stocking)
Frotteurisme : menggosok-gosokkan penis pada pantat yang berpakaian lengkap
Veyourisme : mengintip
Pedofilia : Obyek anak < 13 tahun, pelaku 5 tahun lebih tua
Masokisme : disiksa/disakiti
Sadisme : menyiksa/menyakiti
Fetihisme tranvestik : berpakaian wanita untuk mendapatkan rangsangan seksual/pelengkap masturbasi
Nekrofilia : coitus dengan mayat
Zoofilia : coitus dengan binatang
Koprofilia : berak/diberaki
Urofilia : kencing/dikencingi

UKMPPD FKUNMAL BATCH 3 2017


Mekanisme Defensif
• Proyeksi  impuls internal yang tidak dapat
diterima dan dihadapi  dirasakan dan ditanggapi
seakan-akan berasal dari luar dirinya
– Usaha menyalahkan orang lain atas kegagalannya
– Contoh: Nilai olahraga kurang baik karena sedang sakit
– Atau seperti pada kasus, mengalami kegagalan karena
takut darah
• Eksternalisasi Suatu keadaan dimana seseorang
tanpa sadar membagi keadaannya yang sama
dengan kondisi di luar (contoh: seseorang yang
melihat lukisan ibu dengan anaknya, kemudian
berkata “aku dan ibuku dulu juga selalu seperti itu”
• Introyeksi  keadaan dimana seseorang
memasukkan hal-hal yang mengancamnya menjadi
nilai-nilai dalam kehidupannya (contoh: anak yang
semasa kecil sering diperlakukan dengan keras,
memasukkan nilai otoriter dalam keseharian)
• Simbolisasi  mekanisme pertahanan dengan
menggunakan suatu objek untuk mewakili ide, tanpa
disadari oleh orang yang bersangkutan (contoh:
menggunakan pulpen merah utk menunjukkan
kemarahan
• Reaksi formasi  reaksi mencegah keinginan yang
berbahaya dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku
kearah yang berlawanan agar menjadi rintangan
(contoh: seseorang yang melarang keras perjudian
dengan maksud agar dapat menekan kecenderungannya
untuk ke arah itu
Findings Baby Blues Depresi Pasca Psikosis pasca
Partum partum
Subjective Sedih, khawatir Gejala depresi Miuncul gejala
tidak dapat psikosis < 2w PP
mengurus bayinya Mayor:
dengan baik, tidak Afek depresif
ada gejala psikosis Anhedonia
Energi turun
Ringan
Minor:
Masih mau Rasa bersalah, tidak
mengurus bayinya berguna, ggn
makan, ggn tidur,
7 hari PP suicide ideation,

>2 w hari PP
Tatalaksana Edukasi Th/ depresi Th/ Psikosis ,

Anda mungkin juga menyukai