Anda di halaman 1dari 13

AKUNTANSI PAJAK ATAS ASET

LANCAR (Current Asset)

PIUTANG
PIUTANG
Piutang merupakan bagian dari aset lancar. Aset
lancar merupakan aset yang diharapkan akan
direalisasi dalam siklus aset operasi berjalan.
Piutang digolongkan menjadi 2 kategori, yaitu:
• Piutang usaha
Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena
adanya penjualan produk atau penyerahan jasa
dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan.
• Piutang lain-lain
Piutang lain-lain timbul dari transaksi di luar
kegiatan usaha normal perusahaan.
• Akuntansi atas piutang
Perlakuan akuntansi atas piutang tetap mendasarkan
pada SAK.
• Metode penghapusan piutang
a. Metode penghapusan langsung (Direct write-off
method)
b. Metode penyisihan/pencadangan (Allowance
method)
• Penyisihan piutang tidak tertagih
a. Atas dasar saldo piutang
b. Atas dasar saldo penjualan
• Penghapusan piutang
Penghapusan piutang didebit pada akun “Penyisihan
piutang tidak tertagih”
Akuntansi Pajak
Dalam Pasal 6 ayat (1) huruf h Undang-Undang Pajak
Penghasilan telah mengatur pembebanan sebagai biaya atas
piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih atau lebih
dikenal dengan penghapusan piutang, dengan syarat:
1. Telah dibebankan sebagai biaya pada laporan laba rugi
komersial;
2. WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan
Negeri atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan
debitur yang bersangkutan atau telah dipublikasikan dalam
penerbitan umum atau khusus, atau adanya pengakuan dari
debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah
Keputusan Menteri Keuangan Nomor
130/KMK.04/1998 tentang penghapusan piutang
tidak tertagih yang boleh dikurangkan sebagai biaya.
1. Piutang tidak tertagih yang dapat dibebankan
sebagai biaya dalam menghitung PKP adalah
piutang tidak tertagih yang timbul dibidang usaha
bank, lembaga pembiayaan, industri, dagang dan
jasa lainnya.
2. Piutang tidak tertagih yang dapat dihapuskan
adalah piutang usaha sesuai dengan bidang usaha
dari WP yang bersangkutan.
3. Terdapat persyaratan dalam mengelompokkan
sebagai piutang tidak tertagih seperti yang dimuat
dalam Pasal 6 ayat (1) huruf h UU PPh.
Pembentukan Cadangan Piutang Tidak
Tertagih Usaha Bank
Sesuai Keputusan Menteri Keuangan No.
235/KMK.01/1998 Tanggal 14 April 1998 tentang
perubahan Keputusan Menteri Keuangan No.
80/KMK.04/1995 tentang besarnya dana cadangan
yang boleh dikenakan sebagai biaya yang
menyatakan bahwa Bank dapat membentuk dana
cadangan piutang tidak tertagih.
1. 5% dari kredit yang digolongkan perhatian khusus
2. 15% dari kredit yang digolongkan kurang lancar
3. 50% dari kredit yang digolongkan diragukan
4. 100% dari kredit yang digolongkan macet
Contoh soal
1. PT. Abadi menjual barang secara kredit kepada PT. Zap sebesar Rp. 5.500.000 (incl
ppn) pada tanggal 10 Pebruari 2018. PT. Abadi telah dikukuhkan pajak sejak tanggal
17 mei 2010. Sistem pencatatan persediaan yang digunakan oleh PT. Abadi adalah
sistem perpectual, dimana harga pokok penjualan (HPP) adalah sebesar Rp.
3.500.000
Buatlah jurnal atas transaksi tersebut

Tanggal Keterangan Dr Cr
10/02/201
8 Piutang usaha 5.500.000  
  Pajak keluaran   500.000
  Penjualan   5.000.000
  Harga pokok penjualan 3.500.000  
  Persediaan   3.500.000
• Apabila sistem pencatatan persediaan yang
digunakan adalah sistem periodik maka dibuat
jurnal :

Tanggal Keterangan Dr Cr

10/02/201
8 Piutang usaha 5.500.000  
  Pajak keluaran   500.000
  Penjualan   5.000.000

Nilai hpp dapat diketahui dengan perhitungan laporan hpp.


Persediaan akhir berdasarkan perhitungan fisik persediaan yang
dilakukan pada akhir periode.
Apabila belum dikukuhkan sbg PKP, maka PT Abadi tidak boleh melakukan pemungutan
PPN dengan membuat faktur pajak. Jurnalnya dengan sistem perpectual, sebagai
berikut

Tanggal Keterangan Debit Kredit

10/02/2018 Piutang usaha 5.000.000  

  Penjualan 5.000.000

  Harga pokok persediaan 3.500.000  

  Persediaan   3.500.000

Untuk WP yang belum dikukuhkan sebagai PKP, pajak masukan


tetap dikenakan tetapi tidak dapat dikreditkan, sehingga pajak
masukannya tidak dibukukan sebagai pajak masukan melainkan
sebagai harga perolehan barang yang dibeli.
Pada tgl 14 Pebruari 2018, PT. Zap mengembalikan barang yang telah
dibelinya pada tgl 10 Pebruari 2018 dari PT. Abadi senilai Rp. 2.000.000.
HPP barang tersebut sebesar Rp. 500.000.PT. Abadi mencatat transaksi
return penjualan sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debit Kredit

14/02/2018 Retur penjualan 2.000.000  

  Pajak keluaran 200.000

  Piutang usaha 2.200.000

  Harga pokok persediaan 500.000  

  Persediaan   500.000
Apabila menggunakan sistem periodik
maka jurnalnya

Tanggal Keterangan Debit Kredit

14/02/2018 Retur penjualan 2.000.000  

  Pajak keluaran 200.000

  Piutang usaha   2.200.000


Pada tgl 26 Pebruari 2018 PT. Abadi menghapuskan piutang usaha
terhadap salah satu debiturnya, karena PT. Bola telah mengalami pailit.
Adapun syarat-syarat penghapusan piutang tak tertagih telah memenuhi
ketentuan perpajakan. Piutang yang dihapuskan tersebut sebesar Rp.
1000.0000. Jurnal untuk transaksi tersebut apabila menggunakan direct
written off methode sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debit Kredit

26/02/2018 Beban piutang tak tertagih 1.000.000  

  Piutang usaha   1.000.000


Piutang dengan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa
Menurut UU No. 36 tahun 2018 Pasal 18 ayat (4)
hubungan istimewa terjadi :
a. Kepemilikan atau penyertaan modal (paling
rendah 25%)
b. Adanya penguasaan manajemen atau
penggunaan teknologi
c. Adanya hubungan keluarga

Anda mungkin juga menyukai