Anda di halaman 1dari 37

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TINDAK

PIDANA KEKERASAN DILINGKUNGAN


PENDIDIKAN
PRASTIWI HERMAWATI, SH
PANIT PPA POLRESTABES SEMARANG
Nama :
Bio Data
PRASTIWI HERMAWATI, SH
Pangkat / Nrp : INSPEKTUR DUA POLISI / 67010206
N
Jabatana m a : : I NENGAH
PANIT WIRTA
IDIK VI PPA DARMAYANA,
RESKRIM SH, MH SEMARANG
POLRESTABES
Status
Pangkat / Nrp : K2 : AKBP / 59090448
Pendd Umum
Jabatan : SD, SMP,
: KASATSMA, S1 POLRESTABES SMG
BINMAS
Pendd Polri : SECABA, PAG
Dik Umum : SD. SMP, STM, D3, S1, S2
Dik Kepolisian : SECATA, SECABA, SECAPA, SELAPA

Jenjang Jabatan :
1980-1993 Angt Staf Mimpers Polda Jateng
1994-1995 Paur Rim Bag Rendiaga Ro Pers Polda Jateng
1995-1999 Kapolsek Sayung Polres Demak
Jabatan :
1999-2000 ANGGOTA
1988-2005
Kasubbag Tikum Bag Dalpers Polda Jateng
PATKO SAT SABHARA POLTABES SEMARANG
2000-2002 SAT BIMMAS
2005-2010 Kasubgag Penerimaan
POLTABES SEMARANGBag Dalpers Polda Jateng
2003-2007 KASUBAGLAT
2010-2013 Kasubbag Seleksi
POLRES Bag Dalpers
SEMARANG TIMUR Polda Jateng
2013-2015
2007-2009 KASI HUMAS
WakaPOLSEK
PolresPEDURUNGAN
Semarang Timur
2015- 2017 PANIT BIMMAS POLSEK PEDURUNGAN
2009-2010 PANIT IDIK
2017- SEKARANG Waka Polres
VI PPA Pekalongan
RESKRIM POLRESTABES SEMARANG
2010-1011 Gadik SPN Purwokerto
2011 Kasat Binmas Polrestabes Semarang
PENDAHULUAN

1. ANAK ADALAH AMANAT TUHAN YANG HARUS DIJAGA DAN


DIPERLAKUKAN DENGAN SEBAIK- BAIKNYA

2. ANAK ADALAH GENERASI PENERUS KELUARGA, BANGSA DAN


PERADABAN

3.ANAK ADALAH PEMILIK DAN PENENTU MASA DEPAN BANGSA


PRINSIP PERLINDUNGAN ANAK

KEPENTINGAN TERBAIK
BAGI ANAK

HAK HIDUP TERBAIK BAGI


ANAK

MENDENGARKAN
PENDAPAT ANAK
Dalam Undang – Undang NO 23 Tahun 2002 K
ADALAH SESEORANG YANG BELUM BERUSIA 18
( DELAPAN BELAS ) TAHUN, TERMASUK ANAK
YANG MASIH BERADA DIDALAM KANDUNGAN
UNIT TERKECIL DALAM MASYARAKAT YANG
TERDIRI DARI SUAMI ISTRI ATAU SUAMI ISTRI DAN
ANAKNYA ATAU KELUARGA SEDARAH DALAM
GARIS LURUS KEATAS ATAU KEBAWAH SAMPAI
DENGAN DERAJAT KETIGA
AYAH DAN ATAU IBU KANDUNG ATAU AYAH
DAN ATAU IBU TIRI ATAU AYAH
DAN ATAU IBU ANGKAT
LANDASAN HUKUM

• UUD Negara RI pasal 28 B ayat 2 :


•”Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi”
•UU No 23 Tahun 2002 tentang Perindungan
Anak
LANDASAN SOSIOLOGIS
• Jumlah anak di Indonesia adalah
sepertiga penduduk Indonesia atau
sekitar 85 juta anak.
• Masih banyak pola pikir dan perilaku
yang menjadikan anak sebagai
obyek dan properti orang dewasa
(orang tua, guru, pemerintah, dll.)
yang bertentangan dengan prinsip-
prinsip perlindungan anak
• Norma perlindungan anak dan hak
anak belum banyak dipahami dan
belum dipraktekkan.
PERLINDUNGAN ANAK

• Perlindungan anak adalah segala


kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar
dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi, secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi

• (UU PA 23/2002 Pasal 1 ayat 2).


BENTUK KEKERASAN PADA ANAK

physical abuse
(kekerasan
secara fisik)
social abuse
sexual (kekerasan
(kejahatan) secara social)
secara seksual)
psychological
abuse (kekerasan
secara psikologis)
KEKERASAN FISIK
Bentuk
 Menendang
 Memukul Akibat
 Mendorong  Rasa sakit
 Mencekik  Cidera/ luka
 Menjambak rambut  Cacat pada tubuh
 Meracuni  Gugurnya
 Membenturkan ke tembok kandungan
 Menggoncang  Pingsan
 Menyiram dengan air panas  Kematian
 Menenggelamkan  Gangguan emosional
 Melempar dengan barang
 Menyerang dengan merusak
barang
 Mengancam dengan senjata
 Mengancam membunuh
KEKERASAN PSIKIS
Bentuk
 Intimidasi (menggertak,


mengancam, dan menakuti)
Menggunakan kata-kata kasar
Akibat
 Menghardik  Rasa terhina
 Memcemooh yang  Hilangnya percaya diri
menghancurkan harga diri  Rasa tidak berdaya
 Memfitnah  Ketakutan
 Mengontrol aktivitas sosial  Gangguan emosional
secara tidak wajar  Terisolasi dari lingkungan
 Menyekap sosial
 Memutuskan hubungan sosial
secara paksa
 Mengontrol pembicaraan
 Membatasi kegiatan keagamaan
 dll
FAKTA KEKERASAN PADA ANAK

• KEKERASAN DILINGKUNGAN PENDIDIKAN YANG TERJADI


PADA ANAK DISEKOLAHAN TANPA DISADARI SANGATLAH
BANYAK , SEPERTI MEMANGGIL NAMA TEMAN DENGAN
PENGANTI NAMA ORANG TUA, BULLY , MENGGODA LAWAN
JENIS, MERENDAHKAN TEMAN, MENGUMPAT, MENGANCAM,
AMPRESEN, MENGEJEK TEMAN, MEMBANDING-
BANDINGKKAN JURUSAN.
UNIT PPA POLRESTABES
SEMARANG
PPA POLRESTABES
SEMARANG
Undang-Undang No. 11 TAHUN 2012
tentang
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
bagi
PENYIDIK POLRI
vide pasal 1 ayat (3), (4), (5)
1. Definisi ANAK.

a. Berdasarkan USIA :

- Yg diduga sbg PELAKU tindak pidana ( 12 – 18 tahun ).


- Sbg SAKSI ( dibawah 18 tahun ).
- Sbg KORBAN ( dibawah 18 tahun ).

b. Status perkawinan :

Baik yg SUDAH KAWIN maupun yg BELUM KAWIN, bila


belum berusia 18 thn, maka dianggap sbg. ANAK.

PPA POLRESTABES SEMARANG


Bila ANAK usia 12 - 18 thn diduga melakukan Tindak Pidana :

a. Dalam melakukan penyidikan terhadap Anak, penyidik wajib meminta


pertimbangan / saran tertulis dari petugas Pembimbing Kemasyarakatan / PK /
Bapas setelah tindak pidana dilaporkan / diadukan ( vide pasal 27 (1) ).

b. Hasil Penelitian Kemasyarakatan wajib diserahkan oleh Bapas kepada


penyidik dalam waktu paling lama 3 x 24 jam setelah permintaan penyidik
diterima ( vide pasal 28).

c. Penyidik wajib mulai mengupayakan Diversi dalam waktu paling lama 7 (tujuh)
hari setelah penyidikan dimulai ( vide pasal 29 (1) ).

d. Proses Diversi tersebut dilaksanakan paling lama 30 hari setelah dimulainya


diversi ( vide pasal 29 (2)).
KEKERASAN DALAM LINGKUNGAN KELUARGA

• Teridentifikasi 14 jenis perilaku kekerasan yang dialami anak


dalam lingkungan keluarga yakni menjewer, mencubit,
menendang, memukul dengan tangan, memukul dengan benda,
menghukum hingga jatuh sakit, melukaidengan benda
berbahaya, kekerasan fisik, membandingkan dengan saudara,
membentak dengan suara keras, menghina di hadapan teman
atau orang lain, menyebut “bodoh”, “pemalas”, “nakal”,
mencap dengan sebutan jelek/jahat, kekerasan psikis lainnya.
• Pelaku kekerasan terhadap anak dalam lingkungan keluarga
adalah orang-orang terdekat anak, yakni ayah, ibu, saudara,
dan 51,1% ibu terlibat menjadi pelaku kekerasan dalam bentuk
mencubit anak, 48,1% ayah melakukan kekerasan dalam
bentuk membentak anak dengan suara keras/kasar, 16,4%
saudara melakukan kekerasan dengan cara memukul dengan
tangan.
KEKERASAN DALAM LINGKUNGAN PENDIDIKAN

• Teridentifikasi 4 jenis perilaku kekerasan dominan


yang dialami anak dalam lingkungan pendidikan
yakni menjewer, mencubit, membentak dengan
suara keras, menghina di hadapan teman atau orang
lain.
• Pelaku kekerasan terhadap anak dalam lingkungan
pendidikan adalah adalah guru, teman sekelas dan
teman lain kelas, ditemukan fakta, 31,8% guru
pernah menjewer anak, 49,1% teman sekelas pernah
mencubit anak, dan 20,7% teman lain kelas
menghina anak dihadapan teman lainnya.
KASUS KEJAHATAN SEKSUAL

Kasus JIS: Awal April 2014, Anak usia dini/TK menjadi


korban kekerasan seksual oleh petugas cleaning
service di sekolah internasional.
Kasus Sukabumi: Awal Mei 2014, 110 anak menjadi
korban sodomi yang dilakukan oleh 1 orang pelaku.
Kasus Cirebon: Ana k usia 9 tahun menjadi pelaku
kejahatan seksual.
Kasus Emon Tegal dengan korban lebih dari 100 anak,
Mei 2014
Kejahatan seksual guru perempuan kepada murid
laki-laki (3,5 tah un) di TK Internasional di Jakarta
Utara (Mei 2014)
KASUS KEKERASAN DI SEKOLAH

1. Kasus anak kelas 1 SD “menganiaya”


temannya hingga meninggal
2. Kasus Renggo yang meninggal terindikasi
mengalami kekerasan di sekolah oleh
temannya
3. Kasus guru menggigit hidung muridnya
4. Kasus murid dicubit 34 teman sekolahnya
atas instruksi guru karena terlambat
5. Kasus murid dihukum makan cabe di Sekolah
Swasta
KASUS KEKERASAN DI MASYARAKAT

bayi' 9 bulan m eni' ng g a l k a rena d i p erk o s a


d a n d i s od om i pamannya. Vaginanya ro bek
hingga menembus rahim dan anusnya melebar.

bayi 9 bulan diperkosa tetangga (18 th) yang sudah


beristri, kemaluannya sampai berdarah.

ECPAT terjadi kenaikan 450 % kejahatan seksual


online selama 4 tahun. jumlah kasus 18.000 kasus.

bahwa 90 % anak pelaku tindak pidana kekerasan


seksual di Lapas Anak mengaku terbiasa melihat
konten pornografi.
PENYEBAB TERJADINYA KEKERASAN PADA ANAK
DALAM KELUARGA

1. Orang tua mengalami perlakuan salah atau


trauma pada masa anak-anak.
2. Orang tua yang agresif dan emosional.
3. Orang tua tunggal.
4. Pernikahan dini dan belum siap secara
emosional dan ekonomi.
5. Sering terjadi KDRT.
6. Kemiskinan dan tidak mempunyai pekerjaan.
7. Jumlah anak banyak dan keluarga besar.
8. Adanya konflik dengan hukum.
9. Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa.
1. Orang tua tidak mempunyai konsep pola
asuh
2. Kondisi lingkungan pakumis (padat, kumuh
dan miskin)
3. Lingkungan baru dan tidak mendapat
dukungan dari keluarga serta teman-
temannya.
4. Pemenuhan kebutuhan tidak hanya fisik
tetapi psikis
5. Ada kasih sayang perhatian yang hilang pada
masa golden age
6. Pola komunikasi yang satu arah
7. Pemenuhan kebutuhan tidak seimbang
8. Keluarga broken home, TKW
9. Profil pelaku cybercrime: ada masa
attachment dengan orang dekat yang hilang
PENYEBAB TERJADINYA KEKERASAN PADA ANAK
DALAM SATUAN PENDIDIKAN

• Sistem dan peraturan sekolah tidak memiliki


perspektif perlindungan anak: metode
pengajaran yang lebih banyak ceramah
• Guru dan penyelenggara sekolah belum memiliki
paradigma tentang perlindungan anak, guru lebih
panyak mengajar daripada mendidik
• Guru belum memahami UU Perlindungan Anak
• Punishment lebih sering dari reward; Menghukum
dianggap wajar untuk membuat jera, tapi anak
tidak pernah jera, justru menjadi labelling ke
anak; Menghukum sebaiknya dalam kerangka
membangun kesadaran, bukan menakut-nakuti.
• Siswa tidak dibekali pengetahuan tentang
Perlindungan Anak
LANJUTAN

• Siswa yang melakukan pelanggaran, bullying dan


kekerasan karena dipicu oleh permasalahan yang
dibawa dari rumah.
• Sistem BK di sekolah masih bersifat penanganan
terhadap anak yang bermasalah, seharusnya BK
juga bekerja untuk pencegahan dari awal dan
memetakan permasalahan setiap anak, sehingga
sekolah mengetahui bagaimana riwayat keluarga
dan perilaku masing-masing siswa.
• Perspektif “pintar” dengan kognisi
• Anak didik masih menjadi objek pendidikan,
belum menjadi subjek pendidikan
PENYEBAB TERJADINYA KEKERASAN PADA ANAK
DALAM LINGKUNGAN

1. Orangtua tidak memiliki konsep


pengasuhan
2. Kurang mendapat ”kasih sayang” psikis dan
psikologi di rumah
3. Anak tidak menemukan jati diri di rumah
sehingga mencari pengakuan di luar rumah.
4. Ingin diakui sebagai anggota kelompok
5. Waktu luang yang tidak dimanfaatkan
dengan baik.
6. Masyarakat acuh tak acuh dan kurang
sensitif pada kewaspadaan komunitas
KEKERASAN SEKSUAL

Kekerasan anak secara seksual, dapat


berupa perlakuan pra kontak seksual antara
anak dengan orang yang lebih besar
(melalui kata, sentuhan, gambar visual,
exhibitionism), maupun perlakuan kontak
seksual secara langsung antara anak dengan
orang dewasa (incest, perkosaan,
eksploitasi seksual)
KEKERASAN

1. KEKERASAN DIARTIKAN SEBAGAI BENTUK


PERBUATAN YANG DILATARBELAKANGI OLEH
SIKAP ATAU PERILAKU YANG TIDAK
MANSIAWI, DILAKUKAN TERHADAP ORANG
LAIN SERTA MENIMBULKAN KERUGIAN
TERHADAP ORANG TERSEBUT
PORNOGRAFI

1. Paparan pornografi menjadi pemicu


kuat tindakan kejahatan seksual
2. 87% anak mengakses situs porno
secara tidak sengaja
3. 53% mengakses di rumah sendiri
4. Penggunaan akses internet tanpa filter
5. Kominfo dan Bareskrim Polri sendiri
kesulitan mengakses situs-situs
pembobol
6. Di email, facebook, twitter
DAMPAK LINGKUNGAN PORNOGRAFI

1. Kekerasan seksual meningkat akibat dari


menonton pornografi
2. Korban dan pelaku adalah anak-anak
3. Addictive: Membuat orang kecanduan,
perpustakaan pornografi, pelanggan abadi,
4. Escalation: Meminta lebih
5. Desensitization: Tidak sensitif terhadap
kejahatan seksual
6. Act out: butuh pelampiasan
TONTONAN DAN KEKERASAN

1. Tontonan kita tidak ramah anak, tidak sesuai


dengan usia anak baik anak yang
memerankan, content cerita, maupun
visualisasi
2. Kekerasan yang ada di film menjadi lumrah,
biasa, dan wajar jika ditiru
3. Game online mengandung kekerasan dan
pornografi
ASPEK KURATIF KORBAN KEKERASAN
USAHA KURATIF PENDAMPINGAN KORBAN

1. Orang tua tetap mendampingi


2. Memperbaiki pola komunikasi dan
pengasuhan
3. Menciptakan lingkungan yang ramah
untuk anak
4. Mendampingi proses pemulihan
psikologis
5. Mendampingi proses reintegrasi di
masyarakat sekolah
6. Membangun kepercayaan diri anak dan
menyalurkan bakat minatnya
JIKA TERJADI…

1. Menyembunyikan identitas korban

2. Disembuhkan secara integratif sehingga tidak berpotensi menjadi pelaku lain

3. Dilema, antara tabu dan kriminal Dilaporkan

Anda mungkin juga menyukai