Anda di halaman 1dari 14

Kelompok 2

Trypanosomiasi
s
ANGGOTA KELOMPOK
Pengertian
Trypanosomiasis atau Surra adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh agen
Trypanosoma evansi dan ditularkan melalui gigitan lalat penghisap darah
(haematophagus flies). Agen T. evansi telah tersebar luas di kawasan Asia
Tenggara, Afrika dan Amerika Selatan. Pada wilayah yang berbeda tersebut,
parasit ini dapat menyerang berbagai spesies hewan. Di Amerika Selatan, kasus
penyakit Surra paling sering ditemukan pada kuda. Hewan yang terinfeksi di Cina
umumnya kuda, kerbau, dan rusa. Di Timur Tengah dan Afrika parasit ini
menyerang unta, dan di Asia Tenggara penyakit Surra dapat ditemukan pada
kuda, sapi, dan kerbau.
Penyebab
Trypanosomiasis merupakan protozoa dari genus Trypanosoma
penyebab penyakit parasit yang menular pada hewan dan disebabkan oleh
protozoa flagella yang tersirkulasi dalam darah secara ekstraseluler.
Trypanosoma terdiri dari banyak spesies diantaranya
Trypanosoma evansi,
Trypanosoma vivax dan Trypanosoma brucei.
Trypanosoma evansi ditransmisikan dengan cara
mekanik murni oleh vektor (lalat penghisap darah seperti Tabanus spp,
Stomoxys spp, Chrysops spp) dan secara kongenital melalui induk atau plasma.
Cara penularan lain adalah melalui mukosa kelamin saat kopulasi, luka yang
terbuka dan memakan jaringan yang terinfeksi, terutama pada hewan karnivora.
Gejala
Klinis
Gejala pada kuda dibagi menjadi 3 tingkat yang bergantung pada kondisi hewan dan
virulensi parasit, yaitu:
Tingkat pertama dengan gejala yang timbul 1 minggu hingga 1 bulan setelah kuda
terkena penyakit. Kuda jantan memperlihatkan oedema pada preputium hingga
skrotum dan peritoneum. Pada kuda betina terlihat vaginitis catarrhalis yang
membentuk eksudat berlendir nanah.
Tingkat kedua (tingkat urtikaria) dimulai sesudah 5-8 minggu terjadi penebalan kulit
yang berbentuk bundar, disebabkan oleh penimbunan cairan berserum dalam lapisan
papiler kulit. Penebalan kulit (urtikaria) ini disebut juga “dollarspots” atau “talerflecke“.
Tingkat ketiga memperlihatkan gejala saraf cerebrospinal yaitu gerakan-gerakan yang
tidak terkoordinasi dan berputar-putar. Kepincangan sering terjadi pada kaki belakang
(Ressang, 1984).
Diagnosi
s
Diagnosis spesies Trypanosoma umumnya menggunakan preparat ulas darah
yang diwarnai dengan Giemsa. Hasil positif dinyatakan jika ditemukan
morfologi parasit pada pemeriksaan mikroskop. Uji antibodi dapat
menggunakan uji aglutinasi langsung ELISA.
Uji lanjutan untuk membedakan antar spesies Trypanosoma perlu pemeriksaan
biomolekular seperti Polymerase Chain Reaction (PCR). Uji PCR sangat
sensitif sehingga sering ditemukan hasil false positif. Untuk mensiasati hal
tersebut, diagnosis juga dapat dilakukan dengan uji amplifikasi sinyal asam
nukleus yang spesifik terhadap masing-masing spesies Trypanosoma.
Dosis
Obat
Suramin direkomendasikan untuk terapi Surra yang disebabkan oleh T. evansi
dan T.b. rhodesiense, tetapi tidak direkomendasi untuk T.b. gambiense
karena tidak efektif (Wilkinson & Kelly 2009; Gutiérrez et al. 2013). Dosis
terapi untuk suramin pada umumnya adalah 5-10 mg kg -1 secara intravena
Isometamidium umumnya digunakan untuk pengobatan Surra yang disebabkan
T. evansi pada dosis terapi 0,5-1 mg kg -1 secara intramuskular pada unta,
ruminansia dan kuda (Desquesnes et al. 2013; Gutiérrez et al. 2013).
Quinapyramine umumnya digunakan untuk pengobatan Trypanosomiasis yang
disebabkan oleh T.b. brucei, T. congolense, T. vivax dan T. evansi pada
dosis 3-5 mg kg -1 secara subkutan (Gutiérrez et al. 2013).
Pada Trypanosomiasis oleh T.b. brucei, T. congolense dan T. vivax dapat diobati
dengan dosis 3,57 mg kg -1 secara intramuskular (Desquesnes et al. 2013;
Gutiérrez et al. 2013).
Secara umum dosis terapi untuk melarsomine adalah 0,25 mg kg -1 terutama
untuk kuda dan unta secara intramuskular (Gutiérrez et al. 2013).
Terap
i
Kemoterapi dan kemoprofilaksis. Pengendalian terhadap penyakit terutama tergantung
pada kemoterapi dan kemoprofilaksis, namun langkah ini bukannya tanpa
masalah. Masalah utama adalah mahalnya harga obat-obatan, kesulitan dalam
mendiagnosis, obat yang tersedia tidak banyak, dan adanya resistensi terhadap
obat-obatan.
Obat Kuratif (Curative Drugs). Obat-obat kuratif terutama digunakan pada penyakit
yang tingkat kejadiannya rendah dan hanya terbatas pada beberapa ternak dari
kawanan ternak yang tertular selama setahun. Kejadian ini kerap terjadi pada
penyakit yang sifatnya musiman. Kejadian ini seperti terjadi pada infeksi T. evansi
yang terjadi pada musim hujan atau pascamusim hujan. Obat kuratif digunakan
untuk merawat hewan yang terinfeksi secara individual dan tidak dimaskudkan
untuk melindungi kawanan populasi atau kelompok ternak dalam tempo yang
lama. Perawatan kuratif paling efektif pada kawanan ternak yang mendapatkan
pengawasan dan dirawat dalam jangka waktu yang teratur. Semakin sering
frekuensi kunjungan sang perawat, akan membuat perawatan semakin efektif.
Tindakan pengobatan yang sifatnya menghadang (block) penyakit hendaknya tidak
dilakukan dengan obat-obat kuratif, atau setidaknya tidak dengan obat yang
diketahui nemiliki efek residu, karena berisiko tinggi menimbulkan resistensi obat
utamanya pada obat yang hanya mampu menimbulkan level subkuratif. Semua
obat kuratif memiliki efek residu, namun hal tersebut belum dilaporkan terjadi pada
diminazene aceturatea

Anda mungkin juga menyukai