Hipertensi Pada
Kehamilan
KEPERAWATAN MATERNITAS II
Latar Belakang
Hipertensi pada kehamilan merupakan penyakit tidak menular penyebab
kematian maternal. PTM merupakan penyebab kematian hampir 70% di dunia.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013, tampak
kecenderungan peningkatan prevalensi PTM seperti hipertensi, diabetes, stroke,
dan penyakit sendi/rematik/encok. Fenomena ini dapat diprediksi akan terus
berlanjut (Kemenkes RI, 2018)
Pengertian
Hipertensi dalam kehamilan ialah tekanan darah sistolik dan distolik
≥140/90mmHg pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2kali
selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥30mmHg dan kenaikan tekanan
diastol ≥15mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi
(Prawirohardjo, 2013).
Klasifikasi
• Hipertensi kronik
• Preeklamsi
• Eklamsi
• Hipertensi kronik dengan superposed
preeklamsi
• Hipertensi gestasional
Etiologi
• Primigravida, primipaternitas
• Hiperplasentosi, mimsalnya: mola hidatosa, kehamilan multiple, bayi besar,
diabetes mellitus, hidrops fetalis
• Usia
• Riwayat keluarga pernah pre-eklampsi/eklampsi
• Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
• obesitas
PATOFISIOLOGI
Manifestasi Klinis
1. Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang buruk dapat
mengakibatkan kelahiran dengan berat badan dan kelahiran pematur
2. Mengalami hipertensi diberbagai level
3. Protein dalam urin berkisar dari +1 hingga +4
4. Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala
5. Berpotensi gagal hati
6. Kemungkinan akan mengalami nyeri dikuadran kanan atas
7. Meningkatnya enzim hati
8. Jumlah trombosit menurun
• Jangka pendek:
Pada Ibu: eklampsia, stroke iskemik, kerusakan hati (Sindrom
HELLP: hemolisis, elevated, liver, enzymes dan low
platellet count) gagal hati, disfungsi ginjal, persalinan
caesar, persalinan dini dan abruptio plasenta.
Pada janin: kelahiran preterm, induksi kelahiran, gangguan
pertumbuhan janin, sindrom pernapasan, kematian janin.
• Jangka panjang:
wanita yang mengalami hipertensi saat hamil memiliki risiko
kembali mengalami hipertensi pada kehamilan berikutnya,
juga dapat menimbulkan komplikasi kardiovaskuler,
penyakit ginjal.
Pemeriksaan penunjang
1. Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinurina.
4. Fungsi ginjal : profil kimia akan menunjukkan kreatinin dan elektrolit abnormal, karena
gangguan fungsi ginjal.
5. USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status janin
3. Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung
cukup protein, rendah karbohidrat, garam secukupnya dan rendah lemak.
• Riwayat Perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah dibawah usia 20 tahun atau diatas 35
tahun.
• Riwayat Obstetri
Biasanya hipertensi dalam kehamilan sering terjadi pada ibu hamil primigravida,
kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa, dan semakin tuanya usia
kehamilan
• Pemeriksaan Fisik
– Head to Toe
– Keadaan Umum : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan mengalami kelemahan.
– Tekanan Darah: Pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan tekanan darah sistol diatas 140
mmHg dan diastol diatas 90 mmHg.
– Nadi: Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan denyut nadi yang meningkat, bahkan
pada ibu yang mengalami eklampsia akan ditemukan nadi yang semakin cepat.
– Nafas: Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensiakan ditemukan nafas pendek, dan pada ibu yang
mengalami eklampsia akan terdengar bunyi nafas yang berisik dan ngorok.
– Kepala : pada ibu hamil dengan hipertensi akan mengalami sakit kepala.
– Wajah : Biasanya pada ibu hamil yang mengalami preeklampsia/eklampsia wajah tampak edema.
– Mata : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan konjungtiva anemis dan bisa juga ditemukan
edema pada palvebra. Pada ibu hamil yang mengalami prekalmpsia/eklampsia akan terjadi gangguan
penglihatan yaitu penglihatan kabur.
– Mulut: Biasanya terjadi pembengkakan vaskuler pada gusi menjadi hiperemik dan lunak, sehingga gusi bisa
mengalami pembengkakan dan perdarahan.
– Thorax :
Paru-paru : Biasanya akan terjadi peningkatan respirasi, edema paru dan napas pendek.
Jantung : Pada ibu hamil biasany akan terjadi palpitasi jantung, pada ibu yang mengalami hipertensi
dalam kehamilan khususnya pada ibu yang mengalami preeklampsia berat akan terjadi dekompensasi
jantung.
– Payudara : Biasanya akan ditemukan payudara membesar, lebih padat dan lebih keras, puting menonjol
dan areola menghitam dan membesar dari 3 cm menjadi 5 cm sampai 6 cm, permukaan pembuluh
darah menjadi lebihterlihat.
– Abdomen : Pada ibu hamil dengan hipertensi biasanya akan ditemukan nyeri pada daerah epigastrum,
dan akan terjadi anoreksia, mual dan muntah.
– Pemeriksaan janin : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa terjadi bunyi jantung janin yang tidak
teratur dan gerakan janin yang melemah.
– Ekstremitas : ditemukan edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari.
– Sistem persarafan : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa ditemukan hiper refleksia
– Genitourinaria : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan didapatkan oliguria dan proteinuria, yaitu
pada ibu hamil dengan preeklampsia/eklampsia
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan laboratorium:
Darah lengkap : Hb, Ht, Trombosit
• Urinalisa: Untuk menentukan apakah ibu hamil dengan hipertensi tersebut
mengalami proteinuria atau tidak
• Pemeriksaan fungsi hati : Bilirubin meningkat, Laktat Dehidrogenase (LDH)
meningkat, Aspartat Aminomtransferase (AST) >60ul, SGPT meningkat (N: 15-45
u/ml), (SGOT) meningkat (N: <31 u/l), total protein serum normal (N: 6,7 – 8,7g/dl)
• Tes kimia darah: Asam urat meningkat
• Radiologi
– Ultrasonografi : Bisa ditemukan retradasi pertumbuhan janin intrauterus, pernapasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
– Kardiotografi : Diketahui denyut jantung janin lemah.
Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan denganpeningkatan tekanan darah
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
5. Risiko cedera berhubungan dengan faktor risiko internal (disfungsi integrasi sensori)
6. Ansietas berhubungan dengan ancaman krisis situasional
7. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Perencanaan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Pola nafas tidak efektif b.d sindrom hipoventilasi d.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 O:
pola napas abnormal (mis: takipnea, bradipnea, jam diharapkan pola napas membaik dengan kriteria
•Identifikasi adanya penggunaan otot bantu napas
hiperventilasi, kussmaul, hiperventilasi, cheyne hasil:
•Monitor status respirasi dan oksigenasi (mis: frekuensi dan
stokes).
Frekuensi napas membaik
kedalaman napas, bunyi napas tambahan, saturasi oksigen)
Kedalaman napas membaik
T:
Dispnea menurun
Pertahankan kepatenan jalan napas
E:
2 Perfusi jaringan perifer tidak efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam O:
b.dpeningkatan tekanan darah d.d pengisian diharapkan pasien dapat menunjukkan perfusi jaringan
Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi perifer, edema,
kapiler >3detik, akral teraba dingin, warna kulit yang adekuat dengan kriteria hasil:
pengisian kapiler, warna, suhu, ankle brachial index)
pucat, edema. Tanda –tanda vital stabil
Monitor TTV
Pengisian kapiler normal< 2 detik
T:
Turgor kulit membaik
Hindari pemasangan ifus atau pengambilan darah
Akral hangat diarea keterbatsan perfusi
tekanan darah meningkat, sulit tidur kontrol nyeri meningkat dengan kriteria hasil: Identifikasi skala nyeri
K:
•Kolaboraasi analgetik, jika perlu
No Diagnosa Tujuan Intervensi
E:
Klien tampak rileks Monitor tanda ansietas (verbal dan non verbal)
Frekuensi nadi dan napas menurun Temani klien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
E:
6 Risiko cedera berhubungan dengan faktor Selama 2x24 jam diharapkan tingkat O:
risiko internal (disfungsi integrasi sensori) cedera menurun dengan kriteria hasil:
Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis: kondisi fisik, fungsi kognitif
Toleransi aktivitas meningkat dan riwayat perilaku)
Gangguan menurun T:
E:
No Diagnosa Tujuan Intervensi