Anda di halaman 1dari 30

PERJANJIAN

TERAPEUTIK
Oleh :
dr. Sri Lestari Ramadhani
Nasution.,MKM
Hubungan antara dokter, rumah
sakit dan pasien sebagai hub
hukum

 TIDAK DAPAT DILEPASKAN


DARI SEJARAH
 DIDASARKAN PADA KEBIASAAN,
MORAL, ETIKA, AZAS HUKUM,
PERATURAN HUKUM
Transaksi Terapeutik

Merupakan Perjanjian (kontrak) sebagaimana dimaksud


dalam pasal 1320 BW
PERJANJIAN TERAPETIK
Pernyataan dua pihak, yaitu pihak pasien
dan Dr berdasarkan asas dlm berkontrak.
DEFINISI (1)
Persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarganya atas dasar penjelasan mengenai
tindakan medik yang akan dilakukan terhadap
pasien tersebut. (Permenkes)

  DEFINISI (2)
Persetujuan pasien atau yang mewakilinya atas
rencana tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
setelah menerima informasi yang cukup un-tuk dapat
membuat persetujuan.
(Konsil Kedokteran Indonesia)
DEFINISI (3)
Pernyataan oleh PASIEN, atau jika pasien tidak
berkompeten*) oleh ORANG YANG BERHAK MEWAKILI,
yang isinya berupa persetujuan kepada dokter untuk
melakukan tindakan medik sesudah pasien atau orang yang
berhak tersebut diberi informasi secukupnya **) mengenai
tindakan medik yang akan dilakukan dokter. (Sofwan
Dahlan)

*) Tidak berkompeten: belum dewasa (21 th) atau


belum pernah nikah atau tidak sehat akal.
**) Informasi sekucupnya: kualitas dan kuantitas
informasi tidak cukup bagi pasien untuk membuat
keputusan ttg tindakan medik yg dianjurkan Dr.
PERIKATAN TERJADI
KARENA PERJANJIAN 
 PERJANJIAN adalah suatu perbuatan , dimana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih
PENJELASAN

Dari tiga definisi diatas maka yang paling reliabel


adalah definisi ketiga, sebab mampu memberikan
pemahaman bahwa:
1.Pemegang hak utama untuk memberikan
persetujuan adalah pasien, bukan keluarga.
2.Hak keluarga untuk mewakili pasien bukan
bersifat alternatif tetapi kondisional, yaitu:
a. jika pasien belum dewasa; atau
b. jika pasien tidak sehat akal.
3.Jika pasien sudah dewasa & sehat akal
maka keluarga tidak berhak mewakili pasien.
PERIKATAN (PERJANJIAN)
 Hubungan hukum yg menimbulkan hak dan
kewajiban diantara para pihak
 Kewajiban yg timbul disebut prestasi
 Menyerahkan suatu barang
 Melakukan suatu perbuatan
Unsur-unsur perjanjian
 ada kesepakatan
 kecakapan para pihak
 untuk prestasi tertentu
 atas sebab hal yang halal
Syarat Perjanjian
 syarat subyektif :adanya kesepakatan , kecakapan
para pihak ; apabila tidak terpenuhi maka
perjanjian dapat dibatalkan (vernietigbaar)
 syarat obyektif :untuk prestasi tertentu , atas
sebab yang halal ; apabila tidak terpenuhi maka
perjanjian adalah batal demi hukum
AZAS UMUM PERJANJIAN
 berlaku sebagai Undang undang bagi yang
membuatnya
 harus dilaksanakan dengan itikad baik
 tunduk pada undang undang, kepatutan atau
kebiasaan
 tidak dapat ditarik tanpa kesepakatan para pihak
ASAS-ASAS
1.   Asas konsensual.
 
2.   Asas iktikat baik (utmost of good faith).
 
3.   Asas bebas.
 
4.   Asas tidak melanggar hukum.
 
5.   Asas kepatutan dan kebiasaan.
ASAS LEGAL
 

Asas ini mensyaratkan agar materi yang


disepakati tdk mengandung hal-hal yang
dilarang oleh hukum.
SYARAT YANG HARUS
DIPENUHI
 Harus ada persetujuan dari pihak yang berkontrak
 Ada obyek yang merupakan subtansi dari kontrak
 harus legal dan tidak diluar profesinya
 Harus ada suatu sebab (causa) atau pertimbangan
SAHNYA PERJANJIAN
PERDATA
Pasal 1320 KUH Perdata
Adanya sepakat
Para pihak cakap secara hukum
Mengenai obyek tertentu
Sesuatu yang halal (tidak melanggar hukum, susila
dan ketertiban)
LANDASAN HUKUM
Berbeda dari negara common law, informed
consent di Indonesia diatur dalam Statute Law:
1. UU No. 36 Th. 2009 ttg Kesehatan:
2. UU No. 29 Th. 2004 ttg Praktik Kedokteran.
3. UU No. 44 Th. 2009 ttg Rumah Sakit
4. PP ttg Tenaga Kesehatan.
5. Permenkes ttg Persetujuan Tindakan Medik.
6. Permenkes No. 1419 / Menkes / PER /
2005 ttg Penyelenggaraan Praktik Dr & Drg.
PARA PIHAK
 
Dalam perjanjian terapetis, yg menjadi para
pihak adalah:
1. Health-care provider.
2. Healthcare receiver.
Healthcare provider antara lain :
- Dr, bidan/nurse praktik perorangan.
- RS, Puskesmas atau Klinik.
Healthcare receiver adalah:
- pasien ybs.
- orangtua atau walinya (jika pasien blm
dewasa atau tidak sehat akal).
AWAL TERJADINYA PERJANJIAN
 
Berdasarkan asas konsensual maka perjanjian
terapetik terjadi:
• Sejak healthcare provider (atas permintaan
pihak pasien) menyatakan persetujuannya
untuk menangani pasien.

• Bukan sejak saat pasien memasuki RS,


Puskesmas atau tempat praktik Dr sebagai-
mana disangka oleh banyak orang.
Persetujuan healthcare provider dapat diberi-kan
melalui macam-macam cara sebagaimana telah
disebutkan didepan, termasuk by Phone
AKHIR PERJANJIAN
Perjanjian terapetik berakhir jika:
a. sembuh dari penyakit atau keluhan
yang menyebabkan ia datang.
b. tidak lagi memerlukan penanganan Dr.
c. pasien memberhentikan Dr.
d. pasien dan Dr bersepakat mengakhiri
perjanjian terapetik.
e. pasien meninggal dunia.
f. Dr meninggal dunia.
 
POLA HUBUNGAN TERAPETIK

DR PASIEN
PASIEN
DR

DR
DR WALI
WALI

RS
RS PASIEN
PASIEN

RS
RS WALI
WALI
JENIS PERIKATAN
 

Tiap-tiap hubungan kontraktual mengha-silkan


perikatan, berupa:
a.perikatan hasil; atau
b.perikatan upaya.
Dalam perjanjian terapetik maka perikatan yang
terjadi adalah perikatan upaya (inspanning
verbintenis) !!!
Oleh sebab itu prestasi yang hrs diberikan ialah
upaya yg benar, bukan kesembuhan.
PRESTASI
 
Dari perikatan, muncullah kewajiban Dr untuk
memberikan prestasi dalam bentuk upaya yang
benar, bukan kesembuhan.
KONTRA PRESTASI
Dari perikatan muncul pula kewajiban pasien
untuk memberikan kontra-prestasi dalam bentuk
materi sesuai yg disepakati atau sesuai
kelaziman, kecuali Dr atau RS menggratiskan
(kontrak cuma-cuma). Meski gratis kewajiban Dr
tdk berkurang.
PEMUTUSAN SEPIHAK
 
Jika perjanjian sudah terjalin maka tidak satu
pihakpun boleh memutuskan secara sepihak.
Dalam perjanjian terapetik, pasien boleh
memutuskan secara sepihak kapan saja
berdasarkan asas kepatutan dan kebiasaan.
Alasannya adalah karena perjanjian terapetik
dijalin diatas dasar kepercayaan.
Pemutusan sepihak oleh Dr tidak dibenarkan,
kecuali ada alasan patut
 
INGKAR JANJI
Para pihak dapat dikatakan ingkar janji
manakala tidak memenuhi kewajibannya.
Dalam hal seperti ini maka pihak yang dirugikan
dapat menggugat pihak lainnya untuk membayar
ganti rugi.
ADVERSE OUTCOME
Jika pasien mengalami adverse outcome (KTD)
maka pasien dapat menggugat Dr membayar
ganti rugi bila ada unsur kesalahan atau
kelalaian.
PERLU DIPERHATIKAN
Dr harus meluangkan waktu untuk menemui pasien
guna memberikan penjelasan.
Dr tidak boleh tergesa-gesa dan harus memberikan
waktu cukup kepada pasien untuk membuat decision.
Dr harus memberikan kesempatan kepada pasien utk
bertanya, berkonsultasi kepada keluarga, teman atau
penasehatnya.
Dr wajib membantu pasien mencari second opinion
jika dikehendaki walau pendapatnya bisa menyulitkan.
Dalam keadaan tertentu perlu diskusi, kemudian
ditutup dengan pertanyaan: “Masih ada pertanyaan?”.
KONSEKUENSI HUKUM
Bila Dr melakukan tindakan medik tanpa ada
informed consent, konsekuensi hukumnya:
1. Merupakan bukti adanya unsur tindak pidana
(yaitu perbuatan tercela).
2. Merupakan bukti adanya unsur tindakan
melawan hukum (onrechmatigedaad) sehingga
Dr dapat digugat membayar ganti rugi bila
terjadi risiko.
3. Merupakan bukti adanya tindakan Dr yang
tidak patuh thd Hukum Disiplin, sehingga Dr
dapat diadili oleh MKDKI.
KESIMPULAN
1. Hubungan Dr / RS dengan pasien
merupakan perjanjian terapetik.
2. Diawali kesepakatan para pihak (asas
konsensual).
3. Diakhiri kesembuhan, hilangnya keluhan, Dr
dipecat oleh pasien dan pasien atau Dr
meninggal dunia.
5. Sebelum berakhir, pemutusan sepihak
oleh pasien dibenarkan, oleh Dr tidak boleh
(kecuali ada alasan yang patut).
6. Dari hubungan tersebut muncullah perikatan
inspanings verbintenis shg prestasi Dr
hanyalah memberikan upaya yang benar,
sedangkan kontra-prestasi pasien adalah
membayar jasa
(kecuali pada kontrak cuma-cuma).

Anda mungkin juga menyukai