Hanna Yolanda
Tujuan pembelajaran
• Reaksi imun bervariasi antar spesies dermatofita. Lebih berat jika disebabkan oleh
jamur dermatofita geofilik atau zoofilik.
– Contoh antropofilik : E. floccosum, T. tonsurans, T. rubrum, M. audouini
– Contoh zoofilik : M. canis (anjing, kucing, kuda), T. mentagrophytes (tikus)
– Contoh geofilik : M. gypseum, T. terrestre
• 2 faktor yang berperan dalam intensitas respon imunologik pada
infeksi dermatofita :
• Faktor virulensi :
– kemampuan adesi ke jaringan,
– transisi bentuk ragi-hifa / phenotypic switching.
– kandungan mannan pada dinding sel
– enzim protease dan fosfolipase
Sifat dimorfisme Candida (transformasi bentuk ragi-hifa)
- phenotypic switching
Merupakan salah satu mekanisme Candida spp.
dalam merespon perubahan microenvironment.
virulensi
Hifa C. albicans bersifat thigmotropism (sensitif
terhadap sentuhan) yang menyebabkan hifa dapat
tumbuh melalui pori-pori dan menginfiltrasi
permukaan epitel.
Sifat ini menyebabkan adanya perubahan ekspresi
glikoprotein dinding sel, perubahan kerentanan
terhadap kerusakan oksidatif oleh neutrofil,
perubahan kepekaan terhadap antijamur.
• Bermacam-macam glikoprotein pada C. albicans
mensupresi respon imun terhadap jamur, mekanisme
masih belum diketahui dengan jelas.
• Ragi – ragi ini adalah flora normal kulit, namun karena ada
perubahan kondisi kulit atau imun yang rendah maka dapat
menyebabkan gangguan di kulit atau sistemik
• Gambaran mikroskopis :
– ragi (bundar, oval atau silinder dan monopolar budding)
– hifa yang pendek, bersepta, dan tidak bercabang.
Spaghetti and meat ball appearance
• Bercak hipokromik
Malassezia spp. memetabolisme berbagai asam lemak seperti arachidonic
acids dan vaccenic acids, dengan menggunakan enzim lipase. Hasil
metabolit azelaic acid dan dicarboxylic acid menghambat aktivitas
enzim dopa-tirosinase menghambat perubahan tirosin menjadi melanin.
– Pada gambaran histopatologi : tampak melanosome yang lebih pendek
dibanding kulit normal.
• Melanosome : organel tempat mensintesis, menyimpan, dan
mentransport melanin
• Bercak hiperkromik
– mekanisme masih belum jelas. Yang sudah diketahui adalah bahwa
pada lesi hiperkromik tampak melanosome yang lebih besar dan
jumlahnya banyak
• Ada penelitian yang membandingkan jumlah sel granulosit pada
lesi PV dan dermatofitosis dan didapatkan sel granulosit di
dermatofitosis sangat banyak, namun di PV hampir tidak ada.
(Wroblewski, dkk.2005)
• Adalah amuba hidup di alam bebas (tanah, debu, air tawar yang
tergenang (kolam renang, danau, pemandian air hangat), AC,
limbah tinja. Makanannya detritus dan sisa makanan.
– Oportunistik patogen